Dayana Dan Diandra

Dayana Dan Diandra

Bab 1

Matahari belum menampakkan cahayanya, namun gadis manis bernama Diandra sudah sibuk berkutat dengan bumbu-bumbu di dapur. Setiap pagi inilah yang dilakukannya. Menyiapkan makan pagi dan mencuci pakaian. Semua ini Diandra lakukan sejak masih duduk di sekolah menengah pertama. Diandra tak pernah mengeluh, karena Dian, begitu biasa mereka memanggilnya, saudara kembarnya tak bisa melakukan hal itu. Dayana, saudara kembar Diandra sejak kecil selalu sakit-sakitan. Jadi wajar saja, jika orang tua mereka terutama ibunya selalu mengistimewakan nya.

" Di, sarapannya udah selesai belum? Ibu mau pergi ke pasar. Nanti kesiangan. Kamu juga lelet banget sih."

Dian menghela nafas, lalu bangkit dari kamar mandi.

" Udah Bu. Teh dan nasi sarapan ibu juga udah Dian siapkan. Punya Ayah juga."

Dian menjawab pertanyaan ibunya, sambil mengangsurkan sepiring nasi dan juga segelas teh manis hangat ke hadapan Ibunya. Maya, ibu dari Dian dan Yana, selalu saja menyuruh Dia untuk mengerjakan semua pekerjaan berat. Jika Dian protes maka jawaban ibunya hanya satu.

" Kamu tau kan, Yana itu sejak kecil sakit-sakitan, jadi ibu gak mau membebaninya dengan pekerjaan berat. Trus, kalau bukan kamu yang bantuin ibu, siapa lagi?"

Dan setiap kali mendengar perkataan seperti itu. Diandra hanya bisa pasrah. Diandra tau, sejak kecil kembarannya itu memang berbeda. Namun Diandra juga ingin ibunya bersikap adil pada dirinya.

Maya ibu dari Diandra dan Dayana. Sejak dulu memang selalu begitu. Mungkin karena takut kehilangan Dayana, membuat Maya sangat over protective pada salah satu anaknya itu. Tapi dirinya melupakan kalau ada satu orang anak lagi yang hatinya terluka akibat perlakuan nya.

Bayu, ayah dari Diandra dan Dayana hanya menatap sendu melihat putri kembarnya itu di perlakukan berbeda.

" Dian, kamu juga sarapan dulu, Nak."

Dayana yang sudah bangun dan hendak masuk ke kamar mandi, langsung di sapa oleh ibunya.

" Yana, kamu kok udah bangun?"

" Yana, mau belajar dulu Bu. Pagi ini Yana ada ujian."

Yana menatap Diandra yang masih sibuk mencuci pakaian mereka semua. Saat Yana akan membantu Dian, tangan Yana di cekal oleh Diandra.

" Gak usah, Yan. Kamu belajar aja."

Yana menatap sedih saudara kembarnya itu. Tak jarang, Yana melihat Diandra yang bekerja sambil menyeka air mata. Bukan Diandra tak ikhlas mengerjakan itu semua. Namun Diandra hanya ingin ibunya memberikan perhatiannya.

" Aku bantu biar cepat selesai."

Namun lagi-lagi tangan Yana di cekal oleh Dian. Matanya menatap tajam wajah saudaranya itu. Ada rasa marah, benci dan kecewa di tatapannya. Yana hanya bisa pasrah, lalu mencuci wajahnya dan kembali ke kamar.

" Dian, ibu berangkat ke pasar dulu. Jangan lupa, nanti kamu siapkan sarapan Yana."

" May, Yana bisa mengerjakan itu. Kamu jangan selalu saja memberatkan Dian."

Maya hanya mencebik, saat suaminya itu selalu memanjakan Yana.

" Dian, biar nanti Yana menyiapkan sarapannya sendiri. Kamu jangan lupa sarapan. Bapak dan Ibu pergi ke pasar dulu. Assalamualaikum."

Kedua orang tua Diandra dan Dayana memiliki sebuah kedai bahan makanan. Hanya kedai kecil, yang hasilnya juga tak begitu besar. Saat ini Dayana dan Diandra sudah duduk di bangku SMA kelas 2. Diandra sempat berpikir untuk mencari uang tambahan sendiri, karena uang yang di berikan orang tuanya tak cukup untuk menutupi kebutuhan sekolahnya.

