"Dia wanita asing, tapi mengapa dia harus bersikap seperti ini padaku?" lirih Fahri.
Ia pun perlahan membuka kantong nasi bungkus yang lengkap dengan air mineralnya. Mencium aroma nasi bungkus tersebut, tiba-tiba perut Fahri berbunyi. Cacing-cacing yang ada di dalam perutnya itu sudah berdemo untuk minta segera di isi.
Fahri pun membaca bismillah terlebih dahulu, lalu kemudian menyantap nasi bungkus tersebut. Setelah memakan nasi itu, ia pun meminum obat yang dibelikan oleh Arumi tadi.
....
Arumi saat ini tengah mengemudikan kendaraannya. Fokusnya teralihkan karena tiba-tiba saja ponselnya berdering. Arumi memakai earphone yang tersambung dengan ponselnya, lalu kemudian mengangkat panggilan tersebut.
"Ada apa?" tanya Arumi.
"Kamu di mana?"
"Sedang dalam perjalanan pulang," timpal gadis itu.
"Tadi ke mana?"
"Toserba."
"Kenapa kamu ke sana?"
"Untuk menemui calon suamiku," ujar Arumi sembari terkekeh.
"Apakah kamu gila? Pria itu sudah beristri!"
"Aku memang sudah lama gila. Lebih tepatnya tergila-gila pada suami orang. Hahaha ...." Arumi tertawa keras setelah mengucapkan kalimat tersebut.
"Jangan dulu pulang. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu. Aku juga ingin mengembalikan kartu kreditmu."
..."Baiklah. Aku akan menunggumu di taman kota." Arumi memutuskan sambungan teleponnya setelah mengucapkan kalimat tersebut. Gadis itu pun memutar balik mobilnya, untuk menuju ke taman kota....
Sesampainya di sana, Arumi melihat tempat itu begitu indah. Banyak juga orang-orang yang berjualan makanan di sekitar tempat tersebut.
Gadis itu turun dari mobilnya. Ia melihat-lihat street food yang ada di sana. Pandangannya terhenti pada penjual cumi bakar. Arumi pun singgah di gerai tersebut untuk memesan cumi bakar yang mampu menggugah seleranya.
Aroma dari makanan tersebut membuat perut Arumi menjadi lapar. Ia baru sadar bahwa memang sedari siang tadi ia belum makan. Dan saat di restoran pun ia juga belum menyantap makanan yang si pesannya tadi.
"Cumi bakarnya seporsi, Bang."
"Pedas atau yang biasa, Neng?" tanya Penjual tersebut.
"Kasih yang pedas," timpal Arumi.
Setelah memesan makanannya, Arumi duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Gadis tersebut mengecek ponselnya, membuka laman sosial medianya seraya menunggu pesanan tiba.
Tak lama kemudian, satu porsi cumi bakar pedas yang ia pesan pun sudah siap. Makanan tersebut masih panas karena Arumi dapat melihat asap yang keluar dari makanan itu. Untuk aromanya, tentu saja semakin menggugah selera.
Arumi mengambil satu tusuk cumi tersebut. Ia meniupnya terlebih dahulu, laku kemudian menggigit cumi yang terasa sangat lembut itu, tidak alot sama sekali.
"Enak sekali," gumam Arumi.
Gadis itu menyantap makanan yang ada di hadapannya dengan lahap. Ia memesan kembali cumi bakar tersebut karena menurutnya benar-benar lezat.
"Tidak apa-apa, Arumi. Berat badanmu tidak akan naik dalam waktu semalam hanya karena mengkonsumsi ini," ujar Arumi bermonolog pada dirinya.
Kali ini Arumi menghabiskan porsi keduanya. Gadis itu melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Kenapa dia lama sekali?" gumam Arumi.
Gadis itu memanggil penjual tersebut untuk membayar makanannya.
"Berapa total semuanya sama minumnya, Bang?" tanya Arumi.
"Semuanya jadi tujuh puluh lima ribu rupiah, Neng."
Arumi mengambil dompet yang ada di dalam tasnya. Gadis tersebut tertegun saat melihat uang tunai yang ia miliki tinggal dua puluh ribu rupiah. Itu pun kembalian dari Fahri tadi.
Arumi hanya bisa memejamkan mata seraya menekuk bibir bawahnya ke dalam. Ia benar-benar merasa sangat malu karena uang tunai yang dimiliki tidak cukup untuk membayarnya. Tak mungkin jika dirinya membayar di gerai seperti ini menggunakan kartu kredit.
"Tunggu sebentar ya, Bang. Teman saya sedang dalam perjalanan menuju kemari," jelas Arumi.
"Baik, Neng." penjual itu pun pergi dari hadapan Arumi untuk melayani pembeli yang lainnya lagi.
Tak lama kemudian, ponsel Arumi berdering. Gadis itu dengan cepat mengangkat panggilan tersebut.
"Kamu di mana?"
"Aku di gerai cumi bakar. Temui aku di sini!" ujar Arumi.
"Tapi ... kamu membawa uang tunai kan?" tanya Arumi.
"Iya ... iya ...."
Samuel mencari keberadaan Arumi. Ia melihat gerai cumi bakar seperti yang diucapkan oleh Arumi tadi. Dan benar saja, Samuel menemukan gadis itu tengah duduk di salah satu kursi yang ada di gerai tersebut.
Arumi melihat keberadaan Samuel yang tak jauh darinya. Gadis itu pun melambaikan tangannya, mengajak Samuel untuk datang ke tempat tersebut.
"Tolong bayar makananku tadi," ujar Arumi saat Samuel baru saja hendak menarik kursinya.
Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap Arumi. Baru saja ia datang, sudah di suruh membayar makanan Arumi.
"Bang, bayar makanan dia tadi," ujar Samuel kepada penjual seraya menunjuk Arumi yang tak jauh dari tempat itu.
"Oh, suaminya ya?"
Seketika Samuel tertegun dengan ucapan penjual tersebut. Namun, perlahan ia pun menganggukkan kepalanya seakan membenarkan ucapan si penjual tersebut.
Setelah si penjual menyebutkan semua total harga yang dimakan oleh Arumi tadi, Samuel langsung membayarnya dengan menggunakan uang tunai. Seusai membayar, Samuel pun menghampiri Arumi lagi.
"Kamu ingin tetap di sini, atau pulang saja?" tanya Samuel.
"Sebaiknya pulang saja," ujar Arumi.
Keduanya beranjak dari kursi, lalu kemudian menuju ke tempat gadis itu memarkirkan mobilnya tadi. Arumi menyerahkan kunci mobil pada Samuel.
"Kamu saja yang menyetir," ucap Arumi.
Mereka masuk ke dalam mobil, menempati kursi masing-masing. "Sebenarnya, mobilmu kemarin aku pinjamkan pada salah satu kenalanku. Dan kenalan yang ku maksud adalah pria yang bersama si wanita istrinya pria toserba itu," jelas Samuel.
"Aku berjanji untuk memintanya agar segera mengembalikan mobilmu," lanjut pria itu.
"Biarkan saja! Kamu tidak perlu terburu-buru mengambilnya. Biar saja dia memakai mobil itu terlebih dahulu," ujar Arumi seraya menarik sudut bibirnya.
Seketika Samuel pun menatap Arumi sembari menjengit. "Kenapa?" tanya Samuel penuh selidik.
"Sebentar lagi mobilku akan membawa keberuntungan bagi diriku sendiri. Sebaiknya kau tidak usah bertanya lagi setelah ini," ujar Arumi yang memberi peringatan terlebih dahulu kepada Samuel.
Samuel berusaha mencerna ucapan Arumi. Pria tersebut menatap sekilas ke arah Arumi, lalu kemudian kembali mengemudikan kendaraannya.
Mobil yang dikendarai oleh Samuel tiba di rumah Arumi. Pria tersebut menghentikan kendaraannya, lalu kemudian melepaskan sabuk pengaman yang melilit di tubuhnya.
Ia melihat Arumi yang sudah terlelap. Samuel menyandarkan tubuhnya di setir, ia menatap Arumi dengan begitu lekat. Hidung yang tinggi, bibir yang tipis, bulu mata yang lentik, serta bentuk wajah yang tirus, menjadikan Arumi terlihat bak seorang dewi khayangan.
Dalam benaknya selalu menyerukan bahwa ia mencintai gadis ini. Ia ingin melindunginya walaupun bibirnya kelu untuk berucap demikian. Yang pada akhirnya hanya dianggap lelucon oleh gadis yang saat ini tengah terlelap itu.
Setelah cukup lama memandangi wajah Arumi, pria itu pun turun dari mobilnya. Ia membuka pintu mobil sebelahnya, membopong tubuh Arumi, membawanya menuju ke kamar.
Kedatangan Samuel disambut oleh beberapa asisten rumah tangga yang masih terjaga. Ia mengarahkan Samuel untuk membawa Arumi ke kamarnya.
Samuel merebahkan tubuh mungil bak seringan kapas itu. Ia menyelimuti tubuh Arumi, lalu mengusap puncak kepala Arumi sejenak, dan kemudian meninggalkan gadis itu sendirian di dalam kamar.
"Apakah Tuan hendak menginap? Saya akan menyiapkan kamar untuk Tuan," ujar salah satu ART tersebut.
"Tidak usah, Bik. Saya akan tidur di rumah saja," timpal Samuel seraya mengembangkan senyumnya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Lari Ada Wibu
bagus arumi bikin si fahri sdr
2022-08-26
0
Athaya
Tenang Sam jodoh mu lagi di persiapkan author 😁🤣
2022-07-21
2
IG: @aurin99
Di satu sisi ngedukung Arumi buat Fahri. Tapi disisi lain kasian sama Samsul
2022-07-20
3