Bab 4

Pagi hari seperti biasa, Diandra melakukan semua pekerjaan rutinnya. Dan seperti biasa, Diandra juga di jemput oleh Ferry untuk berangkat ke sekolah bersama. Namun pagi itu, Diandra belum selesai, dan Dayana lah yang sudah lebih dulu siap, dan sedang menunggu ojek langganan nya.

" Hai, Yan. Diandra mana?"

Di sapa oleh Ferry, membuat jantung Dayana berdegup kencang. Bahagia karena orang yang di cintainya lebih dulu menyapa.

"Ddian lagi siap-siap. Kammmu tunggu aja. Mungkin sebentar lagi."

Ferry tersenyum mendengar jawaban Dayana. Senyum yang membuat hati Dayana berbunga-bunga. Mereka berbincang sejenak. Sampai saat Diandra keluar dari rumah.

" Udah lama, Fer?"

Sapa Diandra ketika di lihatnya Ferry tengah berbicara dengan Dayana.

" Belum, tumben Lo lama. Biasanya udah rapi aja."

Ucap Ferry santai dan mereka sama-sama melangkah menuju motor matic miliknya. Bertepatan dengan Mamang ojek langganan Dayana datang. Dayana langsung menghampiri dan naik.

" Aku duluan ya."

Sapa Yana pada mereka. Dan mereka pun mengangguk. Di motornya, Ferry melihat wajah Diandra yang tampak berbeda dari hari-hari biasanya.

" Kamu kenapa, Di?"

" Gak apa-apa, Fer. Aku lagi belum pingin cerita. Nanti pasti aku cerita kalau hatiku udah lebih tenang."

Ferry mengangguk. Ferry paham betul sifat Diandra seperti apa. Setibanya di parkiran sekolah, Tampak Satya dan Alisha yang juga baru tiba. Diandra berjalan bersama Alisha, sedangkan Satya dan Ferry berada di belakang mereka. Satya berbisik pada Ferry.

" Si Dian kenapa? Kok kayaknya murung gitu?"

" Gak tau, Sat. Aku tadi tanya dia belum mau cerita."

Bel masuk pun terdengar, dan kini mereka semua masuk ke dalam kelas masing-masing. Sampai jam pelajaran berakhir, Diandra belum juga mau cerita.

" Fer, aku pulang bareng Alisha aja ya."

Ferry pun langsung mengangguk. Mereka menaiki taksi online. Dan selama di dalam taksi, Diandra bercerita jika dirinya ingin mencari pekerjaan.

" Tapi pelajar kayak kita gimana mau kerja, Di?"

" Aku mau kerja apa aja. Yang penting aku bisa dapatin uang."

" Emangnya kamu butuh berapa banyak? Mungkin aku bisa bantu. Aku punya kok sedikit tabungan."

" Aku kerja untuk biaya kuliahku nanti, Lis."

Alisha mengangguk paham. Diandra lebih dulu tiba, saat akan melangkah ke dalam rumah, Alisha berteriak.

" Nanti aku coba tanya ya ke kakak sepupu aku. Berdoa aja."

Diandra mengangguk. Dayana yang lebih dulu tiba dan sudah menanti Diandra berharap dapat bertemu Ferry. Melihat Diandra bersama Alisha, Dayana mengerutkan keningnya.

" Kamu gak pulang bareng Ferry, Di?"

Diandra mengangkat wajahnya melihat Dayana bertanya.

" Gak, kenapa?"

" Eenngggaaak...enggak apa-apa. Kalian bertengkar?"

Diandra semakin bingung, tak biasanya Dayana bertanya.

" Gak, kenapa sih?"

" Heheh...gak apa-apa kok. Tanya aja. Soalnya tadi di kelas, aku perhatikan kalian cuma diem-dieman gitu. Ya udah deh aku ke belakang dulu ya."

Dayana pun langsung pergi ke arah belakang. Sedangkan Diandra langsung menuju kamarnya. Mengganti seragam, dan merebahkan tubuhnya. Diandra bertekad akan mencari pekerjaan yang bisa di lakukan setelah pulang sekolah. Ini dia lakukan untuk membiayai kuliahnya kelak.

Malam harinya, Alisha mengabarkan pada Diandra bahwa kakak sepupunya membutuhkan pelayan di cafe miliknya. Dan Diandra pun dengan semangat tinggi bertanya pada Alisha.

" Udah deh, pokoknya besok kita langsung aja ke cafe nya. Ya syukur-syukur bisa langsung di terima kan? Tapi kamu yakin mau sambil kerja Di? Sekolah kamu gimana?"

" Mau gak mau ya harus, Lis. Kamu kan tau, biaya kuliah itu gak sedikit. Aku gak mau membebani Ayah."

