Selamatkan adinda

...Happy reading...

Setelah berhasil sampai di tempat tersebut Marsel langsung menghubungi Rehan dan meminta tolong untuk mengecek itu tempat apa dan sistem keamanannya.

"Gimana Han? cepet dikit nyari informasi nya, lelet banget lu jadi orang."

"Sabar bego gue lagi berusaha ini!"

"Cepet dikit jangan lambat banget woi! nyawa orang ini!"

"Gue udah dapat informasi, itu adalah gudang bekas penyimpanan minyak udah lama gak kepakai. Cctv nya udah ada mati, sekarang itu sudah jadi pangkalan orang-orang yang gak berperikemanusiaan."

"Oke thanks."

Marsel langsung menelfon Aris untuk meminta mengirim bantuan kepada mereka supaya tidak terjadi hal di luar nalar.

"Oke gue urus, hati-hati di sana kira-kira polisi akan sampai 20 menit lagi ke sana."

"oke kalau bisa lebih cepat Ris."

"Aman gue atur."

Lina mengamati sekitar dia berharap bahwa tidak akan terjadi apa-apa kepada Adinda.

"Seharusnya Adinda gak kenapa-napa kan sel?"

"Tenang aja pasti dia aman, kita masuk perlahan-lahan ya. Jangan sampai ketahuan, walaupun sepi kita gak tau siapa yang bersembunyi."

" Oke."

Marsel dan Lina masuk ke dalam gudang kosong tersebut mecari keberadaan Adinda di setiap titik nya, mereka hampir saja menyerah untuk mencari Adinda.

"Yakin kan sel ini lokasi nya? gak salah kan? kok Adinda gak ada sih?"

Lina sudah sangat panik, dia kepikiran Adinda sehingga mata nya mulai berlina.

"Tenang pasti dia di sini, kita cek ke atas siapa tau ada."

Lina hanya menganggu sebagai jawabannya, merek langsung menuju lantai dua untuk mengecek keberadaan Adinda. Mereka mengecek di setiap pintu dan sudut dan akhirnya mereka menemukan Adinda yang sudah tidak sadar kan diri dan di ikat di bangku.

"Itu Adinda, cepet Kuta lepaskan dia."

Lina langsung menghampiri Adinda yang sudah terkapar lemah, Marsel mengikuti jejak Lina dan kemudian.

Gedebuk....

Marsel menghindari pukulan yang hendak melayang ke kepalanya, tetapi tangan nya memar dan mungkin sudah lecet

"Siapa kalian?! mengapa kalian mencuri gadis ini?" tanya Marsel murka.

Mau bagaimana pun, tindakan ini di salahkan karena sudah melanggar hukum.

"Hahahaha... kalian tidak perlu tau siapa kami dan siapa yang mengutus kami, itu sangat tidak penting!"

"Oh, jadi kalian adalah sebuah suruhan? apakah kalian tidak tau apa eksekusi jika kalian mengganggu orang ku? kalian tau siapa aku?"

"Orang mu? siapa orang mu? kan emang nya siapa diri mu? apakah kau sudah merasa sangat hebat heh?"

"Lihat saja apa yang akan aku perbuat pada kalian dan orang yang sudah menyuruh kalian."Ucap Marsel meremehkan kedua orang tersebut.

"Jangan banyak bicara, ayo lawan dia!!"

Dua lawan satu, mereka bertiga melakukan aksi saling memukul sedangkan Lina sibuk mengurus Adinda dan mencoba lari dari tempat itu supaya tidak menjadi beban Marsel, selagi para penjahat itu di alihkan perhatiannya.

Marsel memukuli mereka hingga babak belur dan hampir tak berdaya, lalu Marsel langsung keluar menyusul Adinda dan Lina.

"Kalian aman kan?" tanya Marsel khawatir.

"Kita tidak kenapa-kenapa, kamu banyak luka dan memar harus kerumah sakit."

"Baik."

Mereka bertiga langsung menuju rumah sakit, tak lama dari kepergian mereka polisi datang untuk ngecek apa yang sedang terjadi dan menangkap dua orang penjahat yang sudah babak belur itu ingin lari.

Mereka sudah berada di rumah sakit, Adinda sudah di rawat dan perlu melakukan rawat inap selama seminggu karena kondisi fisik nya yang sedang melemah dan benturan yang di berikan di kepalanya cukup kuat. Marsel sudah di obati dan tidak perlu di rawat inap, mereka sekarang sedang berada di kamar Adinda yang masih belum siuman.

"Gue ngurus para penjahat yang semalam dulu."

"Oke, hati-hati ya."

"hm"

Marsel pergi ke kantor polisi untuk melihat kedua orang tersebut di interogasi dan masih belum menemukan info apapun.

"Bagaimana jika gue yang urus dua orang ini?"

"Gimana? bisa di atur?"

"Aman kalau ada duid."

"Oke gue kasih berapapun biaya nya, lu ris urus biaya dan lu han." Marsel menjeda ucapan nya dan saling pandang pada Rehan, " Gue serahin mereka ke lu, jangan buat gue kecewa."

"Aman, udah lama tangan gue gatal pengen melakukan sesuatu ke seseorang."

"Pokoknya gue serahin ke kalian berdua, gue pergi cek dia dulu." titah Marsel yang di balas anggukkan oleh Rehan dan. Aris

Ya mereka berdua di suruh Marsel untuk memantau penjahat tersebut mulai dari mereka di tangkap. Marsel kembali ke rumah sakit dan mengecek keadaan Adinda.

"Gimana keadaan udah membaik?"

"Belum, tadi kata dokter sih udah ada peningkatan tapi belum sadar."

"Sebenarnya gue ada pertanyaan, kalau lu mau jawab gue harap ku jawab jujur tapi kalau gak mau jawab lebih baik gak usah jawab dari pada bohong, tapi gue harap lu jawab."

"Gue gak janji, tentang apa?"

"Sebenarnya latar belakang dia apa? siapa orang tua nya?"

"Gue gak tau pasti latar belakang keluarga nya apa, yang gue tau..." Lina menggantung ucapan nya dan melihat Adinda dengan penuh arti, " Yang gue tau dia adalah seorang gadis yang kesepian dan tanggung, dia cuma punya nenek dan kakek nya... itu sebabnya mereka sangt berarti di kehidupan Adinda, makanya ia sangat terpukul akan hal itu."

Jelas Lina panjang kali lebar kepada Marsel.

"Orang tua nya?"

"Gak ada yang tau, bahkan dia sendiri."

"Cukup rumit, gue pamit dulu untuk menyelesaikan masalah kemarin.

"Oke."

...****************...

Tiga hari sudah berlalu, Adinda sudah sadar dari dua hari yang lalu dan Marsel belum pernah datang untuk menjenguk selama itu juga.

"Bosan banget Lin di sini terus, keliling yok."

"Lu udah kuat kan?"

"Udah Lina, gue gak selemah itu."

"Gak selemah itu tapi pingsan nya dua hari, buat orang panik aja."Cibir Lina. "Ya udah ayo keliling taman."

"Yeay."

Mereka berkeliling taman rumah sakit, tanpa sengaja pada saat mereka duduk di bangku taman bertemu dengan Marsel dan kedua teman nya.

"Gimana udah baikan? kenapa langsung keluar ruangan?"

"Udah baikan kok, bosan di kamar terus."

Aris dan Rehan saling bertatapan, baru kali ini mereka melihat Marsel begitu banyak bicara, care dan overprotektif pada cewek.

"Wah banyak kemajuan bro." Ucap Rehan tanpa sadar sambil menepuk bahu Marsel.

"Setidaknya ngasih kabar sih." Celetuk Aris juga.

"Apaan sih lu berdua, perasaan dia Kepala nya yang kebentur kok lu berdua yang eror."

"Aih, gak boleh gitu tau sama ayang sendiri."

"Sadis amat pak sama doi sendiri."

"Lu berdua diam atau gue robek tuh mulut."

"Hahahaha ampun bos." ucap Aris dan Rehan secara bersama.

Disisi lain ada seseorang yang hatinya tergores karena sebuah perbincangan itu, tapi sebisa mungkin tidak menunjukkan nya sehingga yang lain tidak sadar.

"Oh ya, gue udah dapat info sama yang udah celakain lu."

"Mereka berdua adalah suruhan Reza itu dan udah gue tanganin, jadi gak usah khawatir ya."

"Makasih banyak ya."

"Santai, kita orang nya emang dermawan." ocehan yang keluar dari mulut Rehan tanpa henti.

"Oh ya, namanya siapa? belum kenalan nih kita."kali ini bukan Rehan tetapi Aris yang sangat tidak sabaran.

"Kepo amat lu nanya-nanya udeh kaya Dora aje." Timbal Rehan.

"Bising banget congor lu, diem aja bau jigong soalnya."

"Udah-udah jangan buat gue pusing gue Adinda, sekali lagi makasih ya."

"Santai ya elah neng."

"Kalau gadis cantik yang di samping Adinda siapa namanya?"

"Elah Kutu kupret bisa aja, tinggal tanya nama aja gengsi."Sindir Rehan.

"Terserah gue."

"Gue Lina kak."

"Gak usah pakai embel-embel kak, panggil aja Aris."

"Huek, muntah gue."

Hai gais gimana kabar nya nih? masih setia nunggu cerita selanjutnya adinda gak nih? atau udah pada ilang nih readers aku?

^^^^^^Jangan lupa follow ig aku ya ^^^^^^

^^^ig: @rhniave^^^

......Terkadang menghadapi kenyataan sangat sulit, tapi dari pada di hadapi manis nya kebohongan lebih baik menikmati pahitnya kejujuran karena sakit di awal lebih nikmat dari pada sakit di akhir......

~rhniave

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!