Tama tertidur sangat pulas, sampai sampai dia tidak merasakan kalau gadis yang iya jaga sudah bangun.
Jam lima pagi Erliana terbangun, dia mengerjap ngerjapkan matanya yang masih terasa berat akibat efek obat tidur pasca operasi. Dia merasa bingung, tapi saat membuka mata dia melihat seorang perawat sedang mengganti cairan infus miliknya yang sudah habis dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Sang Perawat tidak ingin mengganggu pasien dan keluarga pasien. Dia bertanya kepada Perawat tersebut, dia ada dimana dan siapa yang membawanya. Dia tidak tahu jika ada Tama disampingnya. Perawat tersebut memberitahukan bahwa orang yang ada disampingnya yang membawanya. Saat dia akan bangun badannya terasa ada yang sakit, perutnya terasa nyeri, untuk bergerak saja sakit sekali rasanya. Barulah dia melihat Tama yang sedang tidur pulas disampingnya, dengan wajah kearah dirinya.
"Anda sudah bangun..??"
Erliana mengerjap ngerjapkan matanya bertanya kepada perawat yang sedang menggantikan cairan infus nya.
"Sus, saya ada dirumah sakit yah.?"
Suster tersebut mengecek denyut nadi Erliana dan melihat jam tangannya sembari menjawab pertanyaan Erliana.
"Iya Nona.. Anda dibawa kesini tadi malam."
"Siapa yang membawa saya..??"
"Tuan itu," Perawat itu sambil menujukan Tama.
Pandangan Erliana langsung beralih ke arah laki-laki yang tidur pulas disampingnya.
Tama tidur disamping brankar milik Erliana tapi dia tidur agak jauh dari tangan gadis itu. Dia takut akan menyakiti tangan Erliana karena ada infus ditangannya. Jadi saat perawat mengganti infus dan mengecek kondisi nadi Erliana, tidak mengganggu tidur Tama.
Erliana mengucapkan terimakasih kepada perawat yg menggantikan infus nya.
"Terima kasih sus.."
"Iya nona sama-sama sudah tugas saya." Perawat tersebut tersenyum dan dibalas senyum juga oleh Erliana.
Erliana tidak menyangka dia akan ditemani oleh laki-laki yang sebelumnya tidak dia kenal, apalagi ketemu. Sesaat dia berfikir apa benar laki-laki itu yang semalam ada didepannya bersama segerombolan orang.
Tapi sudut bibirnya menyungging tersenyum melihat laki-laki itu tertidur dengan pulas. Erliana diam dia tidak membangunkan laki-laki tersebut karena tidak ingin mengganggu tidur laki-laki itu.
"Siapa dia..? kata suster tadi, dia yang membawa ku kesini.. Apa dia laki laki yang semalam bersama gerombolan itu,,?? Terima kasih Ya Allah Engkau masih melindungi hamba, lewat laki-laki ini. Aamiin. Dalam hati Erliana"
"Biarlah dia tidur, sepertinya dia sangat lelah." ucapan Erliana.
Erliana menutup matanya, walau dia tidak tertidur lagi tapi rasa ngantuk akibat pengaruh obat masih terasa. Dia tidak ada niat untuk membangunkan laki-laki yang sedang tidur disamping ranjangnya. Walaupun rasa penasaran menyelimuti hatinya, dia tahan untuk tidak mengganggu laki-laki itu. Karena dia tidak enak mengganggu orang yang sedang tidur.
Beberapa saat kemudian Tama mulai membuka matanya, dia melihat arlojinya ternyata sudah jam enam pagi. Dia mengira gadis yang dia jaga semalam belum bangun. Dia tersenyum melihat gadis itu, dia menggeser kursi yang dia duduki agar lebih dekat lalu dia berbicara sendiri. Tama kaget saat dia mengajak berbicara Erliana ternyata dia membalas ucapan Tama. Lalu akhirnya mereka berkenalan, Tama mengucapkan terima kasih kepada Erliana karena sudah menyelamatkan nyawanya. Erliana pun tersenyum dan dia juga berterima kasih kepada laki-laki yang ada dihadapannya karena telah membawanya ke rumah sakit. Tama menanyakan beberapa pertanyaan kepada Erliana, dia pun menjawab semua pertanyaan Tama. Saat mereka selesai berbincang, Erliana ingin bangun dia ingin duduk. Tapi saat bangun perutnya terasa nyeri dan dengan sigap Tama membantu dia untuk duduk, Tama juga menawarkan bantuan sesuatu kepada Erliana. Sebenarnya mereka merasa canggung karena tidak saling kenal. Tapi Tama merasa dia harus bertanggungjawab kepada gadis yang sudah menyelamatkan nyawanya dan Erliana juga merasa tidak enak karena sudah merepotkan Tama.
"Ahh.. ternyata lelah juga tidur dengan posisi seperti ini." berbicara dengan diri sendiri sembari meregangkan otot ototnya.
Dia memandang Erliana dan menggeser letak kursi agar lebih dekat dengan Erliana
"Selamat pagi Erli..?? apa anda sudah merasa lebih baik..??" tanya Tama. Masih belum ditanggapi oleh Erliana tapi dia mendengar apa yang Tama katakan.
"Sudah semalaman anda tidur, apa anda tidak ingin bangun.? Ini sudah pagi lho.."
"Beneran ini sudah pagi.." sahut Erliana dan membuka matanya lebar seketika itu Tama kaget melihat gadis yang dia ajak bicara sudah membuka matanya.
Erliana tersenyum manis melihat Tama bengong, Tama terdiam melihat senyum yang tulus dari gadis yang ada didepannya.
Tama sadar dari lamunannya dan bertanya kepada Erliana.
"Sejak kapan anda terbangun..?"
"Sudah dari jam lima pagi.."
"Kenapa anda tidak membangunkan saya..?"
"Maaf, tapi saya merasa tidak enak untuk membangunkan anda. Karena sepertinya anda sangat lelah.."
"Oh ya perkenalkan saya Tama," seraya mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Erliana
Erliana pun ingin mengulurkan tangannya tapi dia urungkan karena merasa kedua tangannya agak susah untuk di gerakan. Dia hanya menoleh melihat tangannya yang sebelah kanan ada selang darah yang sebelah kiri ada infus. Lalu dia hanya tersenyum karena tidak bisa membalas uluran tangan Tama. Mereka berdua tersenyum bersama.
"Maaf.." kata itu yang keluar dari mulut Erliana
"Iya tidak papa, saya tahu."
"Nama saya Erliana," masih dengan senyum manis walau masih dalam keadaan lemas.
"Iya saya juga tahu itu."
"Anda tau dari mana nama saya.?"
"Maaf sebelumnya saya sudah tidak sopan, karena memerintahkan as,, eh maaf temen saya untuk membuka tas anda dan mencari kartu pengenal anda karena dibutuhkan untuk Rumah sakit.
Tenang saja tas anda aman, masih saya simpan."
"Iya tidak papa, terimakasih."
"Saya minta maaf karena saya anda jadi seperti ini. Terima kasih banyak karena anda sudah menyelamatkan saya," ucapannya terdengar lirih dan ada rasa penyesalan
"Iya tidak apa-apa. Saya juga tidak menyangka akan seperti ini. Saya kira saya bisa menghindarinya tapi ternyata dugaan saya salah. Orang jahat itu lebih cepat dari dugaan saya." tersenyum dan meringis menahan sakit.
"Sekali lagi saya minta maaf," dengan mengantupkan kedua tangannya.
"Baiklah saya maafkan, sebagai gantinya apa boleh saya minta tolong."
"Apa..? Akan Saya usahakan.."
"Saya haus, boleh saya minta tolong. Saya ingin minum."
"Hahahaha" Tama tertawa.
"Saya kira anda mau apa.."
"Saya belum sempat membelinya, sebentar saya keluar dulu. Sabar ya..?"
Erliana mengangguk dan tersenyum melihat Tama keluar dari ruangan. Tama menuju kantin Rumah sakit, Saat berjalan di lorong rumah sakit dia menjadi pusat perhatian terutama kaum hawa. Sesampainya di kantin dia juga menjadi pusat perhatian. Setelah selesai bertransaksi dengan pelayan kantin dia langsung kembali ke ruangan ICU dimana Erliana dirawat.
"Eh..eh.. lihat.. pagi-pagi udah ada yang bening bening," kata perempuan kepada temennya yang juga perempuan sedang duduk dibangku tunggu ruang rawat pasien
"Mana..?"
"Itu.." menunjuk dengan dagunya
"Ganteng banget yah.."
"Iya.. gak nyesel deh punya cowok kayak dia,, hihihi"
"Maunya.. Kamunya mau tapi dianya yang gak mau,, hahahaha"
mereka melihat Tama sambil tersenyum bersama. Dan bukan dua orang itu saja masih banyak kaum hawa yang lain yang membicarakan Tama, mengagumi Ciptaan Tuhan yang ganteng itu. Dikantin rumah sakit pun sama saja.
"Mba,, tolong air mineral dua yah.."
Sesaat pelayan itu tertegun melihat Tama, tapi dia langsung tersadar dari lamunannya.
"Eh iya Pak.. Maaf.. tadi bapak pesan apa..?"
"Kenapa kok ngelamun.? Saya mau air mineral dua dan roti rasa coklat dan keju dua juga."
"Sebentar pak,," mengambil dan memasukkan pesanan Tama ke kantong plastik.
"Ada lagi pak..??"
"Sudah itu saja, ini uangnya. Terima kasih"
"Pak, maaf kembaliannya..?"
"Ambil aja mba.."
"Terima kasih banyak Pak." Pelayan itu tersenyum senang.
"Alhamdulillah masih pagi udah dapet rejeki,, dobel lagi."
"Apa tuh yang dobel..?"kata teman pelayan kantin
"Itu.. Tadi ada orang ganteng banget udah gitu baik lagi. kalau rejeki gak bakalan kemana, hehehe"
Tama melangkahkan kakinya kembali ke ruang ICU dimana Erliana berada. Dia kembali berjalan di lorong rumah sakit, Dan dia langsung menjadi pusat perhatian lagi. Tapi Tama tak memperdulikan orang orang yang membicarakannya. Tama terus saja berjalan sampai di ruangan Erliana.
"Maaf, nunggu lama.."
"Gak kok, gak papa.
Maaf sudah merepotkan anda."
Saat Erliana bingung bagaimana mana cara dia akan minum, Tama tanpa dimintai bantuan langsung menyodorkan air mineral kepada Erliana dengan menggunakan pipet. Meskipun malu tapi Erliana tetap meminumnya dengan bantuan dari Tama.
"Terimakasih."
"Sama-sama."
"Maaf sebelumnya, ini telepon genggam milik anda. Kemarin di ambil bersama kartu pengenal anda. Sengaja diambil sama temen saya, barangkali ada saudara atau teman anda yang mencari. Tapi ternyata hp anda lowbet, semalam sudah saya isi batterynya." Meletakkan hp Erliana di nakas dekat brankar.
"Apa ada nomor yang bisa saya hubungi..?"
"Untuk apa Pak..?"
"Tolong jangan panggil saya Bapak.." "Saya masih muda, kalau dilihat lihat sepertinya usia kita tidak terpaut jauh."
"Maaf, terus saya harus memanggil anda apa..?"
"Terserah, asal jangan memanggil bapak. Berasa tua saya. hehehe"
"Baiklah Tuan.."
"Jangan Tuan juga kali, saya kan bukan majikan anda."
"Terus apa,? oke saya panggil kakak saja. Bolehkah..??"
"Itu lebih baik,," dengan senyum mengembangkan
"Eh.. pertanyaan saya belum anda jawab.?"
"Bap.. Eh,,Kakak tanya apa..?"
"Saya tanya, apa ada nomor yang bisa dihubungi,? saya ingin memberitahukan keluarga anda kalau anda sedang dirawat di sini."
"Tolong jangan kasih tau keluarga saya, saya tidak mau membuat orang tua saya khawatir. Lagian saya disini sendirian, keluarga saya dikampung."
"Hmmm," dengan menganggukkan kepalanya.
"Kalau teman ada kan,,?"
"Iyaa ada.."
"Kalau begitu saya akan menghubungi teman anda."
Erliana mengangguk,,
Erliana ingin duduk tapi dia tidak bisa bangun karena perutnya terasa sakit. Dengan cepat Tama membantunya.
"Eh,, mau apa..?"
"Saya ingin duduk kak, capek tidur terus."
"Anda belum boleh banyak bergerak dulu, lukanya masih basah. Pasti terasa nyeri sekali."
"Iya kak, tapi saya ingin duduk."
"Baiklah tunggu."
Tama menekan tombol remot yang ada di ranjang Erliana. Dia menekan tombol up, seketika ranjang Erliana bergerak. Mengubah posisi terlentang menjadi duduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Christina Maharini
pedekate di mulai
2023-10-22
0