" Ya terserah kamu lah. Pokoknya besok siang kita akan ke cafenya trus bicara langsung sama kakak sepupuku aku."

Setelah berkata seperti itu, Alisha dan Diandra pun saling menutup panggilan. Dayana yang mendengar pembicaraan itu langsung bertanya pada Diandra.

" Kamu mau kerja, Di?"

Diandra menoleh sekilas pada Dayana. Di tangannya terlihat Dayana memegang sebuah kaos baru. Berwarna pink.

" Iya."

Jawab Diandra cepat. Sambil menata buku pelajaran nya. Hati Diandra selalu saja sakit, setiap melihat Dayana masuk ke kamar membawa sesuatu yang baru. Dayana meletakkan kaos pemberian ibunya itu di samping Diandra.

" Kamu besok pakai baju ini aja. Cocok untuk kamu."

Diandra menghentikan gerakan tangan nya yang sedang memasukkan buku ke dalam tas nya.

" Kamu mau aku di marahi sama ibu?"

" Bukan gitu Di-"

" Ibu belikan itu untuk kamu, jadi kamu yang harus memakainya. Aku sudah biasa Yan. Kalau aku perlu baju yang bagus. Aku bisa pinjem punya Alisha."

Dayana tampak murung. Namun dirinya tu betul sifat Diandra.

" Aku gak tau, Yan. Salah aku apa, hingga ibu kandung ku sendiri pun sepertinya enggan melihatku."

Ucap Diandra lirih. Baru kali ini Diandra merasa begitu sakit. Dayana yang mendengar pun menatap Diandra yang menghela air matanya. Diandra tak ingin saudaranya itu melihat dirinya menangis.

" Di..."

" Udahlah, Yan. Gak perlu merasa prihatin. Aku sudah biasa. Mungkin aku aja yang terlalu terbawa perasaan. "

Setelah berkata seperti itu, Diandra pergi ke dapur. Diandra membersihkan dapur dan mencuci piring bekas makan mereka. Sambil sesekali Diandra menyeka air matanya. Walau bukan yang pertama, Diandra selalu saja sedih, saat di lihatnya Dayana membawa sesuatu pemberian dari ibunya.

Diandra sedikit terisak, hingga membuat Ayahnya yang sedang mengambil minum pun menatap sendu ke arahnya.

" Nak, kalau kamu lelah, sudah tinggalkan saja. Besok kamu lanjutkan lagi."

Namun Diandra menggeleng. Diandra tau, besok ibunya akan memarahinya, jika piring bekas makan tak bersih. Dayana yang mendengar ucapan Ayahnya langsung menuju dapur.

" Di, aku bantu ya."

" Gak perlu. Aku masih sanggup. Gak usah pedulikan aku."

Ucap Diandra sambil sedikit meninggikan suaranya. Bu Maya, ibu dari mereka yang mendengar suara Diandra menuju arah suara.

" Ada apa sih. Malam-malam kok berisik."

Pak Bayu menatap ke arah istrinya. Dayana melihat ke arah Diandra dan Ibunya secara bergantian.

" Dian, ada apa lagi ini. Kamu itu, kalau di suruh kerja ada aja. Oh, apa karna Dayana ibu belikan kaos itu tadi, Iya?"

Diandra menatap ke Ibunya. Bukannya merasa bersalah, justru Bu Maya malah mengibaskan tangannya.

" Ya, Besok ibu belikan untuk kamu. Jangan kayak anak kecil kamu. Gitu aja nangis."

Bu Maya pun berlalu. Sebenarnya bukan masalah itu saja, Diandra merasakan ibunya yang tak pernah adil padanya. Bagaimana pun, dirinya dan Dayana adalah putri kandung nya.

" Gak perlu Bu. Dian gak perlu baju itu. Kalau Dian mau pakai baju bagus, nanti Dian akan pinjam sama teman. Dian gak mau, karna baju itu, nanti ibu terus-menerus memarahi Dian. Dian capek Bu."

Bu Maya terdiam di tempat. Sedangkan Pak Bayu menatap sendu ke putrinya itu. Sedangkan Dayana terdiam dengan air mata yang jatuh tiba-tiba.

Terpopuler

Comments

Siti Nur Rohimah

Siti Nur Rohimah

bawang bombay semua thor😭😭😭

2022-07-06

1

Adfazha

Adfazha

Ibunya slalu gk adil jgn sampe tar tau Yana suka sm Ferry truz nyuruh Dian jgn dkt2 Ferry lg hadeehh Ambyaaarr dunia persilatan deh

2022-07-06

0

Gest Pras

Gest Pras

selalu sukses .. bawangggg

2022-06-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!