"Cepat sekali ia bertindak. Tahu aja dia kalau aku ke sini." Gumam Bimo dalam hati.
Saat ini dia sedang dibutuhkan. Gak apa-apa lah jual mahal sedikit. Lagian, seenaknya saja menikah Kan anak orang padahal gak setuju sama sekali.
Bimo masih kesal pada Ezra.
Melihat Ezra menghampirinya. Bimo mempercepat langkahnya. Ia sedang malas berdebat.
"Hei Bim... Kamu gak boleh seperti ini?" Ezra mempercepat langkahnya. Sepatu pentofel yang digunakan nya cukup membuatnya kesusahan berjalan. Mana di sol sepatunya lengket tanah. Itu yang membuatnya sulit melangkah.
"Bim.... Tunggu dong.!" Ezra memilih melepas sepatunya, melempar sepatu itu ke sembarang tempat, maklum orang kaya, ia pun berlari mengejar Bimo.
"Kamu!" Ezra menarik napas panjang. Aku belum mau olah raga pagi ini. Cukup sudah aku olah raga setiap malam Bimo." Ujar Ezra, mencoba membuat lelucon. Tapi, yang si pendengar seperti nya tak tertarik.
Bimo menurunkan tabung semprot nya. Ia melepas topinya. Dan mendudukkan bokongnya di pondok yang ada di tengah ladang itu.
Ezra tadinya beranggapan Bimo mau melarikan diri. Eehh... Gak tahunya mau berteduh di pondok.
Bimo melap keringatnya dengan handuk leher miliknya. Ia juga meneguk air mineral yang ada di pondok itu.
"Pekerja mu semakin banyak juga ya Bim?" permulaan percakapan yang mantap menurut Ezra. Tapi, tidak untuk Bimo. Saat ini semuanya salah menurut nya.
"Jangan menghina, karyawan ku tak ada bandingannya dengan mu Bos." Jawab Bimo datar. Dengan melempar pandangan ke perkebunan nya yang luas.
"Semuanya butuh proses Bim." Sahut Ezra dengan tersenyum tipis. Meminta botol air mineral yang ada di tangan Bimo. Ia haus juga.
Ya Ezra bukan tipe orang pembersih, yang anti minum sebotol dengan orang lain. Yang terpenting ia kenal bagaimana orang itu.
"Melihat sikapmu seperti ini. Aku sadar, keputusan yang ku ambil adalah salah." Ujar Ezra mengakui dirinya salah telah menikah kan Rara dengannya. "Tadinya aku beranggapan ini hal baik untuk Rara dan kamu. Ya mungkin seperti itulah jalannya kamu mendapatkan jodohmu."
Bimo yang masih belum siap membicarakan semuanya. Beranjak dari duduknya. Dengan cepat Ezra menahan tangannya Bimo.
"Bim, kita bicarakan baik-baik. Jangan seperti ini, kasihan Rara "
"Aku yang lebih harus dikasihi pak Ezra yang terhormat." Sahut Bimo cepat. Memegang dadanya yang bergemuruh. "Aku sangat berharap anda bisa menggagalkan pernikahan itu dengan kekuasaan anda. Tapi, anda malah jadi dalangnya." Bimo menguncupkan jari-jarinya dan menjulurkan nya kepada Ezra dengan kesalnya.
"Rara, Rara itu bukan tipe pendamping saya pak Ezra yang terhormat. Saya ingin menikah sekali seumur hidup. Saya ingin bahagia dengan istri saya kelak. Menikahi wanita yang jelas asal-usulnya. Yang punya akhlak yang baik."
" Menikahi Rara, akan membuat hidup saya nantinya seperti di neraka. Ia putrinya Rani, yang ayahnya tidak diketahui di mana batang hidung nya. Ibunya saja gak tahu siapa ayah anaknya itu. Haruskah aku punya isteri seperti itu?" Bimo yang kesal, menolak kuat bahunya Ezra.
Ezra yang tadinya berdiri di sisi pondok. Kini terduduk, karena dorongan dari Bimo. Raut wajahnya terlihat penuh rasa bersalah.
"Aku tak mau punya nasib seperti anda. Yang istrinya main serong dengan banyak pria. Rara itu anaknya Rani. Ada darah kotornya mengalir di anak itu. Gen nya ada di anak itu. Sifat dan karakter nya diwariskan ke anak itu. Aku tak ingin punya istri yang nantinya hobbynya selingkuh. SALOME!"
Wajah Bimo yang putih memerah sudah saat ini. Sungguh ia tak bisa menahan emosinya lagi. Impiannya untuk membina biduk rumah tangga dengan wanita baik-baik dan kalau bisa satu suku, pupus sudah. Ia dijodohkan dengan anak labil, keturunan dari wanita hiper dan tak bermoral. Tentu anaknya akan seperti induknya. Itulah yang dipikirkan Bimo saat ini.
"Kamu berfikir terlalu pendek Bim. Belum tentu Rara akan seperti ibunya "
Bimo yang tadi membuang pandangannya dari Ezra kini menatap tajam pria itu.
"Belum tentu anda bilang. Siapa yang menjebak Zahra di hotel? kekakuan apa itu? siapa yang mengkonsumsi nar Koba? siapa yang suka mab uk - ma.b ukan. Pak Ezra yang terhormat. Aku sudah berumur. Aku tak ada waktu lagi mengurus masalah yang akan ditimbulkannya nanti. Aku ingin punya istri, yang satu visi misi denganku. Aku tak mau mengurus bocah lagi. Cukup sudah empat hari hidupku setres karena mengurus nya."
TBC
Dukung dong. Dibaca sampai habis ya. Karena itu sangat mempengaruhi performa novel ini. Tinggalkan jejaknya say, like, coment positif dan vote ya.😀🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Trisara Wati
si bimo merasa pkg suci ya, pdhal klu dia bimbing rara dgn baik pasti hasilnya, jgn benci begitu tanpa tahu alasannya kenapa rara bersikap buruk
2022-10-07
0
Darna Wati
penasaran aku sm ceritanya Ezra...
2022-08-03
0
Kayla Hasifa Hasifa
di komen ku aku salah nulis nama ayah Ezra. kutulis Erza😁😁
berarti Zahra sama Rara seumuran..
semakin besar penasaran ku😊😊
2022-07-25
0