Samuel menyantap makanan yang ada di hadapannya. Setelah makanan yang ada di piringnya habis, pria itu pun mengambil alih makanan Arumi yang tak tersentuh sama sekali.
"Sayang jika dibuang begitu saja," gumamnya sembari menukar posisi piring tersebut.
Samuel menyantap makanannya. Sesekali ia melirik pria yang ada di meja ujung masih bercengkrama dengan seorang wanita yang ia ketahui adalah istri dari pria toserba tersebut.
Di waktu yang bersamaan, Aldo sedikit pun tak melepaskan genggaman tangannya.
"Aldo, bisakah kamu melepaskan tanganku sebentar? Telapak tanganku berkeringat karena kamu sedari tadi menggenggamnya," ujar Sifa.
"Apakah aku akan kembali kehilanganmu lagi setelah melepaskan tangan ini. Aku hanya memiliki waktu beberapa jam saja bersamamu. Setelah itu kamu pasti akan kembali pada suamimu," gerutu Aldo.
Sifa terkekeh geli mendengar ucapan Aldo. Saat bersama mantannya, wanita ini bahkan melupakan sang suami yang tengah mencari tambahan uang, memeras keringatnya. Pulang dari kantor langsung menuju ke toserba hanya untuk mencukupi kebutuhan Sifa.
Namun, Sifa seakan lupa perjuangan Fahri yang begitu keras, hanya karena kedatangan Aldo yang terlihat lebih mapan dibandingkan suaminya sendiri.
"Sayang, aku ke toilet sebentar ya," tandas Sifa.
"Baiklah," timpal Aldo.
Wanita itu pun beranjak dari tempat duduknya. Ia berjalan menuju ke toilet wanita yang ada di resto tersebut.
Samuel yang masih menyantap makanannya, melihat Sifa yang baru saja pergi meninggalkan Aldo. Dengan cepat, Samuel memasukkan potongan daging yang cukup besar ke dalam mulutnya. Lalu kemudian, ia berjalan menuju ke meja tempat Aldo berada.
Samuel menepuk bahu Aldo dari belakang, membuat pria tersebut terperanjat. Lalu mengarahkan pandangannya ke belakang.
"Bang, ..."
"Sedang apa kamu di sini?" tanya Samuel. Pria itu menempati kursi yang diduduki oleh Sifa sebelumnya.
"Biasa, Bang. Kencan!" timpal Aldo seraya menaik turunkan kedua alisnya.
"Kencan? Dengan wanita tadi?" tanya Samuel lagi.
"Abang tahu?"
"Tentu saja! Aku memperhatikanmu sedari tadi," tukas Samuel.
"Terus Abang sendiri ... sedang apa di sini?" Aldo balik bertanya.
"Berhubung ini adalah restoran, yang pasti Abang datang ke sini untuk makan," jawab Samuel.
"Haha ... iya. Jawaban Bang Sam memang tepat sasaran," ucap Aldo.
Samuel melihat ponselnya sejenak. Tidak ada telepon ataupun pesan dari Arumi. Benaknya masih bertanya-tanya, kenapa Arumi meninggalkannya begitu tiba-tiba.
"Aldo, ..."
"Iya, Bang."
"Apakah kamu tahu, jika wanita yang saat ini kamu kencani masih lajang atau sudah bersuami?" pancing Samuel sembari menjengit.
"Tahu, Bang. Dia sudah memiliki suami." Aldo menjawab dengan begitu yakin.
"Kalau kamu tahu begitu, kenapa masih melanjutkan hubungan kalian. Menjalin sebuah hubungan terlarang sangatlah beresiko. Kamu bisa mendapatkan wanita lajang di luar sana. Kenapa harus mengganggu rumah tangga orang lain?!" tandas Samuel dengan sedikit penekanan.
Seketika sorot mata Aldo berubah. Wajah ramahnya kini menjadi masam setelah mendapatkan petuah dari Samuel.
"Bang, aku rasa Bang Sam terlalu ikut campur mengenai urusan pribadiku," tukas Aldo.
"Ya sudah. Aku tidak akan mengganggumu. Tapi ... kembalikan mobil yang kamu pinjam dariku!" tegas Samuel yang langsung beranjak dari tempat duduknya.
Pria itu langsung menuju ke meja kasir, membayar makanan yang dipesannya tadi. Sementara Samuel hanya tersenyum miring, mengacuhkan ucapan Samuel.
Dari kejauhan, sedari tadi Sifa melihat kekasihnya tengah berbincang dengan seorang pria. Wajah Aldo terlihat muram begitu pria tersebut membicarakan sesuatu pada Aldo. Sifa tak tahu apa yang keduanya bicarakan karena jaraknya cukup jauh, hingga telinganya tak mampu mendengar perbincangan tersebut.
Wanita itu menghampiri Aldo. Ia kembali menduduki kursinya tadi. "Siapa pria itu?" tanya Sifa. Ia mengarahkan pandangannya pada Samuel yang tengah melakukan transaksi pembayaran.
"Hanya seseorang yang ku kenal," timpal Aldo dengan malas.
Sifa ingin bertanya lebih dalam lagi. Ia merasa sangat penasaran tentang apa yang dikatakan oleh pria itu sampai membuat Aldo menjadi murung.
Namun, setelah mendengar jawaban dari Aldo, Sifa mengurungkan niatnya. Mungkin kalau ia kembali bertanya lagi, Aldo akan memarahinya juga.
....
Di lain tempat, Arumi tengah berada di parkiran toserba tempat Fahri bekerja. Gadis itu hanya menatap Fahri dari dalam mobil. Ia tak keluar untuk menemui pria itu.
Fahri yang tengah mengelap keringat di keningnya saat melayani orang yang berbelanja cukup ramai. Meskipun di bawah ruangan ber-AC, Fahri masih berkeringat banyak. Saat Arumi perhatikan dengan seksama, wajah pria itu terlihat pucat.
"Dia sakit?" gumam Arumi.
Fahri masih melayani pembeli, memberikan senyuman terbaik serta bersikap ramah pada konsumen, mengajak berbincang-bincang seraya men-scan belanjaan tersebut.
"Kamu sangat bodoh. Apakah kamu tidak tahu, jika saat ini istrimu tengah tertawa bahagia bersama dengan pria lain? Sementara kamu, di sini harus berjuang mati-matian demi wanita itu."
"Istrimu memang bodoh! Kamu jauh lebih tampan dari selingkuhannya. Bagaimana bisa dia berbuat sekeji itu padamu?"
Arumi sedari tadi mengoceh di dalam mobil sendirian. Ia benar-benar tak habis pikir dengan wanita yang berselingkuh di belakang suaminya yang saat ini tengah mengais rezeki hanya untuk menghidupinya.
Toserba sudah terlihat sepi. Semua orang tadi telah selesai melakukan transaksi pembayaran. Dari dalam mobil, Arumi melihat Fahri beberapa kali batuk. Ia juga sering mengelap peluh yang mengucur di keningnya.
"Haruskah aku merebut dirimu dari istri yang tak bersyukur itu?" gumam Arumi.
Gadis itu keluar dari mobilnya. Ia memasuki toserba tersebut, mengambil beberapa makanan ringan, laku kemudian berjalan menuju ke meja kasir.
Fahri berusaha kembali tersenyum. Arumi melihat bibir pria itu memutih. "Apakah dia terkena demam?" batinnya.
Gadis itu menyerahkan uang tunai saat Fahri menyebutkan jumlah total keseluruhan belanjaannya. Saat Fahri sibuk menghitung kembaliannya, ia langsung terkejut karena Arumi tiba-tiba saja menyentuh keningnya.
"Badanmu terasa sangat panas. Sepetinya kamu terkena demam. Sebaiknya minta libur dan beristirahat di rumah," ujar Arumi.
Fahri tak mengatakan apapun. Ia menganggap bahwa Arumi telah bersikap lancang terhadapnya. Pria itu menyodorkan uang kembalian Arumi.
"Maaf, Mbak. Tapi saya di sini sedang bekerja. Tolong anda jaga sikap!" tegas Fahri.
Arumi tak mengindahkan ucapan Fahri. Gadis itu pergi begitu saja, meninggalkan belanjaannya serta uang kembalian yang diserahkan oleh Fahri pun tak diterimanya.
"Mbak! Ini kembaliannya ...," seru Fahri. Pria tersebut berjalan menuju Arumi. Seraya membawa belanjaan gadis tersebut.
Namun, baru saja ia membuka pintu keluar, Arumi sudah melajukan kendaraannya terlebih dahulu. "Apakah dia merasa tersinggung karena ucapanku tadi?" gumam Fahri.
Pria itu pun kembali ke meja kasir. Kepalanya terasa sedikit pusing. Ia memilih untuk duduk sembari menyandarkan kepalanya di atas meja.
....
Arumi menginjak gas mobilnya. Berusaha untuk mempercepat laju kendaraannya. Tak lama kemudian, ia pun tiba di salah satu apotik.
Dengan cepat, ia turun dari mobilnya menuju ke apotik tersebut.
"Mbak, minta obat demam untuk orang dewasa. Sekalian minta vitaminnya juga," ujar Arumi pada wanita yang tengah berdiri di balik etalase tempat susunan obat-obatan.
Wanita tersebut menyerahkan obat yang diminta oleh Arumi. Wanita itu langsung membayarnya dan dengan langkah yang tergesa-gesa, ia segera masuk ke dalam mobil.
Arumi kembali melajukan mobilnya menuju ke toserba. Namun, saat di perjalanan, ia melihat rumah makan Padang. Gadis itu singgah sejenak di rumah makan tersebut.
"Bang, nasi bungkusnya satu. Untuk sayur sama lauknya kasih yang komplit," pinta Arumi.
Gadis itu menatap ke arah jalanan sembari menunggu pesanannya. "Aku bisa menebak, jika kamu tidak begitu diperhatikan oleh istrimu sendiri," gumam Arumi.
Pesanan Arumi pun telah siap. Gadis itu membayar nasi bungkusnya lalu kembali masuk ke dalam mobil untuk menuju ke toserba.
Sesampainya di toserba, Arumi keluar dengan membawa dua kantong plastik. Plastik yang pertama berisi obat-obatan, dan kantong plastik yang ke dua berisi nasi bungkus.
Fahri mendengar suara ketukan sepatu wanita yang tengah berjalan masuk ke dalam toserba. Fahri pun langsung mengangkat kepalanya dan berdiri. Ia melihat wanita yang meninggalkan belanjaannya kembali datang.
"Mbak, ini belanjaan ...."
"Ini obat untuk demam, dan sebelum meminum obat itu, sebaiknya kamu makan terlebih dahulu!" ujar Arumi yang memotong ucapan Fahri.
Pria itu tertegun saat melihat dua kantong plastik yang diletakkan di hadapannya.
"Belanjaan yang ku bayar tadi, ambil saja! Aku membelikannya untukmu. Aku hanya mengambil uang kembaliannya saja," ujar Arumi seraya menarik uang yang ada di tangan Fahri.
"Ku harap, kamu lekas sembuh!" lanjut Arumi seraya melangkah pergi.
Fahri tak bisa berkata apa-apa. Pria itu menatap plastik yang berisi obat dan makanan untuk dirinya. Lalu kemudian, ia pun mengarahkan pandangannya pada mobil yang telah melaju, menghilang dari pandangannya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Erina Munir
ya ampuun ga malu luh do...mau kencan pake mobil orang....trus klo k tauan samz yg punya gimanaa
2024-12-20
0
Heny Febti
Oalah gak taunya mobil Arumi di pinjam Aldo. 🤦
2023-01-06
0
YK
🤦🏻♀️
2022-10-18
1