Bab 5

Siang ini setelah pulang sekolah, Diandra dan Alisha pergi menemui kakak sepupunya yang membuka cafe. Diandra mulai di interview. Kakak sepupu Alisha yang bernama Andra itu ternyata juga masih kuliah. Dia membuka usaha bersama seorang temannya.

" Abang gak masalah, asal jangan menggangu sekolah kamu. Tapi sebelum kamu bekerja disini, ada baiknya kamu minta izin orang tua kamu dulu. Karna Abang gak mau nanti Abang atau kamu di salahkan. Paham kan, Di?"

Andra menjelaskan pada Diandra. Di sambut dengan anggukan oleh Diandra.

" Iya Bang, nanti Dian minta izin ke Ayah sama Ibu. Tapi Abang bener kan, nrima Dian kerja disini. Sepulang Dian sekolah?"

Andra tersenyum. Senyum manis.

" Duh...Abang aku kalau senyum manis banget ya. Kalau gak mikir sepupu sendiri, udah jatuh cinta nih."

Alisha berceloteh membuat Diandra dan Andra menoleh ke arahnya. Andra langsung menyentil kening Alisha.

" Belajar yang bener. Ingat Abang ini abangmu. "

" Iya...iya, Bang. Kan Alish udah bilang tadi."

Setelah itu, Andra pun kembali menatap Diandra. Dan melanjutkan pembicaraan tadi.

" Iya, Di. Abang terima. Tapi ingat pesan Abang ya."

" Terima kasih Bang."

" Bang, Alish laper nih. Gak ada makanan apa?"

Andra pun menggeleng. Lalu meminta seorang karyawan nya untuk membuatkan Alisha dan Diandra nasi goreng seafood serta jus jeruk untuk mereka berdua. Sedangkan Andra meminta lon tea serta kentang goreng untuk dirinya.

" Ayo makan. "

Andra mempersilahkan keduanya untuk makan. Diandra merasa tak enak hati. Niatnya kesini untuk bertanya mengenai pekerjaan, tapi malah di minta untuk makan.

" Hm...Bang, apa yang kita makan ini, nanti dipotong dari gaji Dian aja ya."

Ucap Diandra malu-malu. Di sambut dengan gelak tawa oleh Andra.

"Hari ini Abang yang traktir kalian. Tapi nanti, suatu saat Abang yang akan minta traktiran dari kalian. Bagaimana? Jadi kamu Di, gak perlu sungkan."

Diandra tersenyum.

" Iya Bang. Pasti suatu saat nanti Dian akan traktir Abang. Itu janji Dian."

Setelah berkata seperti itu, Diandra dan Alisha tampak sangat menikmati makanan yang tersaji. Sedangkan Andra tampak memperhatikan Diandra.

"kasihan kamu, Di. Tapi Abang salut dengan semangat kamu. Semoga kamu bisa jadi orang sukses ke depannya nanti Di." Batin Andra.

Setelah bertemu Andra siang itu, Diandra pun pulang setelah di jemput oleh Ferry. Di perjalanan, Ferry yang sangat mengkhawatirkan kesehatan Diandra jika nanti harus bekerja.

" Di, kamu yakin? di rumah sudah kamu yang kerjakan, sekarang kamu juga mau kerja paruh waktu, jaga kesehatan kamu, Di. Kamu itu paling suka telat makan."

" Kamu tenang aja, Fer. Aku gak bakalan telat makan lagi kok. Janji deh."

Ucap Diandra saat mereka masih berada di atas motor maticnya Ferry.

" Jadi, mulai kapan kamu kerja?"

" Mulainya lusa. Tapi malam nanti aku mau minta izin ke Ayah. Doain aku ya, Fer. Biar ayah ngizinin aku kerja."

" Hm.."

Mereka pun kembali diam. Hingga saat tiba di depan rumah, Dayana tampak sedang menyiram bunga. Ada beberapa pot berisi bunga melati yang menjadi paforite ibunya.

" Makasih ya. Kamu gak mampir dulu?"

" Gak lah, udah sore. Lagian kamu belum istirahat kan. Masuk gih. Istirahat sebentar."

" Iya Fer. Makasih ya. Kamu memang terbaik."

" Itu karena aku sayang kamu, Di."

Diandra tersenyum. Diandra pun sebenarnya mencintai Ferry. Namun Diandra hanya bisa menunggu ungkapan cinta itu. Untuk mengungkap duluan, tentu saja Diandra malu.

Dayana yang mendengar Ferry menyayangi Diandra terdiam di tempat. Rasa sakit menerpa hatinya. Namun Dayana menyadari, bahwa mereka memang sangat dekat. Dayana memalingkan wajahnya saat Diandra masuk ke dalam rumah. Dayana tak ingin Diandra tahu dirinya tengah menangis. Namun yang namanya saudara kembar pasti tahu saudaranya.

" Kamu kenapa?"

" Hm..gak apa-apa. Mata aku kemasukan debu. Kamu udah makan?"

Diandra mengangguk. Diandra istirahat sejenak, merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata. Tubuhnya sangat lelah hari ini.

" Belum kerja aja begini, gimana nanti kalau aku kerja. Apa.aki sanggup?" Gumam Diandra.

Namun keinginannya untuk masuk kedokteran membuatnya kembali semangat.

" Harus, harus kuat. Harus bisa, ayo semangat Dian.

Saat makan malam, Dian memberanikan diri untuk meminta izin pada orang tuanya.

" Yah, Dian minta izin, mulai lusa Dian akan kerja paruh waktu."

Pak Bayu menjatuhkan kembali sendok yang di pegang nya. Menatap putrinya yang masih terlalu kecil baginya bekerja. Sedangkan Bu Maya hanya diam dan melanjutkan makannya.

" Kenapa kamu mau kerja, Di?"

Kali ini Dayana yang bertanya. Pandangan matanya menatap penuh tanya.

" Nak, masalah kuliah kamu, biar Ayah yang mengusahakan. Kamu cukup belajar. Ayah gak mau konsentrasi kamu terbagi. Sudah cukup kamu mengerjakan semua pekerjaan rumah."

Ucap Ayah sambil melihat ke arah Ibu.

" Tapi Yah..Dian gak mau memberatkan ayah. Tolong ya Yah. Biarkan Dian kerja."

" Biarin aja lah, Mas. Biar tau rasanya cari uang itu gimana? Biar dia gak kebanyakan nuntut sama kita."

Pak Bayu menggebrak meja. Membuat Dayana dan Diandra tersentak kaget. Begitu juga dengan Bu Maya.

" Cukup ,may. Diandra selama ini gak pernah nuntut apapun. Bahkan kamu selalu membedakan dirinya dan Dayana. Mereka itu anak kamu. Selama ini jangan kira aku gak tau, kamu selalu membelikan apapun untuk Dayana. Tapi tidak untuk Diandra. Aku kecewa sama kamu yang gak pernah bisa berbuat adil."

Bu Maya pergi dari meja makan. Dan masuk ke kamarnya. Sedangkan Dayana menunduk sambil menahan tangis. Diandra mengusap lengan Ayahnya. Pak Bayu pun segera pergi keluar. Ingin meredam emosinya.

Kini di meja makan hanya ada Dayana dan Diandra. Mereka hanya saling diam.

" Kenapa kamu mau kerja Di? Aku sering bilang, apapun yang ibu belikan, kamu bisa pakai. Itu milik kita."

Diandra menatap Dayana yang sesekali menyeka air matanya.

" Itu milikmu Yan. Bukan milikku. Cukup sekali aku di permalukan ibuku sendiri di depan teman-temanku karena aku memakai barang milikmu."

Bu Maya yang berdiri di pintu kamarnya, terdiam mendengar ucapan Diandra. Sebagai seorang ibu, hatinya juga sedih, tapi rasa ketakutan kehilangan Dayana membuatnya tak adil.

" Terkadang aku berpikir, apa aku bukan anak Ibu?"

Ucap Diandra lagi. Membuat Dayana menatapnya seketika itu juga. Bu Maya pun membulatkan matanya.

" Kita kembar, Di. Mana mungkin kamu bukan anak Ibu. Ibu say-"

" Ibu cuma sayang kamu, Yan.Aku hanya memiliki Ayah. Sudahlah, keinginanku untuk kerja hanya untuk meringankan beban Ayah. Tapi kamu gak perlu takut, Yan. Pekerjaan rumah akan tetap aku lakukan."

Ucap Diandra sambil berlalu pergi. Bu Maya meneteskan air matanya. Dirinya melihat Diandra yang berbeda. Diandra yang penuh dengan kecewa.

Terpopuler

Comments

Adfazha

Adfazha

ibu tkt khlgn YANA TP sikapmu tlh buat kau khlgn Diandra, Bu. .. jgn nyesel saat Diandra nanti pergi jauh darimu

2022-07-06

2

Asep Simaremare

Asep Simaremare

mana sambungan nya thor

2022-06-24

2

Fauziah Fauziahhh

Fauziah Fauziahhh

cara bu maya salah besar tdk adil pada anak2,y tp di balik itu mngkin ibu maya tau klu Dayana hidup,y ngak lama lg mngkin aja di sisa hidup yana ibu,y pengen membuat yana bahagia dan selalu mencurahkan kasih sayang untuk,mngkin bu maya berpikir ketika yana sudah ngak ada lg di dunia ini baru seluruh kasih sayang,y dia curahkan untuk Diandra sampai bu maya menutup mata akan digantikan dengan kasih sayang untuk Diandra 😭😭😭😭😭😭...

2022-06-20

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!