Andien merangkak ke ranjang badannya sangat letih, bertengkar memang membutuhkan tenaga ekstra. Ia sungguh tak mengira masa lalu menghampiri hidupnya sekarang.
Orang yang dibencinya menjadi adik ipar, orang yang mencelakai sahabatnya berasa si sekitar suaminya. " Sungguh menguras tenaga dan pikiran ", Umpat nya dalam hati.
Pandu habis menunaikan ibadah sholat berganti baju tidur. Celana pendek dan t shirt menatap istrinya yang membolak-balikan badannya.
" Kau capek? Apa kau sakit? " Tanya Pandu sambil masuk dalam selimut mereka. "Pegal-pegal saja. Mungkin kebanyakan jalan di proyek dan memakai high heels jadi seperti ini." Jawab Andien sambil menutup mata.
"Mau ku pijit? " Tawarnya namun Pandu sudah mengawalinya memijat pundak istrinya. Lelaki merambat ke bawah "Aku lepasin ya, sayang. " Pandu menarik baju tidur bertali kecil itu.
Dan Pandu mengutuk perbuatan nya. Kulit putih istri nya terekspos ia baru tahu istri nya tidur tak mengenakan bra. Ia memijit perlahan dengan minyak aroma terapi milik Andien. "Baunya enak sayang. " Bisiknya sambil terus memijit.
Andien menikmati pijatan nya dan juga sentuhan tangannya. Dia bahkan mengeluarkan suara pelan membuat Pandu tambah blingsatan.
Ia memijit kakinya dan kemudian Andien membalikkan badannya. Terekspos dadanya yang menggoda. Pandu pun menyerang langsung. Andien terhenyak sesaat dan bermaksud mengingatkan.
Namun akhirnya dia menikmatinya sang suami yang menyentuh seluruh tubuh nya. Dan akhirnya Pandu menutup seluruh tubuh mereka dengan selimut ia mendekap Andien laksana guling.
Wanita itu hanya pasrah bagaimana pun ia belum menjalankan tugasnya sebagai istri. Dan ia mengerti apa yang dirasakan oleh Pandu. Lelaki itu bahkan berusaha menjadi muslim yang taat dan belajar lagi.
Pagi nya seperti biasa Andien menyiapkan menu sarapan yakni soto bening dengan sate bacem, perkedel kentang, kripik tempe. Teh hangat dan jeruk hangat.
Mertuanya takjub dengan rasa masakan Andien dan Pandu semakin menunjukkan keintiman mereka tentunya Arjuna cemburu. Namun bagaimana lagi dia sudah menjadi kakak iparnya.
Pandu dan Andien baru saja duduk bergabung untuk sarapan bersama. Arjuna melirik kearah kakaknya yang rambutnya terlihat basah dan milik Andien yang juga nampak lembab.
Ia mengerti situasi nya bahwasannya ia tak ada peluang menjadi pemenang atau pun sebagai saudara. Andien membenci dirinya karena sifat yang buruk dimasa lampau.
"Ma pa aku akan pindah apartemen saja." Belum selesai Arjuna bicara sudah disela Pandu.
"Bagus. Daripada kamu melirik yang bukan menjadi milik mu! " Katanya datar. Sari Wibisono memelototi putra keduanya sebagai nada protes.
" Ambil keputusan yang bijak dan pikirkan akibatnya untuk ke depannya. Jangan bertindak gegabah dan menuruti emosi. Nanti kau akan menyesal. " Arifin Wibisono menengahi nya.
Semuanya terdiam dan menikmati makanannya. "Cobalah untuk berdamai dengan keadaan jangan biarkan kejadian lalu menjadi penghalang untuk kehidupan mu di masa depan. " Lanjut lelaki paruh baya itu tanpa melihat sekitar nya asyik dengan sotonya.
Bahkan dia nambah lagi meminta pelayan mengambilkan lagi. Andien sempat melirik nya dan tersenyum geli. "Arjuna sebagai kakak ipar aku bangga padamu. Reputasi dan karier mu sangat hebat sebanding dengan kakak mu. Arjuna yang kubenci adalah senior ku di kampus dulu."
" Karena ulahnya sahabat ku menjadi sakit. Masih dalam keadaan ini dia juga ditindas, sungguh nasib buruk menimpa nya berkali-kali. Menurut mu apa aku hanya harus berdiam saja? " Andien masih menikmati bubur ayam nya.
"Bisakah kau tunjukkan dimana keberadaannya? " Arjuna balik bertanya. Andien menoleh menghentikan pergerakannya menatap Arjuna.
"Dia sudah menjadi Nyonya Thomas Jefferson. Jadi berhati-hati lah dalam tindakan mu. Kehidupan memang lah rumit dan kau tak tahu apa yang akan menimpa mu selanjutnya. " Andien melanjutkan makannya.
Hening sesaat. Tak lama Arjuna undur diri kemudian Andien dan Pandu. Dalam perjalanannya kekantor Andien hanya terdiam saja. Pandu juga tak ingin mengetahui dan ikut campur apa yang dipikirkan istrinya.
Namun kediaman sang istri berdampak buruk pada moodnya. Kekesalannya di timpakan pada pekerjaannya. Anak buahnya banyak dibuat kalang kabut dibuat nya. Lelaki ini mendadak melakukan sidak keseluruhan gedung kantor nya dan hasilnya.
Mencengangkan, beberapa karyawan yang bersantai tidak langsung menangani pekerjaan. "Apa aku membayar mu hanya nongkrong di pantry? "
"Apa perusahaan ini milik nenek mu? Beraninya kalian datang terlambat. "
"Apa ini namanya maksimal? Lalu apa yang dinamakan tidak berusaha? "
Dan masih banyak kalimat pedas yang dilontarkan nya pada karyawan nya. Lekaki ini hanya mencari- cari kesalahan karyawannya saja. Bahkan tanaman hias di Koridor gedung ini juga tak luput dari kritikan nya.
Wildan yang baru masuk kekantor mendapatkan laporan dari asisten nya hanya mengerutkan dahinya. "Ini diluar kebiasaan nya. Pasti kakak ipar yang memperngaruhi moodbooster nya. Keterlaluan! " Umpat dalam hatinya.
Ia pun berkirim pesan pada Andien.
Wildan : Nyonya cobalah datang ke kantor.
Andien : Siapa?
Wildan : Nyonya selamat kami dari amukan Tuan
Andien : ....?
Wildan : Dari pagi setiba dikantor beliau marah
Andien ;....?
Wildan : Nyonya kasihani kami hanya karyawan
Andien : Apa meminta ku membujuk nya?
Wildan : Kami mengandalkan mu.
Tak lupa emot lucu disematkan dibelakangnya. Andien hanya tersenyum. Namun ia tak dapat keluar kantor saat ini karena tak berapa lama lagi ada meeting.
ia pun hanya berkirim fotonya untuk menghibur sang suami. Ia mengunci pintu dan berselfie seksi di kursi nya dengan sedikit membuka beberapa kancing baju.
"Aku milikmu sayang. " Teks itu yang ditulisnya untuk lampiran fotonya. Wanita itu hanya tersenyum kecil. Dia membenarkan letak bajunya dan membuka kunci pintunya.
Dia mengirim kan fotonya ke suaminya. Dia merasa geli akan perbuatan nya sungguh diluar kebiasaannya. " Apakah suamiku seorang bocah yang harus dibujuk dan dimanjakan? " Pikirnya sambil terus mengerjakan pekerjaannya.
Diperusahaan. Pandu sedang memimpin meeting nya. Dia menatap tajam anak buahnya saat mendengar notifikasi pesan singkat.
"Maaf Pak. Itu dari ponsel Anda. " Ucap Wildan hati-hati. Lelaki itu duduk di belakangnya Pandu jadi ia dapat berkirim pesan dengan nya. Pandu melirik nya sepintas. Itu sebuah foto. Garis melengkung menghias diwajahnya seketika.
"Kalian terus kan kerjaan kalian kembali ke tempat masing-masing! " Ia pun berdiri dan berlalu. Nafas lega dari para peserta yang hadir tersirat dari masing-masing. "Akhirnya."
Wildan hanya tersenyum dan mengikuti bos nya kembali ke ruangan nya. Lelaki itu meneruskan pekerjaannya di ruangannya.
Jangan ditanyakan lagi Pandu hanya terduduk di kursi kebesaran nya tanpa melakukan apapun dan hanya melihat ponselnya.
Bahkan lelaki itu memindahkan fotonya ke laptop dan menjadikan wallpaper nya. "Cantik. Aku merindukan kamu cepat pulang kita lewati malam indah berdua saja. Bersama mu waktu berjalan cepat. Sungguh ini tidak adil". Sungut nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments