Tak terasa kini waktunya Diandra kembali ke kota tempatnya menuntut ilmu. Pagi ini, Diandra di jemput oleh Raka, setelah beberapa hari sebelumnya Raka datang menemui ibunya. Suara salam dari Raka membuat keempat orang di rumah itu melihat ke arah suara.
" Eh, Raka. Mari masuk."
Pak Bayu langsung mempersilahkan Raka masuk ke dalam rumah. Raka mencium takzim tangan Pak Bayu yang merupakan Adik dari Ayahnya.
" Apa kabar, Paman?"
" Alhamdulillah, Sehat. Kamu sendiri bagaimana?"
" Alhamdulillah, Baik Paman."
Lalu Pak Bayu pun mulai bercerita pada Raka. Tak lama, Bu Maya datang menghampiri mereka. Raka pun dengan sopan mencium takzim tangan dari Bulek nya ini.
" Raka kok repot-repot jemput Dian? Kan Dian bisa pulang naik Bus."
" Gak repot kok, Bulek. Raka sekalian jengukin Mama. Udah lama juga Raka gak pulang."
Bu Maya, membulatkan bibirnya. Tak lama Dia dra dan Dayana keluar dari kamar mereka.
" Kita mau berangkat sekarang, Mas?"
Diandra bertanya sambil memeriksa barang bawaannya.
" Bentar lagi. Gak usah buru-buru. Lagian Mas bawa mobil sendiri kok. Jadi kita bisa lebih santai."
Diandra membulatkan matanya.
" Mas Raka nekat banget, dari Surabaya bawa mobil sendiri."
Raka hanya tertawa. Setelah makan siang, Raka dan Diandra pamit.
" Raka pamit ya, Paman, Bulek."
" Iya, Ka. Paman titip Diandra."
" Iya, Raka. Bulek titip Diandra, dia anaknya agak susah di bilangin, dan Bulek minta kamu perhatikan pertemanan nya. Disini Dian dulu suka pulang malam."
Mendengar ucapan Ibunya Diandra hanya bisa menunduk. Hatinya tercubit, dirinya sering pulang malam karena harus bekerja paro waktu demi bisa mewujudkan cita-citanya.
Raka yang mendengar perkataan Bu Maya, hanya menipiskan bibirnya.
" Raka tau kok, Bulek. Diandra pulang malam karena harus kerja paroh waktu. Bukan karena hang out sama teman-teman nya. Raka tau bagaimana Diandra disini."
Diandra menatap ke arah Raka. Dirinya sungguh tak tahu, jika Raka tau akan dirinya. Pasti Bude nya yang sudah menceritakan semuanya.
" Maka dari itu Bulek. Raka hanya mau, Diandra belajar yang benar disana. Tanpa harus memikirkan bagaimana keuangannya sendiri. Karena jujur saja, Raka merasa sakit, saat mendengar semua tentang Diandra. Diandra ini adik Raka, Bulek. Walau kami tidak kandung, tapi Raka sayang sama Diandra seperti adik kandung Raka sendiri."
Pak Bayu langsung memeluk Raka. Sedangkan Bu Maya hanya memanyunkan bibirnya. Dirinya merasa terpojok dengan ucapan Raka. Dayana menatap tak percaya pada Kakak sepupunya itu. Raka bukan orang yang suka banyak berbicara. Tapi saat ini, Dayana melihat bagaimana pembelaan Raka terhadap Diandra.
" Paman berhutang banyak sama kamu, Ka."
" Jangan begitu, Paman. Raka senang, bisa menjaga Adik Raka. "
Setelah selesai berpamitan, Raka dan Diandra pun pergi meninggalkan rumah Pak Bayu. Di perjalanan, Diandra beberapa kali melihat ke arah Raka. Ingin bertanya namun merasa tak enak hati.
" Kenapa Di?"
" Mas..mas Raka tau tentang...."
" Mas tau semuanya, Di. Mas selama ini hanya mendengar cerita kamu dari Mama. Dan saat Mas melihat kamu pertama kali datang ke Surabaya, Mas langsung mempercayai cerita Mama. Makanya mas hanya ingin kamu belajar yang benar, dan buktikan pada orang yang menyepelekan kamu, bahwa kamu mampu."
Ucapan Raka membuat hati Diandra terharu. Tumbuh tekad dan semangat di hati Diandra.
" Iya, Mas...Dian akan buktikan Dian bisa. Walau pun orang yang sering menyepelekan Diandra adalah ibu Dian sendiri."
Raka menipiskan bibirnya. Melihat adik sepupunya ini begitu di bedakan oleh Ibunya sendiri.
" Kamu doakan saja, semoga ibumu berubah ke arah yang lebih baik, Di. Bagaimana pun kamu jangan dendam dengan Ibu kamu ya?"
" Diandra gak pernah dendam sama ibu, Dian hanya sedih, kenapa ibu gak pernah menyayangi Dian? Bukankah Dian juga anaknya? Bahkan kami lahir di hari dan waktu yang sama dari rahimnya? Tapi kenapa selalu saja Dayana yang mendapatkan kasih sayangnya? Kenapa, Mas?"
Melihat Diandra yang bersedih, Raka langsung mencari tempat untuk menepi. Raka memberhentikan mobilnya di bahu jalan. Raka mengusap punggung Diandra yang bergetar akibat menangis.
" Apa salah Dian, Mas? Apa salah Dian?"
" Huuuuusssss....kamu gak salah Dek. Ibu mu hanya sedang tidak mampu membagi rasa sayang nya secara adil. Ini semua bukan salah kamu. Kamu jangan sedih ya. Kamu tetap jadi kesayangan kita semua. Walau ibu kamu tidak terlalu menyayangi kamu, tapi disini ada Mas Raka, Mbak Tika, Mama dan Papa yang merupakan Bukde dan pakde kamu. Kamu semua sayang kamu, Di. Dan satu lagi...ada siap itu nama temen cowok kamu itu.. Mas lupa..."
Diandra menatap tak percaya pada Raka.
" Siapa, Di, namanya...Derryyy..Kerry...Jerry...siapa sih?"
Tanya Raka sambil mengingat nama Ferry.
" Ferry, Mas ."
Ucap Diandra malu-malu.
" Ah iya...Ferry. Tapi ingat Di. Utamakan sekolahmu, mas gak melarang kamu untuk pacaran, tapi jangan sampai pacaran membuat kamu menelantarkan kuliah mu. Oke?"
" Iya, Mas .."
Raka pun tersenyum lalu menjalankan kembali mobilnya. Saat melihat minimarket Raka pun menepikan mobilnya lalu turun.
" Ayo Di. Kok bengong."
" Kita mau ngapain Mas?"
" Cari cemilan, perjalanan kita masih jauh, jadi perlu banyak cemilan biar tetap semangat."
Setelah membeli beberapa cemilan, kini Raka dan Diandra pun kembali melanjutkan perjalanan. Di perjalanan, Diandra bahkan sempat tertidur.
Setelah berkendara belasan jam, akhirnya Raka dan Diandra pun tiba di kediaman mereka. Tampak wajah lelah di wajah Raka.
" Mas Raka capek banget ya. Nanti Dian buatin jamu ya. Biar pegal-pegal nya berkurang."
" Iya, emangnya kamu bisa buat jamu? Zaman sekarang kan udah langka anak cewek buat kamu secara tradisional?"
Diandra tertawa.
" Ya bisalah, gampang kok."
Setelah itu, Diandra dan Raka pun masuk. Sudah ada Tika yang menanti kedatangan mereka.
" Jam berapa kalian dari sana? Gak capek apa, Mas. Nyetir belasan jam gitu."
Ucap Tika sambil melirik jam yang ada di dinding. Kemarin Raka sudah mengabarkannya. Jika dirinya akan tiba esok harinya.
" Lumayan. Sekarang mas mau bersih-bersih dulu. Terus lanjut tidur. Jangan lupa ya Di. Janji kamu tadi."
Diandra hanya mengangguk, sementara Tika menyipitkan matanya.
" Janji apa?"
Tanya Tika pada Diandra.
" Janji mau buatin jamu biar pegal-pegal nya Mas Raka berkurang. Mbak Tika doyan gak? Dian mau buat kunyit asem juga."
" Hm.. boleh deh. Tapi gak pahit kan?"
" Gak kok. Malah seger di badan."
" Oke deh. Tapi ntar aja lah. Kamu bersih-bersih aja dulu. Terus istirahat, nanti aku buatin makanan."
" Kita udah makan, Mbak. Kayaknya Dian mau lanjut tidur aja."
Tika pun mengangguk. Dan melihat punggung adik sepupunya itu melangkah menuju kamarnya. Tika pun kembali menuju kamar nya sendiri.
.
.
.
****Assalamualaikum , terima kasih semua...
Mohon maaf karena ketidak pastian up nya gaes...
Tapi aku tetap mengharapkan like, komen dan gift
dari kalian semua ya gaes...love you ..😘😘😘😘**...
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Adfazha
Sabar ya Di, do'ain aja biar ibumu dpt hidayah... jgn hiraukan 1 org yg membencimu kna msh byk org yg menyayangimu
2022-11-27
0