Dayana keluar dari kamarnya sudah dengan keadaan rapi. Dan kembali memeriksa isi tas nya. Dayana takut, kalau sampai sesuatu tertinggal. Setelah merasa tidak ada yang tertinggal, Dayana pun mengunci pintu rumah dan berangkat ke sekolah.
Setibanya di sekolah, Dayana langsung masuk menuju kelasnya. Disana sudah ada Diandra yang sedang membahas pelajaran bersama Ferry. Diandra memang tak sepintar Dayana. Namun Ferry yang memiliki otak yang lumayan pintar selalu saja membantunya.
" Aku pusing. Ini gimana tadi."
Ferry pun mengacak rambut Diandra. Lalu kembali mengulang penjelasan itu pada Diandra.
" Paham gak?"
" Oo...gitu, paham-paham. Kalau kamu paham gak Lis?"
Diandra bertanya pada Alisha, sahabatnya. Alisha mengangguk. Perempuan berkacamata itu paham atas penjelasan. Sedangkan Satya hanya menggaruk-garuk kepalanya.
" Mumet aku. Gak paham-paham."
Dengan logat jawanya yang kental. Ferry pun dengan sabar kembali mengulang penjelasannya. Dan kini mereka semua sudah siap menjalani ujian. Dayana terkadang iri dengan Diandra. Dian selalu bisa mendapatkan teman dengan cepat di mana pun berada. Diandra bisa cepat akrab dengan siapapun. Tidak seperti Dayana, sangat sulit berbaur dengan orang lain. Bukan dirinya tak menginginkan itu, tapi entah mengapa Dayana selalu merasa tak nyaman jika banyak orang di sekelilingnya.
" Yan, ujian tadi sulit banget ya? Kayaknya aku bakalan remedial ni."
Rena teman satu bangku dengan Dayana mengeluhkan betapa sulitnya ujian tadi. Namun Dayana hanya tersenyum kecil.
" Gak gitu sulit kok, Re."
Rena melihat sekilas ke arah Dayana, lalu mencebik.
" Ya bagi kamu Yan. Kamu kan pinter."
Dayana menundukkan wajahnya. Jawaban Rena tadi berhasil membuatnya sedikit malu. Memang dirinya selalu saja bisa mendapatkan nilai terbaik, tapi tidak pernah bisa mendapatkan sahabat sebaik yang di miliki Diandra.
Lonceng istirahat berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar. Tujuan mereka yang utama adalah kantin. Seperti Diandra dan teman-teman nya. Kini mereka semua menuju kantin, dan tangan Diandra memegang tempat bekal sarapan yang tadi pagi tak sempat di makannya.
" Kamu tadi pagi gak sempat sarapan Di?"
Alisha bertanya pada Diandra, karena Alisha selalu saja memperhatikan Diandra yang sering membawa bekal sarapan ke kantin pada saat jam istirahat.
" Hu'um."
Diandra hanya menggumam, karena mulutnya penuh dengan nasi. Satya menyodorkannya segelas es teh manis pada Diandra. Dan Ferry menyodorkan seporsi bakso kosong pada Diandra.
" Biar kamu makan nya kenyang. Lagian kamu kebiasaan banget, kan aku selalu bilang, kalau kamu belum sarapan, kita berhenti sarapan dulu, sebelum ke sekolah."
Ferry kali ini kembali protes. Sedangkan Diandra mencicipi kuah bakso yang ada di hadapannya dengan sendok yang di pegang nya.
" Iya..iya...lain kali aku bakalan bilang."
Alisha tampak menghela nafasnya. Diandra yang selalu terlihat baik-baik saja membuatnya menatap sendu ke arahnya.
" Di, kamu capek gak sih, selalu aja di bedain?"
Diandra menghentikan gerakannya. Tanpa mereka sadari, Dayana duduk di belakang Alisha dan Diandra.
" Aku gak di bedain kok, Al. Itu semua karna Yana sering sakit-sakitan sejak kecil. Aku juga gak mau dia kenapa-napa."
Lagi-lagi Alisha menghela nafasnya.
" Jangan kira aku gak tau ya, Di. Aku tuh udah capek banget liat kamu di perlakukan berbeda dengan ibu kamu itu. Sejak masih SMP, Di. Aku udah kenal sama kamu dan keluarga kamu. Ferry juga tau itu."
" Udah lah, anggap aja ini latihan buat aku. Kalau nanti aku kuliah di luar kota, aku gak akan canggung lagi ngerjain semuanya sendiri."
Jawab Diandra santai sambil terus memakan nasi dengan bakso di depannya.
" Memang nya kamu mau kuliah kemana Di?"
" Pinginnya di luar kota. Tapi kalau nanti gak bisa, ya dimana aja lah, yang penting aku kuliah. Dan aku bisa mewujudkan impian aku, sebagai seorang dokter."
Dayana yang mendengar keinginan Diandra hanya bisa tersenyum. Bahkan mengamini keinginannya saudara kembarnya itu. Bel istirahat pun berbunyi, kini mereka semua masuk ke dalam kelas. Dan melanjutkan kembali pelajarannya di jam berikutnya.
Setelah empat jam pelajaran berakhir kini semua siswa berhamburan pulang. Alisha yang sedang menunggu jemputannya pun berdiri bersamaan dengan Diandra. Tak lama, Ferry datang dengan motor matic miliknya. Dan Satya dengan motor bebek yang telah di modifikasi oleh abangnya.
" Di, pulang bareng aku ya?"
Ferry meminta pada Diandra. Sementara Alisha langsung mencebik.
" Biar sama aku aja, Fer. Kan jaraknya gak terlalu jauh juga dari rumah aku."
" Tapi Bunda mau ketemu sama Diandra. Atau kamu juga ikut aja ke rumah aku. Biar di boncengin sama Satya. Kita ngumpul rame-rame di rumah. Pasti Bunda seneng. Gimana Sat?"
Ferry bertanya pada Satya.
" Ya ayo. Kalau aku mah, ikut aja. Kalau kamu gimana Al?"
Setelah menimbang sejenak. Alisha pun ikut bersama Satya. Dan tentu saja, sudah meminta agar Alisha tak di jemput. Kini keempat remaja itu berboncengan dengan dua sepeda motor. Satya bersama Alisha, dan Ferry bersama Diandra. Sebelum menuju rumah Ferry, Alisha meminta Satya untuk singgah di minimarket yang mereka lewati.
" Sat, singgah ke mini market depan ya. Aku mau beli cemilan untuk kita semua. Biar Bunda Ferry gak terlalu repot."
" Oke. Jangan lupa minuman sodanya ya Al."
" Iya, aman."
Alisha pun mengambil beberapa cemilan. Mulai kacang atom, kentang goreng, Chiki dan aneka jajanan lainnya. Dan tak lupa juga minuman soda yang di minta oleh Satya.
Satya membantu Alisha membawakan keranjang belanjaan menuju meja kasir. Setelah itu, barulah Alisha membayar sesuai dengan jumlah yang tertera.
" Al,kamu belanja sebanyak ini, apa nanti orang tua kamu gak marah. Uang jajan kamu habis semua gitu."
Tanya Satya, karena melihat Alisha yang berbelanja begitu banyak.
" Gak apa-apa. Tenang aja. Papa gak masalah, selama itu bukan untuk narkoba atau hal-hal negatif lainnya."
" Baik banget sih, Papa kamu. Perlu anak lagi gak? Aku mau dong jadi anak angkatnya."
Alisha dengan cepat menepuk punggung Satya. Membuat remaja itu mengaduh.
" Mending gak sodara dari pada punya sodara kayak kamu, Sat. Udah yuk, buruan."
Lalu mereka kembali menaiki motor bebek milik Satya. Sedangan Ferry dan Diandra yang telah lebih dulu tiba pun melihat ke arah belakang.
" Kok Alisha dan Satya belum sampe ya?"
" Lagi jajan kali. Kayak gak tau Alisha aja. Kalau udah ngumpul gini, tu minimarket pindah ke rumah ku."
Jawaban Ferry membuat Diandra tertawa. Mendengar suara tawa Diandra, Bunda Mira pun keluar dari dalam rumah.
"Assalamualaikum, Bun."
Ucap Diandra lalu mencium takzim punggung tangan Bunda Mira. Wanita berhati lembut ini selalu saja tersenyum ramah setiap kali mereka ngumpul di rumah Ferry.
" Waalaikumsalam, Cantik. Alisha dan Satya mana?"
Tak lama Satya dan Alisha pun datang. Dan benar saja kresek belanjaan berisi jajanan pun bertengger indah di bagian depan motor Satya. Belum lagi yang di pegang oleh Alisha.
" Mau buka mini market Bu?"
Goda Diandra yang melihat begitu banyak cemilan yang di beli Alisha siang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Adfazha
DDF bkln jd cinta segitiga kah apa segi byk eehhh 🤭🤭 Dian yg supel beda dg Yana yg minder...
2022-07-06
0
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2022-06-11
1
Gest Pras
ikutin alur dulu.....😁
2022-06-07
1