Dayana yang pulang dengan ojek langganan pun melihat ke arah rumah Ferry. Di teras rumah itu ,mereka semua berada. Tampak saling bercanda dan tertawa. Dalam hati Dayana sering iri, melihat Diandra di kelilingi oleh teman-teman yang menyayanginya.
Setibanya di depan rumah, Dayana langsung turun dan memberikan selembar uang berwarna ungu kepada Pak Min.
" Terima kasih Pak."
" Sama-sama, Neng."
Dayana masuk ke dalam rumah, di lihatnya sekeliling rumah itu. Sunyi. Sesunyi hatinya. Memang dirinya di manjakan oleh ibunya. Namun Dayana merasa jauh dari saudara kembarnya, Diandra. Jika kebanyakan saudara kembar menjadi teman dan sahabat bagi saudaranya, berbeda dengan Dayana dan Diandra. Diandra seperti ingin menghindar dari Dayana, bahkan dari ibunya.
Dayana melihat ke arah meja makan. Di bukanya tutup tudung saji. Sudah ada ikan dan sayur disana. Siapa lagi yang memasak, kalau bukan Diandra. Setiap pagi itulah kegiatannya. Rumah pun sudah bersih. Hal itulah yang sering membuat Diandra tak sempat memakan sarapannya.
Menjelang sore, Diandra di hantarkan oleh Ferry. Dan Dayana hanya mampu menatap nya dari pintu rumah. Diandra masuk ke rumah setelah mengucapkan salam yang di balas dengan Dayana. Diandra pun bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Tak berapa lama pun, kedua orang tua mereka pulang dari pasar.
" Dian, buatin ibu dan Ayah teh hangat."
Maya langsung meminta Diandra untuk membuatkan teh. Dayana yang mendengar permintaan ibunya langsung berinisiatif membuatkan teh. Saat melihat Dayana yang membawanya, Maya pun menegakkan tubuhnya.
" Loh, Dian kemana? Kok Yana yang buat teh untuk ibu dan ayah?"
" Dian lagi mandi Bu."
" Kebiasaan banget sih. Udah mau Maghrib baru mandi. Pasti dia dari rumah temennya itu lagi."
Maya mengomel dan membuat suaminya menatap ke arahnya.
" Biarin lah May. Lagian rumah temannya itu juga gak jauh dari sini."
Maya balas menoleh ke arah suaminya. Lalu membuka suara.
" Ini ni, akibat sering kamu manjain, Dian jadi sering kelayapan. Kamu tuh Mas. Terlalu manjain dia."
" Susah emang bicara sama kamu."
Bayu pergi meninggalkan Maya setelah berkata seperti itu. Membuat Maya mencebikkan bibirnya.
" Bu, kalau cuma hal-hal kecil seperti ini, Yana kan bisa mengerjakannya. Jangan semua Dian, Bu. Kasihan Dian."
Maya menghela nafasnya. Diandra yang baru saja keluar dari kamar mandi dan ingin melangkah ke kamar pun berdiri mematung mendengar ucapan Yana. Sedangkan Maya, yang melihat Diandra mematung langsung berkata pada Diandra.
" Dian, kamu jangan besar kepala ya, karena di belain sama Yana."
Yana yang mendengar ibunya berkata seperti itu langsung melihat ke arah Diandra yang masih mematung disana. Diandra pun langsung masuk ke kamar. Di ikuti oleh Yana.
" Di.."
" Lain kali jangan kerjakan apapun yang di perintahkan ibu padaku, Yan. Dan gak perlu membelaku di depan ibu."
Ucap Diandra tanpa melihat ke arah Dayana. Dayana menghela nafasnya. Lalu bertanya pada Diandra.
" Kenapa aku selalu salah di mata kamu, Di? Aku ini saudara kembarmu."
Diandra membalikkan tubuhnya, lalu melihat ke arah Yana. Saudara kembar yang wajahnya hampir mirip dengannya itu pun hanya menundukkan kepalanya.
" Aku gak membencimu, Yan. Tapi aku cuma gak mau ibu terus menerus membenciku."
Sesaat setelah berkata itu, adzan Maghrib pun berkumandang. Diandra dan Dayana sama-sama mengambil mukenah milik mereka.
" Di, kamu pakai mukenah ini aja. Ini--"
Belum selesai Dayana bicara, Diandra menatap nya tajam.
" Kamu paham gak sih, Yan?"
Diandra pun berlalu sambil menggelengkan kepalanya. Mereka sholat berjamaah di ruang tamu rumah. Karena rumah mereka yang sederhana, memiliki satu ruang tamu, dua kamar tidur, dapur dan satu kamar mandi. Diandra dan Dayana pun tidur di satu kamar yang sama. Walau mereka berbeda ranjang.
Setelah selesai sholat Maghrib, Diandra melihat sayur dan lauk yang tersedia di lemari makan. Lauknya masih bisa dimakan, tapi sayurnya seperti sudah tidak enak. Diandra pun langsung membuka lemari es, untuk melihat persediaan sayuran yang ada. Diandra melihat ada sayur bayam di sana, lalu Diandra pun memasak bening bayam untuk malam ini.
" Bu, makanannya sudah siap."
Diandra menghampiri ibu dan Yana yang sedang duduk di ruang tamu. Lalu mereka pun duduk di meja makan, menikmati makan malam walau hanya dengan menu sederhana. Selesai makan, Dayana pun membantu membersihkan meja makan. Sedangkan Diandra langsung mencuci piring bekas mereka.
" Yan, tahun ini, kalian aja naik di kelas tiga. Kamu mau kuliah dimana?"
Bayu bertanya pada Dayana. Dan tak lama, Diandra pun datang ikut duduk bersama.
" Kamu Dian, mau kuliah dimana?"
" Pokoknya ibu mau, Dayana kuliah di tempat yang bagus. Biar setelah lulus kuliah Dayana bisa lebih cepat dapat kerja di kantor besar."
Maya membuka suaranya. Membuat Bayu menatap ke arah Dayana dan Diandra.
" Yana kuliah di universitas yang biasa-biasa Bu."
Ucap Yana kemudian.
" Gak bisa dong, Yan. Kamu itu harus kuliah di kampus yang bagus. Biar nanti kalau kamu ngelamar kerja di perusahaan gede, bisa langsung keterima."
Bayu mengangguk. Lalu menatap ke arah Diandra.
" Kalau Dian, mau kuliah dimana?"
" Dian pinginnya kuliah di luar kota Yah."
" Apa??? Kamu itu, jangan yang aneh-aneh ya Dian. Kalau kamu kuliah di luar kota, akan banyak pengeluaran. Kamu harus kos, belum lagi biaya makan, transport dan lain-lainnya. Gak..gak, ibu gak setuju."
" Tapi, Bu..."
" Oh, apa jangan-jangan kamu mau kuliah di luar kota, biar bisa bebas gitu? Ibu gak nyangka..."
" Bu.."
" Cukup, May. Kamu itu kebiasaan banget. Anak kamu belum selesai bicara udah kamu potong aja."
Maya mendengus kasar.
" Memang nya kamu mau kuliah dimana?"
Tanya Bayu pada putrinya itu.
" Di kampus dimana Kak Raka kuliah, Yah. Programnya bagus-bagus."
"Kamu jangan belaga orang kaya, Dian. Kamu itu orang susah, Ayah sama Ibu kamu itu cuma pedangan kecil. Udah deh, kalau kamu mau kuliah, kuliah aja disini, cari kampus yang biasa-biasa aja."
Bayu menghela nafasnya. Diandra yang merasa tak mendapat dukungan dari ibunya pun langsung masuk ke kamar
" Bisa agak sih, May. Kalau sama Diandra itu kamu jangan terlalu ketus? Diandra juga anak kamu, May."
" Mas, Aku cuma menginginkan Dian. Jangan bermimpi terlalu tinggi. Mau biaya dari mana kita, kalau Diandra juga kuliah di kampus yang mahal. Mas kan tau, biaya kuliah di kampus Raka itu berapa? Emang Mas sanggup?"
Bayu menghela nafasnya. Sedangkan Dayana memijat pelipisnya yang berdenyut mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.
" Bu, Dayana juga kuliah di kampus yang biasa aja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Adfazha
Dian jd anak kandung rasa anak tiri apa ART yaahh, ibunya tkt klo Dian kuliah jauh gk ada yg kerjain tuh PR nya biasa smua udah jd tgs Negara Dian
2022-07-06
1
Adfazha
wah si ibu kykny otaknya krg se ons yaa.. ngaku pdgg kcl org ssh tp yana hrs kuliah ditempat bgs... emang byr pake daun bu apa pgn dpt beasiswa gt.. Dian sabaar yaa biar rezekinya luebaar
2022-07-06
1
Atala Ravisqi
kak, aku nunggu cerita ini kok gk up2 jg ya, bagus loh ceritanya.
2022-06-14
2