Takut terjadi adu mulut di dalam mobil selama perjalanan pulang. Pasangan pengantin baru dibawa pulang dengan mobil berbeda. Rara satu mobil dengan Ezra, sedangkan Bimo berada di dalam mobil Dika. Dan mobilnya Bimo dikenderai supir.
"Ayah... Kenapa tidak menggagalkan pernikahan itu. Aku belum mau menikah ayah. Aku saja belum tamat SMA. Tahun ini saja aku gak ikut ujian nasional." Rengek Rara pada Ezra dengan linangan air mata. Rara menggoyang-goyangkan tangan Ezra dengan kesal.
Ezra tersenyum tipis pada Rara. Walau lampu mobil tidak nyala. Cahaya dari lampu pengendera lain, terkadang membuat terang di dalam mobil.
"Ayah tak bisa membantah mereka. Itu sudah ketentuan di tempat itu. Lagian kenapa kalian sampai ke sana? Ayah dan ibumu sangat cemas mencari keberadaan kalian." Jawab Ezra tegas, dia gak mau berdebat dengan Rara. Putrinya itu bilang gak mau menikah. Tapi, tadi pagi Bimo melapor, Rara ingin menikah dengan Ferdy.
"Aku hanya ingin menghirup udara segar dan melihat pemandangan alam yang asri ayah." Jawabnya malas, dia kesal juga saat mengajak Bimo cari udara segar tadi. Mereka bertengkar terus di tempat wisata itu. Rara yang minta difoto di setiap spot cantik. Tidak dilakukan Bimo. Karena dia bukan juru foto. Jadilah acara ancam mengancam, hingga Bimo mau mengambil gambar nya.
"Cari udara segar, sampai mobil bergoyang?" ledek Ezra.
"Tidak seperti itu ayah. Mana mungkin aku dan pamam Bimo seperti itu. Lagian dia bukan tipeku." Sergah Rara dengan kesalnya. Kalau bicara dengan Ezra, Rara pasti bilang Bimo pamannya. Tapi, kalau mereka sedang berada. Sebutan paman hilang sudah. Dan tinggal nama saja.
"Ra, ini sudah jalannya. Kamu harus bisa ambil hikmah dari semua kejadian ini. Allah itu masih sayang samamu, hingga kamu diberi kesempatan berjodoh dengan Bimo. Ayah yakin, kamu akan bahagia dengannya. Kuncinya hanya satu. Kamu berubah lah. Jangan sibuk cari jati diri lagi, dengan melakukan hal-hal yang tak benar itu semua. Kalau diingat-ingat semua yang kamu lakukan sangat keji dan kotor Ra. Kamu menjebak Zahra. Jangan-jangan kejadian inilah hasil dari ulah mu itu. Kamu kena batunya juga kan?"
Rara terdiam, ucapan Ezra mengena di hatinya.
"Satu lagi, jauhi Ibumu. Karena dia memberi pengaruh buruk untukmu. Kamu tak mau kan hancur seperti ibumu?" Ezra takut juga, Raraa punya sifat seperti Rani. Yang tidak puas dengan satu pria.
"Mana mungkin aku menjauhi wanita yang sudah melahirkan ku ayah." Kali ini Rara tak bisa menahan emosinya. Dia menangis dengan kenceng, kemudian memalingkan wajahnya dari Ezra.
"Kalau kamu bisa mengontrol diri tak terpengaruh dengan kelakuan ibumu. Ya silahkan nak. Ayah hanya ingin yang terbai untukmu. Ferdy tidak mencintaimu. Kenapa kamu malah ingin menikah dengannya." Ezra mengusap lembut punggung Rara yang bergetar hebat karena menangis itu.
"Aku dan paman gak saling cinta. Tapi, tadi kenapa ayah seolah mendukung pernikahan itu?" ucapnya terisak.
"Kalian sudah kenal dekat. Bahkan Bimo yang sering menggendongmu saat kecil. Dia bahkan sering mengganti popokmu dulu. Sewaktu kecil, kamu bahkan lebih suka digendong dia, dibandingkan dengan ibumu sendiri. Jadi dia itu sudah mengenal kamu gimana buruknya. Ayah yakin, kamu akan bahagia hidup bersama dengannya sayang." Tegas Ezra.
"Gak, gak... Paman Bimo itu dulu memang baik samaku. Tapi kan sejak aku kelas dua SMP. Dia gak mau main lagi denganku, hingga sekarang aku sudah berumur 19 tahun. Dan sejak itu, hubungan kami gak dekat lagi ayah." Keluh Rara.
Ezra tersenyum tipis mendengar penuturan putri nya itu. Dia jadi teringat dengan penuturan Bimo beberapa tahun silam, tepatnya lima tahun yang lalu. Saat Rara sudah baliqh, saat Rara sudah dapat haid pertama. Saat itu Bimo sudah menjaga jarak dengan Rara, tak mau lagi menggendong-gendong anak itu. Tak mau lagi, dipeluk dan cium oleh Rara. Karena, Bimo tahu batasan. Di suku Batak, hal seperti itu sangat tabu.
"Aku seperti ini gara-gara dia. Aku benci dia. Dia gak mau temenin aku lagi. Aku gak punya teman cowok lagi saat itu. Makanya aku jadi jahat, jadi bandel...!"
Ezra sungguh terperanjat dengan penuturan putrinya itu.
"Gak ada yang sayang samaku. Di rumah sakit juga selama tiga hari ini, paman Bimo memarahiku, mendoakanku masuk api neraka. Huahauhua....! bahkan dia yang menyuruh ku untuk bunuh diri. Dia menantang ku, apa aku berani melakukannya." Hiks.,. Hiks... Hiks...
"Sakit ayah, sakit. Orang yang dekat dengan kita. Tiba-tiba menjauh."
"Aku gak ingin punya suami seperti paman Bimo ayah. Aku inginnya Ferdy. Ia baik ayah. Penyayang, ayah kenal Ferdy kan?" Kini Rara menatap lekat sang ayah yang tercenung. Ternyata Rara gadis yang lemah. Gadis yang sangat ingin disayang. Apa dia salah didik? karena terlalu memanjakan anak itu dulu?
"Tapi Ferdy gak cinta samamu sayang." Jelas Ezra dengan lembut.
"Paman Bimo juga gak cinta samaku."
"Bimo sayang samamu. Dia akan membahagiakan mu!" Ezra bicara masih dengan lembut, mengusap kepala Rara yang rambut panjangnya awut awutan.
"Tidak ayah, paman Bimo gak sayang lagi samaku. Dia bahkan menyumpahi aku mati." Rara kekeh dengan penilaian nya.
"Itu dulu, kalau sekarang pasti gak gitu lagi. Dia sudah jadi suamimu. Tak mungkin dia membencimu."
"Gak mau, aku gak mau jadi istrinya. Aku gak mau punya suami tua, karatan. Aku mau yang seumuran. Bukan yang expired seperti dia ayah."
"Rara...! sudah, kamu bersyukur saja. Instrospeksi diri. Ayo turun kita sudah sampai di rumah." Tegas Ezra, Rara tersentak karena dibentak.
"Ayo turun!"
Rara pun akhirnya turun dari mobil dengan jsak tangis nya. Sementara mobil yang membawa Bimo juga sudah sampai. Dengan malasnya Bimo menghampiri Ezra. Karena memang Ezra memanggilnya agar mendekat.
"Ayo kita masuk, gandeng tangan istrimu." Titah Ezra tak terbantahkan. Bimo yang kesal, menantang tatapan Ezra. Dia perlu membuat perhitungan dengan bos nya itu. Dia tak inginkan pernikahan ini.
Walau hati mendumel, Bimo tetap menggandeng tangan Rara. Rara kesal juga, tapi ia tetap mau digandeng Bimo masuk ke dalam rumah.
Saat hendak masuk ke dalam rumah. Pasangan pengantin baru sudah disambut oleh Anin dan Zahra dengan penuh suka cita. Anin dan Bimo berasal dari suku Batak Angkola. Jadi saat ini, Anin melakukan sedikit tradisi dari kampung nya. Yaitu meletakkan pelepah pisang di depan pintu masuk. Rara diminta memijak pelepah pisang itu dengan kaki kanannya.
TBC
Tetap tinggal kan jejak say, itu lah yang buat aku jadi semangat untuk ketik cerita Bimo dan Rara. Aku up semua biar lanjut kisah mereka setelah diperkebunan.
Like, coment positif dan hadiah tetap ku bagi. Itu bisa menaikkan popularitas novel ini.🙏🙂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Vera Diani
Bimo marganya Siregar,berarti Bimo Islam y Thor..
2022-10-30
0
Pepy Aponno
bgm ya nasib Rara saat menikah dgn bimo
2022-08-11
0
Herlina Riansyah
ngakak pas rara ngedumel g mw swmi tua. karatan n expired 🤣🤣
moga SaMaWa ya Rara n Bimo 🤭
2022-07-31
0