Erliana memperkenalkan kedua sahabatnya kepada Tama dan Heru. Kedua sahabat Erliana sangat terkejut dan kagum melihat Tama dan Heru, apalagi kepada Tama yang mempunyai wajah yang tampan. Sebelumnya Tama sudah mengenalkan Heru kepada Erliana saat dia baru datang. Tama meminta maaf kepada kedua sahabat Erliana, karena tidak langsung mengabari mereka dengan apa yang terjadi kepada Erliana. Kedua sahabat Erliana pun mengerti. Mereka berdua juga berterima kasih kepada Tama karena telah membawa Erliana ke rumah sakit.
"Ohh ya kak,, kenalkan mereka sahabat aku."
"Ini Ririn menunjuk ke arah gadis berhijab berwarna coklat." Ririn seraya mengulurkan tangannya. Dan Tama membalasnya.
"Ririn.."
"Tama.."
"Dan yang ini Melani" menunjuk ke arah gadis berhijab berwarna abu abu. Melani pun mengulurkan tangannya dan Tama juga membalasnya.
"Melani tapi panggil aja Lani,,"
"Tama,,"
Erliana pun mengarahkan pandangan kepada seorang laki-laki yang sedang duduk di meja makan sambil menikmati kopi dan memegang Ipadnya, memperkenalkan Heru kepada dua sahabatnya.
"Dan yang lagi duduk disana itu kak Heru.. temennya Kak Tama."
Heru memperkenalkan namanya. Sahabat Erliana pun mengangguk dan tersenyum. Dan memperkenalkan nama mereka masing-masing.
"Hai.. aku Heru" sambil mengangkat tangan kanannya.
"Saya Ririn pak,," melakukan yang sama dengan Heru. mengangkat tangan kanannya.
"Saya Lani.." tersenyum
"Ohh ya,, Saya minta maaf, karena gak langsung kasih kabar ke kalian. Soalnya saya juga bingung mau kasih tau ke siapa. Waktu saya bawa Erli ke rumah sakit, dia pingsan terus pas liat ponselnya juga mati. Jadi baru tadi pagi saya kasih kabar ke kalian." Jelas Tama panjang lebar.
"Iya Pak,, terimakasih banyak,, karena Bapak udah bantuin temen saya. Kalo gak ada Bapak, saya gak tau deh harus cari dia dimana."
"Maaf ya Pak, temen saya udah ngerepotin bapak." Ririn memperlihatkan senyum kudanya.
"Gak gak masalah,, Saya memang harus bawa dia ke rumah sakit,," mengarahkan pandangan ke Erliana lalu kembali lagi ke arah kedua sahabat Erliana.
"Kalau ada apa-apa sama Erli, saya gak bisa maafin diri saya sendiri."
Sesaat bukan cuma Erliana tapi kedua sahabatnya pun bingung dengan perkataan Tama. Mereka bertiga saling memandang, sekilas sahabat Erliana memperlihatkan mimik wajah penjelasan kepada Erliana. Tama pun mempersilakan kedua sahabat Erliana untuk duduk, dan dia ingin melanjutkan kegiatannya yaitu menyuapi Erliana. Tapi Erliana menolak, dia beralasan kepada Tama agar makan bersama sahabatnya saja. Tama pun menganggukkan kepalanya seraya menyetujui permintaan Erliana.
"Ehh maaf sampai lupa, ayo silahkan duduk.." Mempersilakan dua sahabat Erliana untuk duduk.
"Maaf saya belum sempat membeli air mineral ataupun camilan jadi tidak ada yang bisa saya sandingkan."
"Gak papa Pak,, terima kasih. Kita juga udah seneng dan berterima kasih sekali kepada Bapak udah jaga Er semalaman."
Tama hanya tersenyum dan berkata lagi "Sebentar ya biar Erlinya makan dulu."
"Kak.."
"Hmmm.."
"Aku makan sama temen aku aja deh kayaknya."
"Gak enak juga kan kak Heru sendirian disana,," melirik matanya ke arah Heru.
"Ya sudah,, tolong yah.. Dia belum bisa makan sendiri." Tama menyerahkan sendok ke Lani.
Lani mengambil alih sendok dari tangan Tama,, dia melirik Erliana dan mengangkat satu alisnya seraya menggodanya dengan tersenyum.
Tama pun berpamitan untuk bergabung dengan Heru. Seketika kepergian Tama, dua sahabat Erliana langsung menyerangnya dengan banyak pertanyaan, karena mereka berdua penasaran dengan apa yang terjadi. Mereka menggoda Erliana disertai dengan candaan mereka bertiga.
"Hehem.." Ririn berdehem mulai kepo
"Kamu kenal dimana cowok itu kok kayaknya deket banget." Dengan tatapan mengintimidasi.
Lani yang sedang menyendok bubur pun berhenti dan memperhatikan wajah Erliana karena dia juga merasa penasaran.
"Kalian kok ngeliatin aku begitu sih..?" Erliana memandang wajah sahabatnya bergantian.
"Ada yang aneh ya sama muka aku..?"
"Kamu itu belum jawab pertanyaan aku,? kenapa malah balik nanya.?" masih penasaran.
"Kalian kan tadi udah denger kalau dia yang bawa aku kesini.."
"Tapi kok kayaknya akrab banget.."
"Akrab gimana maksudnya..?"
"Kakak.. kamu manggil Pak Tama tadi kakak."
"Dia yang minta sendiri. Dia keberatan aku panggil Pak.."
"Lani,,,"
Lani yang sedari tadi diam hanya menjadi pendengar bersuara saat namanya dipanggil oleh Erliana
"Iya kenapa Er,,?"
"Kamu gak lupa kan, kalau lagi bantuin aku makan,,?"
"Ya ampun iya,, sory sory,, jadi lupa aku.. saking asyiknya kamu lagi di interogasi sama Ririn." Menepuk jidatnya sendiri.
"Kalian tuh yahh,, aku duduk sama makan aja masih susah. Gak ada rasa ibanya banget sama aku.." meringis menahan sakit
"Kalau mau tanya itu nanti kalau aku udah rada baikan.." celetuk Erliana
"Aduh maaf Er,, Ayo sekarang makan dulu.." sambung Lani.
"Tapi nanti dulu, duduk masih susah.?" "Emang kenapa kok kamu sampai susah duduk..?" seraya menyendok bubur dan menyuapinya Erliana.
"Kamu mau tau,,?"
Mereka berdua mengangguk bersama. Dan Erliana menarik ujung bawahbaju yang dia kenakan. Memperlihatkan perut yang sudah ditutup dengan perban. Sontak mereka berdua kaget..
"Ya Tuhan itu kenapa,,?" " kok bisa begitu,,?" teriakan Ririn
Saking kenceng Ririn berteriak, Tama dan Heru yang sedang sibuk memeriksa sesuatu di Ipadnya pun menoleh. Tama terkejut mendengar teriakan Ririn.
"Kenapa,,? ada apa,,?" Tama terkejut
Mendengar suara Tama Mereka bertiga pun menolehkan wajahnya ke arah sumber suara.
Mereka berdua serempak menggelengkan kepalanya. Dan Erliana hanya meringis menahan sakit.
"Erli,, beneran kamu gak papa,,?" Tama bertanya pada Erliana
Dan yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya dan meringis menahan sesuatu.
"Kamu gak lagi bohong sama aku kan,,?" tanyakan lagi
"Gak kak,, kakak lanjut aja ngobrolnya.." jawab Erliana lemas
Tama dan Heru yang tadinya melihat kearah mereka bertiga, kembali fokus pada Ipadnya.
"Udah gak usah tanya tanya dulu. Biar Er makan dulu terus minum obat dan dia bisa istirahat. Maafin kita ya Er,," kata Lani sembari menyuapi Erliana.
"Iya,," jawab singkat Erliana
Ririn pun akhirnya bungkam, melihat Erliana yang sudah meringis menahan sakit.
Walau pelan tapi Erliana tetap memakan bubur ayam yang dibeli oleh Heru dengan disuapi oleh Lani.
Dia tidak menghabiskan makanannya, karena perutnya terasa begah..
Walaupun sahabatnya memaksanya tapi dia tetap tidak mau. Mereka memberikan obat pada Erliana yang Tama bawa dari ruang ICU tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments