Sikap Tama jadi berubah setelah kejadian itu. Dia tidak begitu percaya lagi dengan perempuan yang selalu mengejarnya. Pasalnya Dia berfikir kalau mereka hanya mau harta yang Tama punya. Dan tidak tulus dengan perasaannya.
Maka dari itu, sahabat Tama merasa ada yang aneh dengan sikap Tama kepada Erliana. Biasanya kalau yang berhubungan dengan perempuan dia selalu meminta untuk menghubungi asistenya. Tapi sekarang dia bersikeras untuk tetap menjaga Erliana gadis yang sama sekali tidak dia kenal.
Saat berada diruangan Dokter Dika. Dokter Dika menyuruh Tama untuk istirahat, selain Tama belum tidur dia juga habis mendonorkan darahnya. Sahabatnya tidak mau jika Tama jatuh sakit. Tama sempat menolak tapi Dika memberikan pengertian kepadanya, dan akhirnya Tama pun melakukan perintah Dika.
"Tama, mending kamu tidur dulu deh disini.. kamu kan belum istirahat."sahut Dika
"Makasih Dik, tapi aku baik-baik aja kok." "Tenang aja.."
"Tapi Tama, kamu itu harus nurut apa kata aku. Kalau kamu mau nemenin cewek itu."
"Erliana namanya Dika." tegas Tama
"Iya,, Iya Erliana. Namanya Erliana,, Iya kan,?"
Tama hanya menjawab dengan anggukan
"Kalau Kamu gak istirahat gimana kamu ngejaganya.."
"Broo.. kamu itu dari kemarin gak cukup tidur, terus sekarang kamu habis donor." "Misalnya Erliana sadar terus kamunya malah lemes pingsan."
"Emangnya kamu mau gak jadi jagain dia." Ucapan Dika menggoda Tama
Tama berfikir sejenak, akhirnya dia menanggapi omongan Dika.
"Bener juga," batin Tama
"Ya udah deh, aku istirahatnya disini aja. Tapi nanti kalau ada apa-apa sama Erli kalian harus bangunin aku.. Ngerti." kalimatnya penuh dengan penekanan
Tapi sebelum memejamkan matanya Tama melihat sekilas tanda pengenal Erliana dan menyimpannya di dalam dompetnya.
Tama memutuskan istirahat diruangan Dika. Begitu pula dengan Heru dan Dika, mereka mulai memejamkan matanya. Walau tidak tidur pulas, karena mereka berdua masih dengan posisi duduk dikursi sedangkan Tama tidur dibrankar diruangan Dika, meskipun tidak nyaman setidaknya bisa untuk melepaskan penat.
Jam setengah tiga pagi, hampir satu jam mereka mengistirahatkan tubuh mereka. Terdengar suara telpon kantor diruangan Dika. Dika pun terbangun dan mengangkat telfon itu yang tak lain dari perawat di ICU yang memberikan informasi jika transfusi yang pertama akan segera habis. Dika menginformasikan akan segera menuju ICU. Disaat pembicaraan ditelpon antara Dika dan perawatnya, Tama dan Heru bangun dari tidurnya karena berisik mendengar orang sedang mengobrol.
Tut.. Tut..Tut.. Tut..
"Halo.."
gagang telepon ditelinga, mendengarkan suara disebrang yang sedang berbicara.
"Ohh.. Oke baiklah, sebentar lagi saya kesana. Terima kasih." Dan menutup sambungan telepon.
Dika memberitahukan Sahabatnya kalau dia akan ke ruangan ICU untuk melihat transfusi yang kedua untuk Erliana, sekaligus mengecek kondisi Erliana.
"Aku mau ke ICU.."
"Kenapa, ada apa dengan Erliana.?"
" Dia baik-baik saja kan. Apa ada yang serius ??" Tama cemas
"Tidak, tidak ada yang serius." sambil menepuk pundak Tama
"Lalu ada apa,," masih penasaran
"Ck, kau ini cerewet sekali,"
"Tinggal ikuti saja lalu kau liat sendiri." "Sejak kapan sih seorang Dimas Arya Pratama Nugraha cerewet. Apalagi masalah cewek.."Heru sembari melirik dan terkekeh
Dan hanya dibalas dengan tatapan horor dari Tama
Mereka pun meninggalkan ruangan Dika menuju ruang ICU untuk melihat kondisi Erliana. Tak lupa Tama mengambil telepon genggam milik Erliana yang berada di atas nakas. Setelah sampai di ruang ICU Dokter Dika memeriksa kondisi Erliana,, Dika menginformasikan kondisi Erliana kepada Tama dan heru, Setelah tahu kondisi Erliana. Tama memerintahkan Heru untuk pulang beristirahat di apartemen. Dan tidak lupa mengingatkan Heru untuk membelikan baju tidur untuk Erliana dan membawakan baju ganti untuk dirinya.
"Ayo, kita lihat kondisi ceweknya Tama." Dokter Dika menggoda Tama
Dijawabi cengengesan oleh Heru.. Dan Tama hanya mengangkat bahunya.
"Eh,, hpnya nanti kelupaan.."
"Tuh kan.. Mikirin ceweknya melulu sih." masih dengan mode ngeledek
Yang bersangkutan hanya diam saja tak bersuara dan dengan ekspresi wajah pun biasa aja.
Mereka bertiga jalan beriringan di lorong rumah sakit. Dan tak butuh waktu lama sampailah didepan ruang ICU.
"Ehh,,kamu ngapain..!!"
"Mau masuk lah liat Erli." dengan nada santai
"Gak.. Gak.. kamu disini dulu belum boleh masuk." cegah Dika
"Terus aku ngapain disini, kan aku kesini mau jagain Erli," "gimana ceritanya gak dibolehin masuk,,"Jawabnya dengan muka sebal melihat Dika
Heru hanya senyum senyum saja.
"Tunggu disini dulu Pak Tama, anda tidak boleh masuk dulu."
"Saya akan masuk untuk memeriksa kondisi Ibu Erliana , paham tidak."
"Apa tidak bisa masuk bersama.?"
"Ya ampun Tama, kamu tidak sabaran banget sih.."
"Tunggu sebentar saja, nanti pasti aku kasih kesempatan kamu buat masuk tapi gak sekarang." Sambil menepuk jidat sendiri.
"Ya sudah, aku tunggu."
Dokter Dika masuk keruangan, dimana sudah ada Perawat yang menunggunya. Setelah memberikan transfusi yang kedua pada Erliana, Dika pun memeriksa kondisinya sudah stabil belum. Dan Dokter Dika pun bersyukur karena Erliana telah melewati masa kritisnya. Dia memberitahukan kondisi Erliana kepada Tama, jika kondisi Erliana sudah membaik dan bisa dipindahkan ke ruang perawatan intensif. Tama yang menunggu langsung mendekati Sahabatnya untuk menanyakan kondisi Erliana.
"Gimana,, dia baik-baik saja kan,,?"
"Iyaa,, baik baik-baik saja.."
"Terus bagaimana mana keadaannya sekarang."
"Alhamdulillah,, sudah lewat masa kritisnya"
"Syukurlah.. Terima kasih Ya Allah." Tama dengan menengadahkan tangannya
"Syukurlah dia sudah baik-baik saja sekarang," sahut Heru
"Makasih ya Broo,,"
"Ya sama-sama,,"
"Kira-kira kapan dia akan bangun.?"
"Tunggu aja, besok pagi juga bangun."
"Kamarnya sudah siapkan..??"
"Sudah,," jawab Heru
"Tadi sudah aku daftarkan di administrasi."
"Oke,, beres sudah. Aku mau istirahat dulu."
"Oh ya.. kalo kamu mau masuk silahkan."" Dia akan dipindahkan ke ruangan intensif setelah kantong darah yang ini habis.." kata Dika pada Tama
"Oke,, terima kasih ya Broo.."
Dan diangguki oleh Dokter Dika dan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan dua sahabatnya
Setelah kepergian Dokter Dika Tama memerintahkan Heru untuk pulang.
"Her,, kamu pulang lah dulu, istirahat dirumah. Besok jangan lupa bawakan aku baju ganti ya.. Pesananku juga jangan lupa." Tama pada Heru
"Kamu yakin, aku tinggal sendiri gak papa."
"Gak papa.. Tenang aja. Pulang lah dan istirahat."
"Kamu juga harus istirahat, hari ini sangat melelahkan untuk kita."
"Ya aku akan istirahat. Nanti aku kan bisa tidur disini."
"Ya sudah kalau kamu keras kepala. Aku tidak mau berdebat denganmu."
"Aku pulang dulu ya, besok aku kesini lagi. Jangan lupa istirahat."
Tama mengangguk..
Heru pun pergi. Tama melihat sekilas Heru, lalu dia masuk keruangan dimana Erliana dirawat, Tama mendekat dan duduk disebelah brankar Erliana. Dan mengajak ngobrol Erliana, dia mengucapkan terima kasih karena sudah menyelamatkan nyawanya. Dan tak terasa dia tertidur disebelah Erliana dengan posisi duduk dan kepala ada di brankar Erliana.
"Halo,, Erliana maaf sudah membuatmu repot.."
"Maaf juga karena saya telat menolong mu."
"Tapi saya benar-benar berterima kasih padamu karena telah menolongku, yang lebih penting adalah menyelamatkan nyawaku."
"Sekali lagi saya minta maaf dan terima kasih."
Dan Tama menyenderkan kepalanya dibrankar Erliana, tapi ternyata matanya terasa berat. Jadilah dia tidur sambil duduk disebelah brankar Erliana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments