Fahri kembali memeriksa pekerjaan yang dianggap salah oleh atasannya. Berapa kali ia memeriksanya, akan tetapi pria tersebut tak menemukan kesalahan dari dokumen itu.
"Haishh!! Yang benar saja!" gerutu Fahri.
Ia memilih untuk melupakan dokumen tersebut dan memilih menuju ke atap sejenak karena merasa benar-benar muak dengan pekerjaannya.
Sesampainya di atas atap, pria tersebut mengeluarkan bungkus rokok dari dalam sakunya. Ia mengambil satu batang rokok dari dalam bungkus tersebut. Fahri menyalakan pemantik, lalu kemudian menghisap benda bernikotin itu.
Ia merasa pusing. Belum lagi selesai masalahnya dengan sang istri, kini ditambah lagi tekanan dari atasannya yang membuat kepala Fahri terasa benar-benar mau pecah.
Fahri kembali menghisap puntung rokoknya. Mengeluarkan kepulan asap dari dalam mulutnya. Sesekali pria itu terbatuk-batuk karena memang ia bukanlah pria yang kecanduan dengan rokok. Fahri membutuhkan benda bernikotin itu saat ia merasa sedang kacau.
Samar-samar terdengar suara heels memecah keheningan. Fahri menoleh, ia melihat seorang wanita dengan langkah yang sangat anggun berjalan menuju ke arah Fahri.
Wanita itu tersenyum saat melihat Fahri. Namun, Fahri tak bereaksi apapun. Wajahnya datar tanpa ekspresi saat melihat ke arah wanita tersebut.
"Sepertinya kamu tidak menyukai kehadiranku," ujar Arumi yang berdiri di sebelah Fahri.
"Ini di kantor. Aku tidak ingin jika ada rumor aneh yang menyebar nantinya," timpal Fahri.
"Rumor aneh? Aku menjadi sangat penasaran akan rumor aneh itu," pancing Arumi.
Fahri menghela napasnya dengan berat. Lalu kemudian ia memberanikan diri untuk menatap wajah Arumi.
"Anda atasan saya. Seharusnya saya bersikap sopan dan hormat. Tapi jika anda ingin dihormati, tolong untuk menjaga jarak. Tidak usah menyapaku saat berada di kantor," tukas Fahri. Ia tahu jika Arumi menyukainya.
Sejak Arumi memberikan obat padanya. Tatapan kekhawatiran dari mata Arumi membuat Fahri sangat tidak nyaman.
"Apakah rumor itu mengatakan bahwa kita mempunyai hubungan yang spesial? Bagaimana jika kita mewujudkannya?" ucap Arumi dengan sangat lugas, seakan mengatakan hal tersebut tanpa beban.
Fahri membuang puntung rokoknya, lalu menginjaknya untuk mematikan api dari rokok tersebut. "Saya sudah mempunyai istri," ujar Fahri.
"Aku tidak peduli akan hal itu," timpal Arumi sembari bersedekap.
"Bahkan aku menginginkanmu menjadi suamiku," sambung Arumi.
Fahri menggelengkan kepalanya. Ia sungguh tak habis pikir dengan gadis yang ada di hadapannya.
"Anda cantik, anda juga kaya. Apa yang anda harapkan dariku? Aku telah memiliki seorang istri dan aku adalah pria yang miskin," sahut Fahri yang masih menimpali Arumi dengan sopan.
"Aku bisa saja mengeluarkanmu dari lingkaran kemiskinan. Dan satu hal lagi, kamu juga bisa membalaskan dendam mu pada Indra. Bukankah pria itu selalu merendahkan harga dirimu?" ujar Arumi yang masih berusaha memikat Fahri.
Fahri diam seraya memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan senyumnya. Ia benar-benar merasa lucu pada gadis yang ada di hadapannya itu.
"Sebaiknya anda mencari pria lain saja," ucap Fahri yang kemudian melangkah meninggalkan Arumi.
"Apa kamu yakin, jika wanita yang kau pertahankan itu benar-benar menjaga perasaannya, seperti yang kamu lakukan saat ini?!" seru Arumi.
Mendengar ucapan Arumi, membuat Fahri menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap Arumi kembali. Sementara Arumi, berucap seraya memunggungi Fahri.
"Aku anggap kamu hanya berpikir akan tawaran yang ku ajukan tadi. Lekas hubungi aku jika kamu menyetujuinya. Aku menuliskan nomor ponselku di dalam kotak obatmu kemarin," ucap Arumi tanpa menatap lawan bicaranya.
Fahri tak menimpali ucapan Arumi. Ia menganggap bahwa Arumi adalah wanita yang gila dan penuh ambisi. Fahri pun melanjutkan langkahnya untuk pergi dari tempat itu.
Sementara Arumi, ia menyunggingkan senyum liciknya. Gadis tersebut merentangkan tangannya, lalu kemudian menutup matanya. Ia menghirup oksigen dengan dalam. Menikmati hembusan angin yang menerpa wajah cantiknya.
"Sejuk sekali. Ku harap angin ini membawa kabar baik padaku. Hmmm ... aku sungguh menantikannya." gumam Arumi seraya mengembangkan senyumnya.
Mungkin memang sikapnya sedikit gila. Ralat! Bukan hanya sedikit melainkan sangat-sangat gila. Akan tetapi, ia melakukan hal tersebut bukanlah untuk ambisinya semata. Gadis itu memang tertarik pada pria itu. Pria yang telah beristri.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Erina Munir
kan cinta itu buta...sampe2 ga liat orang udh beristri atau bersuami
2024-12-20
0
🍁K3yk3y🍁
iyaa dunia sekarang makin gila yaa
2022-10-10
0
Siti Mushbihah
serah kamu deh rum. aku dukung kamu aja pokoknya
2022-10-01
3