Ia harus mengatakan yang ia mau. Ia tak tahan dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan ini. Ia harus ganti pakaiannya.
"Eemmm... Paman, aku kedinginan." Ucapnya pelan dan terdengar memelas.
Ia harus ganti baju. Ia kan punya baju ganti, saat dirawat di umah sakit.
Ia yang takut diomelin, menutup kedua matanya. Tak sanggup nanti, melihat tatapan bengis sang paman.
Bimo yang hendak menghidupkan mesin mobil. Menghentikan aksinya, ia memutar lehernya menoleh ke arah Rara, yang terlihat ketakutan dan menutup mata.
"Cepat ganti bajumu! Ku beri waktu lima menit." Bimo keluar dari dalam mobil itu, syukur hujan sudah reda. Jadi, ia tak harus di dalam mobil, saat Rara ingin berganti pakaian. Tapi, hawa dingin masih terasa. Bimo memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Ia sungguh kedinginan. Karena ia tak memakai jaket.
"Paman, koperku di mana?" ujar Rara, membuka jendela kaca mobilnya.
Bimo yang hendak menjauh dari mobil itu menghentikan langkahnya. Menoleh ke asal suara. Terlihat wajah nya Rara sudah pucat. Bibirnya yang biasanya merah Cherry, kini mulai membiru. Melihat itu, ada rasa ibah di hatinya Bimo.
Tadinya ia ingin marah, dan meminta Rara mengambil kopernya sendiri di bagasi. Tapi, melihat Rara memang butuh bantuan. Akhirnya ia mengambil kopernya Rara dibagasi.
Rara dengan cepat membuka pintu mobil, saat Bimo sudah ada di dekat pintu mobil.
"Terimakasih paman!" ujarnya dengan bibir yang bergetar karena kedinginan.
Bbrrrrr
Ya, saat main hujan, gak akan terasa dingin. Tapi, disaat kita sudah tidak main hujan dan memakai pakaian yang basah, itu dingin nya pool seperti di kutub Utara.
Rara mulai mencoba membuka bajunya. Ia pun kesusahan, ia tak bisa melepaskan bajunya sendiri. Karena, tangannya terasa sangat sakit saat berusaha melepas baju itu. Ia pun tersadar, kalau ia sedang menggunakan blouse bahan katun dan tidak busui, hanya ada dua kancing di dekat leher baju, agar kepala bisa masuk, saat hendak memakai baju itu. Jadi baju itu harus ditarik ke atas. Dan ia tak bisa melakukannya. Bajunya ngepas di badan, dan karena basah, jadi menempel kuat di tubuhnya.
Hufftt...
Rara hampir mati kehabisan oksigen. Saat ia berusaha keras menarik baju nya ke atas dan baju nya nyangkut di bahu. Ia yang tak bisa bernafas, kembali menurunkan bajunya. Karena ia tak bisa melepaskan baju itu dari tubuhnya.
"Bu... Ibu, kenapa begitu susah membuka baju ini? Si Alan....!" ia mulai panik, waktu yang diberikan Bimo, untuk mengganti baju sudah habis. Yang jasa dilakukannya hanya menangis dengan meratapi dirinya yang malang.
Tak seharusnya tadi ia mengajak Bimo ke tempat itu. Tak seharusnya ia mencari angin seger. Harusnya keluar dari rumah sakit. Ia langsung ke rumah. Di rumah juga ada taman yang indah. Kalau mau makan sesuatu, bisa minta dimasakin oleh koki
Hiks
Hiks
Hiks
Zahra menangis, dinginnya tubuh sudah menusuk ke tulang. Ia merasa tak punya tenaga lagi.
Ceklek...
Ia terkejut, memegangi dadanya yang bedebar kuat. Jantungnya rasanya mau copot. Bimo sudah masuk ke dalam mobil dan duduk di jok kemudi.
Rara yang sedih dan tak berdaya menundukkan kepalanya. Tak sanggup menatap ke arah Bimo.
"Kenapa belum ganti baju?" Bimo menatap tajam Rara dari spion.
"Aku gak bisa membuka bajunya. Tanganku sakit, pergelangan tanganku sakit. Bahuku juga sakit, aku tadi terhempas sangat kuat."
Hua hua hua... Rara menangis dengan sedihnya. Kenapa ia sial sekali. Ditambah pamannya itu menakutkan.
"Parah, payah,... buka baju saja gak bisa. Apa yang kau bisa? buka paha? itu kamu bisa kan?"
Duarr
Ucapan Bimo sangat menyakitkan. Ia pun terdiam. Gak ada gunanya lagi bicara, semuanya salah.
Hening....
Hanya suara isakan menyayatnya Rara yang terdengar pelan. Bahkan wanita itu tak sanggup menangis dengan kuat lagi. Biarlah ia mati membeku.
Huffft....
Bimo membuang napas kasar. Ia kesal dengan semua yang terjadi hari ini. Benar - benar buang waktu.
Pria yang lagi galau itu turun dari mobil, kemudian membuka pintu mobil di jok yang diduduki Rara. Menatap Rara yang wajahnya sudah pucat dengan bibir membiru.
Seandainya ada toilet di tempat itu, ia akan meminta Rara berganti pakaian di toilet.
Rara terkejut, saat Bimo naik ke dalam mobil itu. Duduk di bangku sebelahnya.
"Tutup matamu?!" titah Bimo menatap tajam Rara.
"Tutup mata? kenapa?" tanya Rara bingung
Kenapa dengan pamannya itu? tiba-tiba saja duduk di sebelahnya dan memintanya menutup mata.
"Aku akan membantumu membuka bajumu, tutup matamu!" Bimo mengulang perintah nya
"Koq aku yang tutup mata. Gak salah?" ujar Rara bingung. Masih memeluk tubuhnya sendiri yang kedinginan.
"Ya saya juga akan tutup mata, dan kamu juga." jelas Bimo lagi.
"Kalau aku ikut tutup mata. Mana kutahu, bajuku bisa dilepas atau tidak."
"Kamu masih punya indera lainnya. Ada kulitmu yang bisa meraba. Ada otakmu yang jasa kamu gunakan, apa bajumu sudah terlepas atau tidak." Bimo mulai emosi, ia kesal. Ucapannya gak dituruti.
"Aneh saja, takutnya paman nanti yang buka mata. Sedangkan aku disuruh tutup mata. Mau ngintip ya?!"
"Mau dibantuin tidak..?" Bimo terpojok, ia tak ada niat mengintip atau melihat tubuh nya Rara. Ia hanya malu saja, ia tak pernah melakukan hal seperti ini. Membuka pakaian wanita. Ia malu pada Rara. Makanya ia ingin Rara menutup matanya dan ia pun akan menutup matanya juga.
"Iya, baiklah." Mereka pun sama-sama menutup kedua matanya. Tangannya Bimo bergetar hendak menjamah pakaiannya Rara. Ia merasa telah melakukan hal yang salah. Seperti sedang melucuti pakaian keponakannya sendiri.
"Uwuuuuooow..!" Aduh Rara, ia terkejut, tangan nya Bimo menyenggol aset gunung kembarnya.
Huufftt
Bimo menghela napas, masih dengan mata terpejam. Ia juga merasakan tangan kekarnya menyenggol gundukan lembut dan kenyal.
TBC
Like, coment positif, vote hadiahnya dong🤭❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Loli Gusmarni
upss, ngak sengaja kesenggol 🤭
2022-12-28
0
Nur Waidah
18 tahun tingkahnya kaya anak tk
2022-10-22
1
Isti Qomah
sekarang kesenggol besok besok pasti d raba raba thor klw sdh jd bucin
2022-08-06
1