Andien masih mengenakan bathrob saat keluar dari kamar mandi. Seharian dadanya berdegup kencang. "Apakah dia akan meminta haknya sebagai suami? " Batinnya sambil mengering kan rambutnya nya.
Dia tak melihat suaminya menatap nya di depan pintu masuk kamar mereka. Lelaki itu mengurung kan niatnya masuk dan kembali ke bawah bersama orang tuanya.
"Mama boleh minta tolong ga? " Tanya Pandu sembari duduk. "Boleh apa? " Tanya Sari Wibisono. "Mama masak sendiri ya, untuk malam ini, please? " Sari menatap putranya bingung. "Apa Andien sakit? " Tanyanya bingung. Arifin Wibisono menyikut lengan istrinya sambil mengedipkan mata.
"Apaan sih pa ngganggu aja. " Sari kesal sang suami usil. "Ehemm. Udah masak aja napa ma, atau pesan antar aja. Mama pengen cucu apa tidak? Gitu aja enggak ngerti." Arifin Wibisono berkata sambil membolak-balikan majalah nya.
"Uhuks." Arjuna yang mau duduk sambil minum es limon nya tersedak mendengar tutur kata ayahnya yang vulgar. Sari hanya melirik suaminya kesal.
"Pergilah jangan pedulikan mama. Andien aku bebaskan masak sabtu dan minggu. " Seru Sari sambil bangkit menuju pantry. Pandu bangkit dan berseru cerah. "Makasih mam. "
Pandu bangkit dan berlarian naik ke tangga dengan ceria. " Kau lihat kakakmu berubah sejak ada Andien disisinya. Dia sedikit lebih ceria. " Tunjuk Arifin Wibisono dengan dagunya.
"Kau mau kemana sayang? " Tanya Pandu saat berpapasan di depan pintu masuk kamar mereka. " Masak. Kenapa? " Tanyanya balik. Pandu langsung memeluk dan mendorong nya pelan mengajak masuk. Tak lupa ia mengunci kamar mereka
"Ada apa sih? " Tanyanya bingung. Cup. Cup. Aku boleh kan sayang. " Pintanya dengan tersenyum. Andien hanya tersenyum kecil. Wanita itu mengangguk paham, hampir saja ia terjungkal kaget saat suaminya melompat girang.
Pandu langsung mendekap istrinya dan tak lupa ia melapazkan doa sebelum menyentuh sang istri. Andien hanya tersenyum kecil melihat ulahnya.
Mereka mengawalinya dengan saling menyerang ciuman satu balas satu hingga melakukan penyatuan menuju kenikmatannya. Berkali-kali mereka mengulangi nya.
Mereka bangun pagi dan saling berganti mandi junub dan kemudian berjamaah selesai itu mereka murojah bersama.
Arjuna terkejut saat hendak keluar berpapasan mereka berdua. "Pagi sekali kak. Mau kemana? " Tanyanya. "Menemani nya masak." Jawabnya cuek mengekor istrinya. "Dasar bucin! " Sungut nya.
Arjuna joging seperti biasa setiap kali pagi sebelum berangkat kerja atau liburan. "Kau tak ikut dengan Arjuna? " Tanya Andien sambil memulai aktivitas nya memasak bersama pelayan.
"Enakan nungguin kamu. " Jawabnya sambil menatap istrinya sedang kan para pelayan tertawa kecil melihat majikan nya. Yang menatap memuja ke istrinya.
Sari terkejut melihat anaknya sudah di pantry dan menu sudah masak semuanya. "Mama kesiangan, ya? Emang papa masih ngajak perang, ya? " Goda Pandu bukan menjawab Sari langsung memukul anaknya dengan centong sayur di lengannya.
"Sayang bantu aku. Mama jahat masa dia mukulin aku, sakit. " Rajuk Pandu pada Andien. Andien menatap nya horor suaminya bertingkah seperti anak-anak. Sedangkan Sari dan juga Arifin Wibisono yang baru tiba di pantry karena mendengar kegaduhan melongo dibuat nya
Malu-malu Andien mengajak Pandu duduk ke meja makan dan mengelus lengannya yang tadi di pukul ibunya. "Ya Allah, kenapa anakku jadi seperti itu". Gumamnya menatap keduanya.
" Pagi semuanya. " Arjuna datang dengan rambutnya yang sedikit basah duduk di depan Andien dan Pandu. Suasana jadi canggung Arjuna mengacuhkan nya.
"Wah nasi liwet sambal terasi, ada sayur lalapan dan ikan bakar. Mantap kak makasih. " Seru Arjuna. "Berdoa dulu sebelum makan, itu wujud syukur kita pada sang Pencipta. " Pandu menegur adiknya sambil makan makanan. Andien mengangguk pelan "Dimakan Juna. " Katanya Arjuna hanya tersenyum kecil.
"Jangan tebar pesona pada istri ku. Jaga dirimu. Ingat itu! " Kata Pandu menegur lagi. Iya kak. Aku tahu. " Arjuna jengah, "Mulai deh dasar bucin ! " Umpat nya pelan.
"Aku dengar Arjuna. " Sahut Pandu lagi. Arifin Wibisono hanya menggeleng kan kepala melihat tingkah anak-anak nya sedikit kekanak-kanakan.
Mereka melewati sarapan pagi dengan perbincangan ringan. Baru mereka beranjak Arjuna mendapatkan telepon. " Ya kak? Apa ? Iya akan aku sampaikan pesan nya. Jaga diri. Kami akan ke sana. "
Arjuna menatap semuanya. "Kak wulan melahirkan anaknya perempuan. Selamat ma pa kalian memiliki cucu lagi. " Katanya sambil tersenyum lebar.
"Kita kesana sekarang. Lagi pula tak ada yang dikerjakan. Kan hari libur. " Ucap Pandu. Mereka pun lalu setuju dan pergi bersama menuju ke rumah sakit.
Di sambut Raditya di depan bangsal ibu dan anak. Menuju ruang VVIP tempat ruang inap Wulan memulihkan diri pasca melahirkan.
"Selamat mbak." Ucap Andien memeluk kakak iparnya dan kemudian disusul mama dan yang lainnya.
Andien, Wulan dan Sari duduk di brankar sedang para lelaki duduk di sofa. Wulan si ampit keduanya. "Semoga kau nanti cepat menyusul, ya dan semoga anak pertama laki-laki. " Bisik Wulan.
"Amiin." Jawab Andien tersipu. "Laki atau perempuan yang penting sehat ibu dan anak. " Timpal Sari Wibisono.
"Lihat para wanita kita, nampak akur. Papa senang jika begini mati sekarang juga rela. " Tunjuk Arifin Wibisono pada anak-anak nya.
"Astagfirullah, Papa ngomong apa. Jangan ngelantur ucapan sama aja doa lo. " Pandu sewot menjawabnya.
"Pa, jangan gitu. Nakutin kita semuanya. " Seru Arjuna sengit. "Kita jalani aja Pa. Yang penting jangan lupa berdoa. Agar diberikan kesehatan ya, Pa. " Raditya ikut bicara.
Mereka pun terlibat pembicaraan ringan antara mereka.
Diam-diam Arifin bersyukur dalam hati. Melihat perubahan putra pertama nya yang dingin dan acuh sekarang menjadi religius dan santun. Ramah terhadap semuanya yang ada disekitarnya.
Tinggal putranya Arjuna yang belum mendapatkan pasangan nya. "Semoga putraju mendapatkan jodoh seperti kakak ipar nya." Batinnya sambil tersenyum mendengar obrolan anak-anak nya.
"Jadi Alfa dijaga oma opanya, ya? Semoga ga rewel. " Bisik Sari Wibisono. "Sudah lebih tenang dan dewasa ma. Mungkin dia sudah tahu kalau sudah menjadi kakak. " Jawab Wulan menatap ibunya.
"Biasanya anak-anak ada masa nya. Juga hormon dan moodbooster juga mempengaruhi nya. Semoga dia jadi kakak yang hebat. " Sahut Andien.
"Iya semoga seperti om nya Pandu. Menjadi pemimpin dan kepala rumah tangga yang hebat. " Wulan menimpali.
"Amiin." Ketiganya ngomong serempak dan diikuti tawa mereka. Wulan gemas mencubit Andien dan wanita itu membalas menggelitik kakak iparnya.
"Aw." Jeritan Wulan pelan. "Maaf kak. Aku lupa kakak sedang tidak sehat. " Andien bingung mau bagaimana membantu nya.
Dengan sigab Raditya membantu istrinya dan mengeceknya lagi. "Aman sayang. Jangan bergerak over. " Katanya.
"Maafkan aku kak. Aku kelepasan dalam bercanda. " Andien menundukkan wajahnya takut kakak iparnya terkena masalah karena keteledoran nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments