Dalam perjalanan menuju rumah sakit. Pratama memandang wajah Erliana. Dan berdoa.
"Ya Allah lindungi gadis ini, karena dia tidak bersalah. Aamiin.."
Tak lama mobil yang membawa Erliana masuk dipelataran rumah sakit.
Dengan cepat Heru membukakan pintu mobil untuk Pratama. Tak butuh waktu lama untuk Pratama keluar dari mobil. Dia membawa tubuh Erliana sambil berlari masuk keruang IGD. Di depan IGD seorang Dokter sudah menyambut kedatangan Pratama dan Heru karena dalam perjalanan menuju rumah sakit Heru sudah menghubungi Dokter Dika, yang tak lain adalah sahabat dari mereka berdua. Dokter Dika menyuruh Pratama untuk meletakkan Erliana diatas brankar yang sudah disediakan. Dalam menuju Kamar IGD Dokter Dika juga menanyakan apa yang sebenarnya yang terjadi pada Erliana.
"Dika tolong selamat kan dia," kata pratama. Sambil meletakkan tubuh Erliana diatas brankar.
"Tenanglah Tama.."
"Sebenarnya apa yang terjadi?".
"Kenapa gadis ini?" tanya Dokter Dika.
"Cerita panjang. Tolonglah dia dulu. Perutnya tertusuk pisau."Jawab Pratama cemas.
"Baiklah kau tunggu disini."
"Tenang lah. Aku akan memeriksa dan mengobati lukanya." kata Dokter Dika sambil berjalan menuju ruang dimana Erliana dibawa.
Sudah hampir 1 jam Pratama menunggu dengan perasaan cemas. Tapi belum ada kabar dari Dokter Dika. Walaupun dia tidak kenal dengan gadis itu, tapi gadis itu menjadi korban karena dirinya.
Tama mondar mandir didepan IGD, karena terlalu khawatir pada gadis itu.
Tidak jauh dari tempat Tama, Heru yang memperhatikan Tama pun bersuara.
Heru bangun dari duduknya dan merangkul sahabatnya mengajaknya duduk.
"Bro,, duduk dulu."
"Aku tahu kamu cemas, coba Tenanglah."
"Tenangkan dirimu. Sebaiknya kita berdoa semoga tidak akan terjadi apa-apa dengannya (Erliana maksudnya )." Suara Heru
"Bagaimana aku bisa tenang Her.?"
" Apa kau tadi tidak lihat. Dia banyak mengeluarkan darah. Dan bagaimana kita memberi tahukan keadaan dia pada keluarganya." Suara cemas Tama
Ingat dengan keluarga gadis itu. Tama meminta Heru untuk mencari informasi tentang keluarga Erliana.
"Her,, tolong carikan alamat keluarganya."
"Kita tetap harus memberi tahu keadaannya pada keluarganya." Titah Tama pada Heru.
Heru pun teringat dengan tanda pengenal dari gadis itu.
"Tama apa tadi dia membawa tas.?" tanya heru pada Tama
"Iya, kenapa??" jawab tama
"Dimana tasnya?."
"Mungkin kita bisa tahu alamat dia dari KTPnya." Jelas Heru
"Benar juga." Kata Tama.
Waktu Tama membawa tubuh Erliana, dia ingat kalau Erliana masih memakai tas ransel simple. Dan Tama melepaskan tas Erliana saat didalam mobil.
"Oh ya, tas dia ada di mobil."
"Tadi aku lepaskan tasnya saat dia ada dipangkuanku." Jelas Tama
"Maaf mungkin aku akan memeriksa tasnya untuk mencari tanda pengenal nya. Karena itu juga pasti dibutuhkan untuk pendaftaran dibagian administrasi." Kata Heru pada Tama
"Baiklah ambil saja." jawab Tama.
"Ya sudah aku ambil dulu sekalian aku juga akan langsung mendaftarkannya." Jelas Heru.
Tama hanya mengangguk menanggapi Heru.
Setelah kepergian Heru pintu kamar IGD terbuka. Keluar lah Dokter Dika dari ruangan tersebut bersama seorang perawat. Tama yang menunggu didepan pintu pun langsung berdiri dan menghampiri Dokter Dika dan perawatnya.
"Dika,, bagaimana keadaannya,?"tanya Tama
"Lukanya sudah dijahit. Lumayan dalam tapi tidak sampai mengenai organ lainnya."
"Tapi...."Dokter Dika menggantungkan bicaranya.
"Tapi apa Dik,,"
"Ayo jelas kan.."
"Jangan membuatku penasaran." Kata Tama
"Baiklah Bro akan aku jelaskan."
" Dia belum melewati masa kritisnya, dan sekarang dia butuh darah karena dia sangat banyak mengeluarkan darah. Sedangkan stok persediaan darah di rumah sakit ini hanya tinggal 1 kantong saja, itu saja sudah aku berikan kepada pasien.." Jelas Dokter Dika panjang lebar
"Apa golongan darahnya..?", tanya Tama
"Aku akan mencarikannya.." Ujar Tama lagi.
"Golongan darahnya A+ tolong kalau bisa secepatnya. Pasien membutuhkan 1 atau 2 kantong darah
lagi.. "Jelas Dokter Dika
"Ambillah darahku Dik.. Golongan darahku juga A+."
"Ambillah seberapa dia membutuhkannya.." Kata Tama dengan nada masih cemas.
Sontak Dokter dika kaget dengan omongan Tama.. Dan berkata dalam hati..
Sebenarnya siapa yang dia bawa sampai -sampai dia sangat mencemaskannya dan rela berkorban demi gadis yang ada di dalam sana. Tama yang aku kenal tidak seperti ini. Dia selalu tidak perduli dengan perempuan yang selalu mengejarnya..
Dokter Dika sadar dari lamunannya setelah telapak tangan Tama di goyang goyangan didepan mukanya. Dan Tama tengah memaksa sahabatnya itu untuk mengambil darahnya..
"Dik.. Dika..Dika..Ck.. ehh.. kok malah nglamun."
" Ayo buruan.. ambil darah ku.." kata Tama
"Ehh,, iya ayo.."
"Tp kau masih hutang penjelasan padaku,,ingat itu.." hardik Dokter Dika pada Tama
"Akan ku jelaskan nanti" kata Tama sudah mulai sebal dengan Dika
"Baiklah ikutlah dengan Perawatku.."Dia yang akan membantumu.." Dika dengan tersenyum
Dika memberikan instruksi kepada Perawatnya untuk membantu Tama mendonorkan darahnya.
"Suster tolong Pak Tama.."
"Dia akan mendonorkan darahnya untuk pasien.."Jelasnya
Suster itu pun menjawab.."Baik Dokter.." Dan Tama pun dipersilahkan untuk mengikuti Perawat tersebut.
"Silahkan Pak.. lewat sini.. Saya yang akan membantu bapak."
Dan Tama mengikuti Perawat tersebut. Dan tak lama mereka sampai diruangan
yang ditunjukkan Perawat itu. Tama pun dipersilahkan untuk berbaring dibrankar yang sudah disediakan.
"Silahkan Pak, berbaring disini. Maaf saya akan memeriksa keadaan Bapak terlebih dahulu." kata Perawat
Setelah diperiksa suster memberitahukan kepada Tama jika dia layak untuk mendonorkan darahnya dan memberikan pengertian kepada Tama..
"Bapak bisa mendonorkan darah bapak, tapi maaf pak."
Saya hanya akan mengambil darah bapak 1 kantong saja. Tidak bisa lebih Pak. Karena bapak membutuhkan darah bapak juga. Kalau saya ambil lebih dari 1 kantong itu akan membahayakan untuk bapak.
"Yang ada nanti bapak bisa sama berbaring disini bersama ibu.. "Suster menjelaskan dengan nada sedikit bercanda.
Dia berharap Tama mengerti dan tidak panik, karena Perawat itu tahu, tadi saat Tama berbicara dengan Dokter Dika. Dia menawarkan dirinya seberapa banyak darah yang dibutuhkan dia siap saja..setelahnya Perawat itu tersenyum dan berkata kembali pada Tama.
"Wah.." Ibu sangat beruntung mempunyai seorang suami seperti Bapak. Rela mengorbankan dirinya untuk orang yang disayangi." Kata Perawat
Tama sedikit berfikir tapi dia tidak protes dengan apa yang Perawat tadi katakan. Yang dia peduli kan saat ini adalah mendonorkan darahnya.
Dan hanya menjawab dengan senyum tipis saja.
"Baiklah suster,," jawaban Tama singkat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments