Hujan mengguyur kota dengan lebat, menciptakan genangan air di mana-mana. Di tengah cuaca yang tidak bersahabat itu Bimo memacu mobilnya dalam kecepatan penuh. Membelah jalanan yang kini mulai sepi, karena malam sudah larut. Di balik kemudi wajahnya tampak tegang penuh amarah. Wajah nya yang tampan dan putih itu, kini memerah seperti kepiting rebus.
Ia belum bisa menerima kenyataan ini. Menikahi gadis belia, yang punya akhlak buruk. Ia sudah menghindari wanita itu sudah lebih dari tujuh tahun dan kini ia harus hidup bersama dengan gadis labil itu.
"TIDAK.....! Kenapa jadi seperti ini Tuhan...!" teriaknya memukul setir dengan kuatnya. Sesuatu yang tidak kita inginkan, telah jadi tanggung jawabnya.
Tanpa memedulikan jalanan yang licin, Bimo terus menginjak pedal gas hingga kandas. Emosi benar-benar telah menguasai hati dan pikirannya, sehingga tidak lagi memedulikan keselamatan jiwanya sendiri saat ini.
Darahnya mendidih karena kesal, tak terima dengan apa yang terjadi. Ia hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Ia tak ingin punya istri seperti Rara. Yang punya gairah dan hasrat yang tinggi seperti ibunya Rani. Ia tak ingin punya istri, yang nantinya suka selingkuh. Tak puas dengan satu pria.
Kelajuan mobil yang dikendarai Bimo semakin cepat. Senada dengan cepatnya jantungnya berdetak karena emosi. Masih tak bisa menerima dengan kenyataan yang terjadi.
Tin
Tin
Tin
Bimo mengklakson, ia hampir saja menabrak sebuah sepeda motor yang tiba-tiba nongol dari perempatan. Agar ia tak menabrak pengendara itu, ia pun membanting stir ke kanan. Mobil yang melaju cepat itu sangat susah di kendalikannya, tapi syukurlah mobil itu bisa berhenti dan tak masuk ke areal perkebunan warga yang ada di pinggir jalan lintas itu.
Bruuggkkkh
Pria itu menghempas punggungnya ke kursi kemudi yang didudukinya. Hampir saja nyawanya melayang sia-sia karena kecerobohannya menuruti emosinya. Ia kalau langsung mati, bisa dikubur. Kalau ia tak mati, malah patah tulang dan jadi cacat, bagaimana?
"Astaghfirullah... Astaghfirullah..... " Hampir saja ia tersesat dalam kebencian atas apa yang tak diinginkannya dalam hidupnya.
Hidup bukanlah pilihan tetapi sebuah perjalanan. Tak ada yang namanya kebetulan. Semuanya sudah ditakdirkan, telah ditentukan dan kita harus siap menjalani kehidupan ini.
Hidup ini adalah fase perjalanan setiap orang yang tidak akan bisa dilompati. Mulai kita lahir dari dalam rahim ibu kita kemudian dirawat dan tumbuh besar menjadi dewasa. Semuanya berjalan berdasarkan alur yang telah ditentukan oleh-Nya. Oleh karena itu, hidup selalu menghadirkan cerita dan kisah yang menyatu dalam setiap keseharian kita. Terus berjalan tanpa bisa kita prediksi. Tidak akan ada yang tahu apa yang terjadi hari esok. Senang dan susah, sedih dan bahagia, baik dan buruk, bising dan sunyi menjadi bagian kecil dari sisi kehidupan.
Dan pernikahannya dengan Rara diluar prediksinya. Haruskah ia menyesali itu semua, hingga menguras emosi dan pikirannya?
Rasanya ia terlalu bodoh memikirkan itu semua. Jalani saja, dan tetap lakukan terbaik.
Bimo menarik napas panjang. Ia melakukan itu berulang kali, hingga ia merasa tenang. Ia haus, sangat haus di cuaca yang dingin ini. Ia memeriksa persediaan air minum di dalam mobilnya dan ia tak menemukan apapun yang bisa diminum di dalam mobilnya itu.
Huuffttt..
"Ya Allah.... Terima kasih masih melindungiku."
Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Menyisir rambutnya sampai kebelakang dengan tangannya. Rasanya otot wajahnya sangat ketat saat ini. Ia sangat tegang, karena hampir saja menabrak pengendara sepeda motor.
Setengah jam pria itu berusaha menenangkan dirinya di dalam mobilnya. Merasa tenang ia pun mulai melanjutkan perjalannya. Kali ia memacu mobilnya dengan perlahan. Berusaha tenang dan sabar atas apa yang terjadi hari ini. Mencoba menerima ketentuan dariNYA.
Bimo sudah mulai tenang saat mengemudi. Ia pun akhirnya memutuskan untuk merilekskan tubuhnya dengan beristirahat di rest area.
Turun dari dalam mobil dengan memeluk tubuhnya. Walau pakai jaket, hawa dingin sangat terasa menusuk ke tulang.
Bimo memesan teh manis panas. Kemudian mengambil tempat duduk di dalam warung makan itu. Ia tak sanggup minum di luar warung. Karena hawa sangat dingin. Saat asyik menyesap rokoknya. Ia merasakan bahunya di tepuk lembut seseorang.
TBC.
Like coment vote, hadiah. Kita ada give away loh say
❤️☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Vera Diani
Terimalah Takdir dan ketentuan NYA Bimo..
2022-10-30
0
Isti Qomah
jangan emosi trs bim sabarrrrttt
2022-08-06
0
Kayla Hasifa Hasifa
emosi membuat kita lupa diri..
makin penasaran lanjut lagi😊😊
2022-07-25
0