Setelah meminum obatnya Erliana memberitahukan Sahabatnya kalau dia merasa mengantuk.
"Rin,, Lan,, mata aku udah ngantuk banget."
"Aku istirahat bentar yahh.."
Ririn dan Lani mempersilakan Erliana untuk istirahat.
"Kamu istirahat aja,," kata Lani dan tangannya membetulkan selimut Erliana
"Tapi kalian jangan pulang dulu yah.."
"Iya,, kita bakal nungguin kamu disini. Udah sekarang kamu istirahat aja." jawab Ririn
"Eh,tunggu,, emang kenapa kalau kita pulang. Kamu kan udah ada temennya,," Ririn memelankan suaranya
"Kamu pikir aku gak risih apa, aku kan gak kenal sama mereka.."Kata Erliana dengan berbisik
"Iyaa udah,, sekarang kamu istirahat dulu.. Kita gak akan ninggalin kamu.." kata Lani
Ketika Erliana istirahat,, kedua sahabatnya duduk diatas bed yang memang disediakan untuk istirahat keluarga pasien, fasilitas dari Kamar VVIP yang Erliana tempati. Mereka berdua berbisik bisik membicarakan tentang Erliana dan Tama. Mereka berbisik karena takut mengganggu Erliana yang sedang tidur dan juga mereka takut apa yang mereka obrolkan didengar oleh Tama.
"Alhamdulillah aku bersyukur, Er ditolong sama orang baik." bisik Ririn
"Iyaa Alhamdulillah.."
"Lan,, kamu ngerasa gak sih kalau Pak Tama perhatian banget sam Er.."
"Iya,, Aku juga ngerasa gitu.."
"Kata Er tadikan, dia gak kenal,, tapi kaya udah kenal yah." Lani penasaran.
"Soalnya mereka berdua tuh kesannya udah akrab banget. Makan aja pake disuapin.. hihihi.."
"Setau aku kayaknya Er gak begitu deh.. Kalau dia punya temen cowok, pasti kita juga kenal. Bener gak..?"
"Tapi kamu tadi ingat gak,, Pak Tama bilang.. Kalau ada apa-apa sama Er,, dia gak bisa maafin dirinya sendiri.. Kok bisa gitu ya,," Lani mulai kepo
"Nah itu dia Lan,, aku juga dari tadi mikir begitu. Penasaran kan..?"
"He'emm,," jawab Lani kepalanya manggut manggut
"Bener-bener sakit membawa berkah.." kata Ririn
"Maksud kamu gimana,,?" "Emangnya ada sakit membawa berkah..?"
"Ada.."
"Mana,?"
"Kalau yang nolongin cowok model kaya begitu,, aku sih ikhlas aja sakit.. Udah cakep,, kasih fasilitas yang begini gak kaleng kaleng.. dah gitu perhatian lagi.. Hihihi" Ririn cekikikan
"Dasar,," sambil menonyor kepala Ririn..
"Gila kok gak ilang ilang.. itu sih mau kamu.."
"Menurut kamu itu yang namanya sakit membawa berkah..??"
"Hihihi,, Iya,," Ririn terkekeh
Sedangkan Lani melihat keki Ririn dan tersangkanya malah tertawa
"Hahahaha,," Tawa Ririn
Tama yang baru selesai memakan bubur hanya melihat sekilas karena suara tawa Ririn, begitu pula dengan Heru. Mereka berdua yang menjadi pusat perhatian langsung menutup mulutnya.
Tama dan Heru melihat sekilas sahabat Erliana, dan tak sengaja mata Tama juga kearah Erliana. Tama yang tadinya sedang membahas pekerjaan dengan Heru sembari makan, menanyakan tentang siapa yang mencoba untuk mencelakainya. Heru pun masih menyelidikinya,, karena laki-laki misterius itu bungkam. Dia belum mau membuka mulutnya. Lelaki itu hanya dibayar untuk memcelai dan membunuh Tama, karena orang yang membayarnya selalu kalah dengan Perusahaan yang Tama pimpin. Perusahaan Tama bukan hanya perusahaan properti saja, tapi juga mempunyai bisnis yang lain yang tidak diragukan lagi kualitasnya. Dan juga mempunyai beberapa Mall di kota kota besar. Banyak Perusahaan perusahaan yang ingin bergabung dengan perusahaan Tama, karena mereka tahu bagaimana sepak terjang pemimpinnya.
"Her,, gimana ada kabar,,?" tanya Tama
"Belum ada broo.. dia masih belum buka mulut"
"Kira-kira siapa yah, yang mau main main sama kita,?"
"Nah itu,, kalau tuh orang gak ngomong, kita gak akan tau siapa dibalik ini semua.."
"Kamu punya rencana gak,,?"
"Ada sih,, tapi nanti bakal aku jalanin kalau dia benar-benar gak mau buka mulut.." Ekspresi wajah Tama berbeda saat membicarakan orang yang akan
mencelakainya.
"Her,, suruh seseorang buat selidikin siapa orang yang kemarin nusuk Erli,," "siapa dia,,? dan cari tau juga keluarganya.." Titah Tama pada Heru
"Oke,, dengan senang hati," Heru mengedipkan satu matanya dan tersenyum.
"Aku titip kantor sama kamu dulu,, tolong handel semuanya dulu.."
"Oke broo siap,,"
"Kamu juga harus hati-hati,,"
"Oke,, siiiip." Heru sambil menujukan dua jempol tangannya.
Heru penasaran dengan sikap Tama. Jadi dia memutuskan akan mencari tahu dengan mengajak ngobrol Tama santai.
"Kamu beneran mau jagain dia sampai sembuh,,?" tanya Heru
"Iyaa,, kenapa emang..?"
"Gak sih,, gak papa.. Cuma aku heran aja sama kamu.."
"Heran kenapa,,?" Tama mengerutkan dahi
"Kamu gak merasa ada yang aneh sama diri kamu sendiri..?"
"Aneh,,? emang kenapa sama aku,,?" Jawabnya datar merasa dirinya biasa saja
"Ya ampun,,," Heru mulai gemas
"Kenapa sih,?"nada suara Tama yang juga gemas
"Gak,, gak usah dibahas.."
"Iihhh.. Kok jadi kamu yang sewot,,"
Heru diam saja,, dia hanya mengangkat bahunya.
"Iihhh,, aneh,," Tama menatap Heru aneh..
"Bodo amat," jawab Heru singkat dan sengaja memasang wajah yang bikin orang jengkel ( bayangin sendiri ya guys )
"Kok jadi nyolot,, kenapa tuh muka,, lama-lama aku lempar juga nih Ipad ke muka kamu," sambil mengangkat Ipadnya diarahkan pada Heru..
"Hahahaha,," Heru tertawa
"Kenapa Ketawa, emang ada yang lucu,,?"
"Ada,, lama-lama kamu tuh lucu."
Hahahaha masih dengan tawanya
"Sialan,," Tama melempar tisu bekas makannya ke arah Heru
"Kalau masih ketawa, ini vas bunga bakalan melayang. benjol benjol tuh kepala.. Hahahaha.." Tawa Tama pecah
"Mau adu lempar melempar!! Ayo," ajak Heru
"Siapa takut,, Ayo."
"Awas aja ya,, aku potong beneran gaji kamu.." ancam Tama
"Oh, silahkan. Aku bakal aduin ke Papa kalau kamu disini lagi nyimpen cewek.."
Papa yang dimaksud adalah Ayah dari Tama,, menyuruh Heru untuk memanggilnya papa juga, karena Heru sudah dianggap anak sendiri oleh Barata.
"Eh,, sialan.. Bener-bener ini, gak bisa dibiarin.. Awas aja kamu yah..
Aku juga bakalan aduin ke Elisa kalau kamu disini suka peluk peluk cewek.."
"Iihhh,, kok bawa bawa Elisa,,"
"Biarin,, kenapa juga harus bawa bawa Papa.."
Kehebohan Tama dan Heru membuat rame seisi kamar.. Mereka berdua lupa kalau mereka ada dirumah sakit, mereka juga lupa kalau Erliana sedang tidur. Gara-gara kegaduhan yang dibuat mereka berdua bukan sahabat Erliana yang dibuat melongo tapi juga membuat Erliana bangun dari istirahatnya. Begitu pun Dokter Dika yang baru saja masuk ke ruangan itu. Dan menegur kedua orang yang sedang adu mulut tadi.
"Hahh.. mereka kenapa Lan,,?"
"Aku juga gak tau.."
"Perasaan tadi mereka kalem banget kok jadi begitu.."
"Bener-bener ajaib mereka itu.. hihihi,," Ririn terkekeh
"Ehh mmm,," Erliana membuka matanya..
"Ada apa sih, ada yang berantem yah,,?"
Ririn dan Lani menengok ke sumber suara. dan mereka mengangkat bahunya.
"Assalamualaikum,," suara Dokter Dika menyadarkan semua orang
"Wa'alaikumsalam," jawab semua
"Hey,, kalian berdua itu udah tua juga masih pada berantem aja sih,," suara
Dokter Dika saat membuka pintu kamar dan berjalan menuju dua orang yang membuat gaduh..
"Ngapain kamu,,? Mau ikutan juga,,?" cerocos Heru
"Emang aku bocah kaya kalian yang gak inget umur,, kalian juga gak inget kalau pasien aku lagi istirahat,,"
"Oopss,," Seketika mereka berdua menutup mulutnya.
"Ya ampun,, Iya iya maaf kelepasan,," jawab Tama menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
"Maaf ya Erli,, hehehe" Heru cengengesan
Erliana hanya mengangguk dan tersenyum melihat dua laki-laki yang kena tegur Dokter Dika sekaligus sahabat mereka berdua.
"Apa sih yang sebenernya diributin,,?"
"Kalian rebutan apa coba,,? Ya Salam,," sambil menggeleng geleng kan kepalanya..
"Hehehehe,," Heru masih cengengesan
"Gak ada yang diributin. Cuma kelepasan becandanya,," kata Tama dengan malu-malu
"Heran deh sama kalian,, ada aja yang jadi bahan,, tapi aku salut sama sekali. Walaupun suka gesrek, tapi kalau masalah kerjaan kalian tetap profesional."
"Oohh,, Iya dong.." jawab Heru bangga.
"Kalau lagi adu ba**t sama dia seru soalnya.. hahahaha"
"Huu, Dasar Ulet bulu,," cicit Tama
"Hahahaha,, dari pada kamu Ulet jadi jadian,,"
"Hahahaha,, Hahahaha,," Mereka serempak tertawa bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments