Dilemma
Hikss.. Suara tangisan pilu terdengar di ruang tamu. Andien Wiguna berjinjit takut suara langkah kakinya terdengar. Wanita cantik itu menguping pembicaraan mereka karena penasaran dengan kegaduhan di luar kamar.
Ruang sweet room itu terdiri kamar luas dan ada pintunya yang memisahkan dengan ruang tamu serta balkon yang luas. Berada di pinggir jalanan, sehingga dapat melihat arus lalu lintas di jalan raya.
Hotel Sangria yang terkenal di kota ini dan paling mahal sewa per malamnya. Belum tahu siapa yang akan menikah, nyatanya Arin aja sahabat sma nya sang mempelai wanita. Itu berarti mereka kalangan elite.
"Bagaimana jika orang-orang pada tahu pernikahannya gagal papa? Mau ditaruh dimana muka kita? Ini gara-gara kamu! Jika kau tak menggunakan ide konyol ini tak akan terjadi.. " Wanita cantik itu menangis meraung menjadi jadi.
"Maafkan saya Nyonya. Saya salah. Tuan muda ingin mencari yang sederhana dan tidak materialistis. Saya pikir melalui proses ini bisa terwujud. " Seorang pria muda membungkuk hormat dan terdiam saja saat di pukuli dengan tas branded nya.
Seorang pria memeluknya mencoba menenangkan diri nya. Dan seorang lelaki paruh baya hanya terdiam tak jauh dari mereka. Ceklek. Suaranya pintu dibuka sepasang suami-istri paruh baya menemui mereka dan menundukkan hormat.
"Mohon maafkan putri saya. Dia kabur tanpa memberitahu keberadaan nya. Ponsel nya juga tidak aktif, kami sudah mengerahkan orang-orang mencarinya. " Ucap lelaki itu terbata.
"Acara akad nya satu jam lagi. Apa mungkin dia dapat ditemukan? " Sakarse wanita cantik yang duduk disela isak tangisan. Menatap tajam kedua pasangan Darmawan.
"Maaf kami tak mengetahui jika yang menjadi besan kami Keluarga Wibisono. " Cicit Citra Darmawan.
"Kami sengaja melakukan hal itu agar mengetahui akhlak sebenarnya sang mantu." Sahut Arifin Wibisono.
"Kami sengaja mengutus pelayan kami sebagai wakil orang tuaku dan sekretaris aku Wildan. Ternyata putrimu tak lebih toko mas berjalan. " Sindir lelaki itu yang mendekap sang wanita cantik yang masih tersedu-sedu.
Suara mereka memang tak terlalu keras namun terdengar jelas di telinga Andien Wiguna. Maka dia memutuskan untuk berbalik ke arah kamar mandi. Tempat sahabatnya yakni Arin, entah kenapa ia tiba-tiba sakit perut dan tak keluar dari kamar mandi.
Baru beberapa langkah tangannya menyenggol vas di nakas dekat pintu masuk kamar. Praang. "Sial aku. Mau ditaruh dimana coba mereka pasti tahu aku menguping pembicaraan. " Runtuk Andien Wiguna memukuli kepalanya yang tidak pusing.
"Kau siapa? " Tanya mereka serempak begitu mereka menyeruak masuk ke dalam kamar.
"Saya. Saya tamu undangan dari mempelai wanita. Saya di minta masuk saja sama DIA. Kami tadi berpapasan di depan lift masuk. Katanya hanya sebentar nganter koper lalu balik sini." Terdiam sesaat lalu Andien berkata.
" Dia memberikan kartu kamar makanya kita dapat masuk. " Andien Wiguna menjelaskan dengan memperlihatkan kartu kamar hotel dan undangan.
" Namamu Arin Subagio? " Tanya Wildan yang mengambil kartunya sambil menatap manik matanya. "Andien Wiguna, teman kerja Arin Subagio. " Jawabnya dengan canggung.
"Boleh minta kartu pengenal? Maaf hanya memastikan saja. " Saat lelaki itu mendapatkan isyarat dari bosnya. Dengan linglung wanita cantik itu mengikuti instruksi Wildan.
Wildan memotret KTP tersebut dan mengembalikan lagi lalu sibuk dengan ponsel nya. Sepuluh menit kemudian dia berbisik pada bosnya dan lalu lelaki itu membisikkan sesuatu pada wanita yang berkata sembab. Wajahnya yang sedih kembali cerah dan berjalan ke arah Andien Wiguna.
"Tolong jadilah menantuku. Selamat kan wanita ini dari rasa malu. Ku mohon kabulkan ya? " Ucapannya membuat Andien Wiguna terbelalak karena terkejut.
"Aku lebih baik mati. Dari pada orang mencela aku, tolong kabulkan permintaan seorang ibu ini. " Ucap Sari Wibisono. Wanita cantik ini mampu membuat lawan bicara nya tak berkutik karena dia pandai berdrama.
"Jika ibumu diposisi sulit pasti akan membantu ibumu bukan? Anggap aku ibumu. Bantu aku sekali ini saja, aku janji akan membantu apapun kesulitan mu di masa datang. " Wanita cantik itu bicara dengan tanpa jeda menarik tubuh Andien ke ruang tamu.
"Kau tunggu di ruang utama. Wildan pastikan mereka tak boleh kabur! Dan buat perhitungan yang sesuai. " Perintah nya dengan matanya menatap sengit.
Tak lama muncul seorang perias Mua dan asisten nya bersamaan dengan Wildan membuka pintu ruangan. "Cepatlah dandani dia acara akan di mulai. " Titahnya.
"Aku akan turun dulu Ma. " Pamit sang lelaki berpakaian Muslim berwarna putih. Yang pasti dia tadi yang mendekap Sari Wibisono.
Andien Wiguna masih kebingungan di seret dan di cengkeram lengannya oleh Sari Wibisono tak dapat mengelak terlebih wanita cantik itu memasang wajahnya yang memelas.
" Andien kok kamu di rias pengantin? " Seru Arin di depan pintu kamar. Terkejut saat melihat sahabatnya sudah selesai di make up dan berpakaian kebaya putih.
"Ini salahmu! Kenapa kau mendekam dalam kamar mandi lama sekali! " Teriaknya histeris. Air matanya hampir menetes tapi Sari Wibisono langsung menyapukan tisunya ke ujung matanya agar make up nya tak luntur.
" Ayo.. " Bisik nya sambil menyeret paksa Andien Wiguna ke ruang utama. Tempat akad nikah di langsungkan. Yakni di ruangan kosong bernuansa putih dan hiasan bunga-bunga mawar dan melati putih. Di sana ada sebuah kursi yang di hiasi bunga tersebut dan Andien didudukkan di sana.
Tak lama terdengar suara ijab menyebutkan namanya lantang disertai gemuruh suara balasannya.
"Sah." Bertukar salaman mereka dan berpelukan saling menyalami. Tidak banyak yang ada juru kamera dan fotografer, petugas keamanan, KUA, sepasang suami-istri Wibisono, Darmawan, dan sepasang suami-istri Yang wanita hamil besar dan anak kecil. Dan tiga orang berseragam sama nampaknya merupakan pegawai hotelnya.
"Andien kamu di nikahkan sama siapa? " Bisik Arin bingung karena sahabatnya hanya menangis dalam diam, wajahnya yang cantik tertutup kerudung putihnya.
Lelaki itu berpakaian Muslim putih mendekati Andien dan menyematkan cincin berlian di jarinya. "Terimakasih sudah mau menjadi isteriku. Aku janji ke depannya kau akan kujaga hingga sisa akhir nafasku. " Bisik nya sambil mencium kening Andien Wiguna tanpa membuka kerudung nya.
"Selamat datang adik ipar. Akhirnya aku punya adik perempuan yang dapat menemani aku. " Sebuah pelukan hangat ke tubuh Andien Wiguna yang masih terguncang karena paksaan pernikahan dadakan itu.
Ia belum menjawab iya, ia masih bingung mau menjawab permintaan itu. Namun secepat itu mereka mendandani dia menjadi pengantin dan sekarang mereka memeluk dan mencium pipinya layaknya kerabatnya.
Andien Wiguna wanita yang tak dapat menolak kalimat yang berbau kata ibu. Wanita cantik ini dibesarkan di panti asuhan sejak bayi. Dia dibuang di depan pintu rumah seseorang dan pemilik rumah melaporkan ke pihak kepolisian dan akhirnya dia dititipkan di Panti asuhan Kasih Bunda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments