Dua puluh menit sebelumnya ...
"Sudah jam berapa ini?" ujar Sifa. Wanita itu seketika merasa panik saat melihat jam tangannya telah menunjukkan pukul 22:40.
"Gawat! Aku harus segera pulang. Mas Fahri tak lama lagi akan pulang dari toserba," ucap Sifa mulai panik.
"Baiklah, kalau begitu ayo aku antar pulang!" ajak Aldo.
Keduanya baru saja keluar dari bar. Aldo menatap Sifa sejenak, lalu kemudian meraih pinggang wanita itu dan menciuminya dengan sedikit kasar.
"Aldo lepaskan! Kamu tahu kan ini tempat umum?" gerutu Sifa.
"Jika aku membawamu ke sebuah kamar, apakah kamu akan ikut denganku?" goda Aldo yang berbisik tepat di depan telinga Sifa.
Rasa hangat serta geli secara bersamaan ia rasakan saat itu juga. Namun, Sifa berusaha menyadarkan dirinya untuk tidak tergoda rayuan Aldo untuk saat ini, karena kali ini ia sedang memikirkan bagaimana caranya agar tiba di rumah dengan cepat. Sementara jarak bar menunju ke apartemennya memakan waktu sekitar dua puluh lima menit. Dan kini waktu yang tersisa hanyalah lima belas menit.
Seharusnya Sifa tiba di sana tiga puluh menit lebih awal. Setidaknya wanita itu harus menghapus make up di wajahnya, agar sang suami tak menaruh rasa curiga pada dirinya.
Sifa tiba-tiba memiliki ide. Berhubung tempatnya tak jauh dari toserba, tempat suaminya bekerja, ia pun memilih untuk langsung saja menuju ke toserba itu. Untuk dandanan ataupun bau alkohol yang melekat di tubuhnya, ia bisa mencari alasan yang lain lagi. Toh, Fahri juga tetap akan mengalah dan percaya pada dirinya.
Aldo baru saja mengambil mobilnya dari parkiran. Ia pun langsung berhenti tepat di samping Sifa yang saat ini tengah berjalan kaki.
"Ayo aku antar!" seru Aldo setelah menurunkan jendela kaca mobilnya.
"Aku berjalan kaki saja. Lagi pula aku ingin mampir ke tempat suamiku bekerja, agar ia tak menaruh curiga padaku," ujar Sifa.
"Baiklah, kalau begitu aku akan mengawasimu dari jauh. Hanya sampai suamimu pulang," ucap Aldo yang tidak ingin terjadi sesuatu pada mantan kekasihnya, yang kini sudah resmi menjadi kekasih gelapnya.
Pria itu memilih untuk menepikan mobilnya, melihat Sifa yang berjalan menuju ke toserba tersebut.
Sifa berjalan cukup lama hingga dirinya berdiri tepat di seberang jalan. Sifa melihat suaminya yang baru saja keluar dari toserba. Fahri melihat dirinya, Sifa pun melambaikan tangannya sembari tersenyum.
Fahri membalas senyuman istrinya. Pria itu berjalan melewati zebra cross, mempercepat langkahnya untuk menghampiri Sifa. Dalam benaknya bertanya-tanya, mengapa Sifa terlihat sangat cantik? Pergi kemana saja dia? Bukankah hanya menemani temannya untuk pergi berbelanja? Mengapa harus menggunakan make up yang berlebihan serta rambut yang ditata sedemikian rupa.
Fahri tiba di depan Sifa. Ia tak sadar bahwa dirinya melewati seorang gadis yang saat itu tengah menatap kagum ke arahnya. Mata gadis yang awalnya berbinar, akan tetapi kini menjadi redup seketika.
Sifa memeluk Fahri dengan erat, pria itu pun membalas pelukan istrinya. Bau alkohol tercium oleh indera penciumannya, membuat Fahri mengernyitkan kening.
"Suamiku, ..."
Mendengar panggilan manis itu, membuat Fahri mengembangkan senyumnya. Ia membalas pelukan Sifa, mengusap punggung wanitanya itu.
"Iya, Istriku."
"Maaf, tapi aku akan menjelaskan semuanya di rumah," ujar Sifa yang mulai melonggarkan pelukannya.
"Ya sudah, kalau begitu ayo kita pulang," ucap Fahri seraya menggenggam tangan istrinya.
Sifa tersenyum sembari mengangguk. Mereka pun berjalan bersama-sama di bawah langit malam sembari bersenda gurau.
....
Di waktu yang bersamaan Arumi tertegun menatap kedua orang yang tadi saling berpelukan dengan erat lalu kemudian berjalan bersama sembari bergandengan. Tangan gadis itu mengepal dengan sangat erat, ia mencoba menahan laju air matanya saat menatap sepasang manusia itu.
"Su-suami?" lirihnya.
Belum juga perjuangannya dimulai, akan tetapi Arumi langsung dipatahkan oleh kenyataan. Pria yang ia kagumi selama ini telah memiliki seorang wanita yang menjadi pendamping hidupnya.
Perlahan, sepasang suami istri itu melangkah pergi. Arumi menatap kepergian Fahri dengan tatapan yang sendu.
Samuel yang melihat hal tersebut ikut bersedih. Gadis itu, sejauh ia mengenalnya, hanya pria pekerja paruh waktu itu yang dapat meluluhkan hatinya, akan tetapi kenyataan menyakitkan pun menghampiri. Pria yang disukai oleh gadis cantik itu telah memiliki seorang istri.
Samuel melangkah mendekati Arumi. Ia melepaskan jaket yang dikenakannya, lalu kemudian memakaikan jaketnya ke bahu Arumi.
Arumi berbalik, seketika gadis itu menyandarkan kepalanya di dada bidang Samuel. Pria itu dapat merasakan bahwa saat ini Arumi tengah menangis karena bajunya yang terasa mulai basah oleh air mata gadis itu.
Samuel hendak mengusap surai panjang milik Arumi. Namun, ia ragu untuk melakukannya. Pria itu bukan tanpa alasan selalu berada di sisi Arumi. Hal itu tentu saja karena Samuel memiliki rasa terhadap Arumi, walaupun gadis itu hanya menganggap dirinya sebatas teman.
Setelah merasa cukup menumpahkan air matanya, Arumi pun langsung menjauh dari Samuel. Ia memilih untuk langsung masuk ke dalam mobilnya. Pria itu pun menyusul langkah kaki Arumi, ikut berjalan memasuki mobil.
"Apa yang aku lakukan? Aku seperti kehilangan akal. Bagaimana mungkin aku menunggu pria hampir seharian yang nyatanya dia adalah suami orang lain?" ujar Arumi merutuki kebodohannya.
Samuel tertawa terbahak-bahak, saat mendengar ucapan gadis itu. Samuel mencoba mencairkan suasana yang benar-benar tegang.
Namun, Arumi tiba-tiba menatap ke arah Samuel dengan tatapan yang cukup mematikan. Membuat pria itu langsung menghentikan tawanya.
"Apa kamu sedang mengejekku? Menertawakan ku?" ketus Arumi.
"Aku akui benar, aku menertawakan mu, Baby. Baru kali ini aku melakukan hal yang sedikit gila, rela tertidur di mobil hanya untuk menemani seorang gadis yang jatuh cinta pada suami orang," tutur Samuel dengan sedikit nada mengejek.
"Sepertinya kamu melupakan sesuatu," ucap Arumi yang mencoba mencari topik pembicaraan yang lain hanya untuk menutupi rasa malunya.
"Lupa? Apa yang aku lupakan?" tanya Samuel dengan kening yang berkerut.
"Mobilku. Sejak aku pulang dari rumah sakit, aku tidak melihat mobilku. Dimana? Bukankah kamu yang memakainya selama ini?"
"Hahaha ... itu ... nanti akan ku kembalikan," ucap Samuel seraya mengusap tengkuknya.
"Kapan? Dimana kamu menaruhnya? Dengan siapa kamu menyerahkannya?"
"Ayolah, Baby! Jangan dibahas lagi. Masalah mobilmu, nanti aku akan mengurusnya," elak Samuel.
"Apakah kamu menggadaikannya?" selidik Arumi lagi.
"Ayolah! Jangan dibahas lagi!"
Di perjalanan, keduanya pun sibuk membahas tentang mobil Arumi yang ia titipkan pada Samuel. Hingga Arumi melupakan sejenak kejadian yang membuat hatinya sakit.
Bersambung ...
Gengs minta dukungannya dung 😁 seperti biasa, like, komen, sama gift/vote kalau ada. Jangan lupa favorit juga ya, biar dapat notifikasi tiap updatenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Erina Munir
wahh s sam...mobil arumi d kemanaiin tuuh
2024-12-20
0
Lari Ada Wibu
WOMEN☕
2022-08-26
1
Athaya
Ayo Arumi jadi pelakor 😁😁,,baru kali pelakor q dukung🤗
2022-07-21
3