Yana yang mendengar kepergian orang tuanya, langsung menutup pintu dan menguncinya. Lalu kembali ke dapur untuk membantu saudara kembarnya itu mencuci piring bekas makan kedua orang tua mereka.

" Di...biar aku aja yang cuci piringnya."

Diandra yang telah selesai dengan cucian pakaiannya itu pun menjawab tanpa menatap Dayana.

" Kamu gak ngerasa pagi ini dingin. Kalau kamu nanti cuci piring trus kedinginan, lalu sesak nafas lagi, siapa yang akan di marahi oleh ibu? Aku capek Yan Selalu saja di salahkan. Udahlah, kamu gak perlu bantuin apapun."

Diandra pun berlalu, meninggalkan Dayana yang berdiri di dekat meja makan. Air matanya luruh seketika.

Sedangkan Diandra langsung mencuci piring kotor bekas makan kedua orang tuanya dan bekas piring kotor saat dirinya memasak. Selesai dengan cucian piring, Diandra pun bangkit dari kamar mandi, membawa wadah yang berisi piring yang telah di cuci Diandra. Diandra menyusunya di rak piring. Agar semuanya terlihat bersih dan rapi.

" Ini sarapan kamu."

Diandra menyodorkan sepiring nasi putih dengan telur ceplok di atasnya. Sedangkan Diandra tak sempat sarapan karena terburu-buru. Dan sarapan pagi itu di letakkan di sebuah wadah. Yana menatap Diandra yang tampak terburu-buru pagi ini.

" Kamu gak sarapan Di?"

" Gak sempat, aku belum belajar untuk ulangan. Jadi aku sarapan di sekolah aja. Nanti jangan lupa kunci pintunya."

Diandra langsung menggendong tas punggungnya. Penampilan Diandra yang sangat sederhana membuat banyak orang tak percaya jika Diandra dan Dayana adalah saudara kembar. Selain wajah mereka yang tak begitu mirip. Cara berpakaian pun mereka berbeda. Diandra lebih sederhana dengan tampilan yang tak mencolok. Sedangkan Dayana tampilannya seperti gadis seusia pada umumnya.

Saat Diandra protes karena tak di belikan barang yang sama.Jawaban ibunya hanya satu.

" Uang ibu gak cukup kalau untuk beli dua. Kamu lain kali aja ya?"

Hal itu berulang, hingga akhirnya Diandra tak perduli lagi, dan tak pernah bertanya ataupun protes.

" Itu milik kita, Di. Kamu kalau mau pakai aja. Gak perlu izin dari aku. Semua yang aku miliki itu juga punya kamu."

Dayana selalu berkata seperti itu. Namun karena merasa di bedakan, Diandra tak pernah memakai apa-apa yang di belikan Maya untuk Dayana. Bahkan Dayana berulang kali memaksa, agar Diandra memakainya, namun Diandra tidak menggubrisnya sama sekali.

Diandra keluar dari rumah, bertepatan dengan Ferry yang juga datang menjemputnya.

" Pagi-pagi jangan manyun gitu. Jelek tau."

Ferry menyapa Diandra yang baru aja keluar.

" Berisik Lo. Yuk buruan."

" Oke.."

Lalu mereka pun pergi meninggalkan rumah Diandra. Sementara Dayana hanya mampu menatap kepergian saudara kembarnya itu dari balik tirai jendela di kamarnya. Dayana merasa sesak di hatinya, saat menyaksikan saudara kembarnya begitu dekat dengan laki-laki yang di cintainya. Namun Dayana sadar, bahwa sejak masih sekolah menengah pertama, Diandra memang dekat dengan Ferry, dan Diandra juga sudah akrab dengan kakak dan adik Ferry. Tante Mira, ibu dari Ferry pun sangat menyayangi Diandra.

Dayana keluar dari kamarnya sudah dengan keadaan rapi. Dan kembali memeriksa isi tas nya. Dayana takut, kalau sampai sesuatu tertinggal. Setelah merasa tidak ada yang tertinggal, Dayana pun mengunci pintu rumah dan berangkat ke sekolah.

Terpopuler

Comments

aca

aca

ortu aneh Q jg punya anak kembar gk gitu amat semua adil kali

2025-01-06

0

Anonymous

Anonymous

keren

2024-08-14

2

Alfan

Alfan

di cari-cari Alhamdulillah akhirnya ketemu juga

2023-09-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!