15. Alexander vs Pandu

Wildan menatap Pandu yang menatap kotak didepannya dengan menahan air liur nya. "Kau tak membaginya dengan ku? " Tanyanya. Pandu hanya mengangguk pelan. "Apa sedikit mencicipi juga tak boleh? " Tanya nya lagi. Dan jawabannya masih sama anggukan pelan.

Wildan menyandarkan punggungnya melirik lagi. "Keterlaluan sedikitpun juga tak kau bagi. Padahal aku sudah mengabdikan diriku ini padamu. " Ujar nya sedikit memasang ekspresi merajuk.

" Ini masakan isteri ku. Mana mungkin ku bagi, Kau beli sendiri saja di kantin atau di luar sana. " Pandu mulai memakannya perlahan dengan sesekali memejamkan mata menikmati nya.

Wildan berdiri dan mengambil berkasnya dan berlalu. "Pantas mood nya buruk rupanya semuanya berhubungan dengan istri. Dasar bucin akut. " Maki nya dalam hati.

Andien memutuskan pulang awal dan ia sudah mengirimkan pesan singkat pada suaminya. Dia merasakan kurang enak badan jadi bermaksud menyelesaikan pekerjaannya di rumah saja.

Di saat yang sama ia melihat Alexander masih di mobilnya saat mengantarkannya tadi siang. Dia hanya menghela nafas hatinya bertambah buruk lagi.

"Apa yang kau lakukan disini? " Tanyanya saat mereka berdekatan. "Aku masih ingin bersamamu? Apakah itu mungkin? " Tanyanya sambil menatap Andien.

"Itu tak mungkin. Aku sudah bersuami. Suka tidak aku hanya menerimanya. Pernikahan bukan hal main-main. Aku akan berusaha semaksimalnya. " Sahut Andien berlalu masuk ke mobilnya.

Dia sengaja membawa sendiri karena hari ini dia harus keliling meninjau ke tempat proyek dan bertemu client. Ia segan jika membawa sopir pribadi.

Alexander mengikutinya dari belakang dan mobilnya Andien menuju ke kediamannya Wibisono. Alexander sudah sering ke sana jadi dia diam saja dan masih mengikutinya.

"Nyonya muda. " Sapa pelayan menyambut Andien di pintu masuk kebetulan wanita itu baru menghantar kan kopi dan camilan ke pos depan.

Karena pekerja laki-laki dilarang masuk kediaman atas perintah tuan Arifin Wibisono. "Tuan muda Ardiansyah. " Sapa nya lagi.

Andien mengacuhkan nya saat mendengar sapaan untuk Alexander. Wanita itu berlalu saja menuju kamarnya. Dan berpapasan dengan Arjuna.

"Alexander dibawah. Temui dia dan mengobrol lah. Tolong katakan pada Mama aku tak dapat memasak, badanku sedikit letih. Maaf. " Katanya sambil lalu.

Arjuna berjalan menemui Alexander yang duduk diruang tamu. "Kenapa kau kemari? " Tanyanya sengit. "Aku merindukan nya apa salah jika datang menemui nya? " Tanyanya santai.

"Jaga bicara mu! Dia kakak iparku. Dimana sopan santun mu! " Hardik Arjuna melotot ke arah Alexander. Lelaki itu hanya tersenyum miring.

"Bagaimana? Rasanya melihat nya setiap hari tanpa dapat memiliki nya? " Sindir nya. Arjuna hanya tersenyum kecut melirik nya.

"Arjuna, kenapa tak bilang Alexander disini? " Seru Sari Wibisono. Alexander berdiri dan menyapanya dengan pelukan. "Apa kabar tante? Masih sama cantiknya. " Puji Alexander. "Mana ada? Mulut mu masih saja manisnya seperti dulu." Sari mencebikkan mulut nya.

Mereka terkekeh kecil. "Mam. Tadi kakak ipar bilang sedang tak enak badan. Mama yang yang masak untuk makan malam dan sarapan besuk. " Arjuna memberitahu kan pada ibunya.

"Baiklah. Mam suruh maid aja yang menyiapkan. Mama tadi sudah mani padi sayang kan? " Ucap Sari manja. Dan Alexander hanya tergelak dan Arjuna menatapnya kesal.

Mereka berbincang ringan, Sari menanyakan kabar dan kegiatannya Alexander karena sudah lama dia tak pernah mampir ke rumah. Tak lama Pandu muncul di abang pintu.

"Kau juga pulang awal? " Tanya Sari. "Iya ma, tadi dia kirim pesan padaku tak enak badan. Aku ke atas dulu melihat nya." Pamit Pandu seusai mengalami ibunya, takzim. Alexander tertegun dibuatnya.

"Kakakku sekarang religius sejak menikah. Dan jika libur dia akan murojah hingga fajar menyingsing dan di sisi nya Andien setia mendengarkan nya." Kata Arjuna sembari menyeruput teh nya. Alexander hanya terdiam mendengarkan saja.

Dikamar Pandu menyalakan lampu kamar yang redup karena sudah hampir magrib namun kamar nya gelap.

"Sayang mandi yuk! Ini sudah hampir magrib, tidak bagus tidur jam segini. " Bisik nya, Pandu duduk di sisi ranjang dan mencondongkan tubuh nya. Sesekali dia mencium pipi dan kepala Andien disela ucapannya.

Andien menggeliat "Hei.. Mas sudah pulang? " Sapa nya setengah mengantuk. "Harusnya kamu mandi baru istirahat. Lihat kamu malas sekali hari ini. " Omel Pandu seraya mencium bibir sepintas.

"Gendong mas. Malas ke kamar mandi. " Pintanya manja. Pandu hanya tergelak dan berdiri mengacak-acak rambutnya.

Ia ke kamar mandi dan mengisi air hangat lalu keluar melepaskan pakaiannya dan meninggalkan boxer. Ia juga melucuti pakaiannya Andien dan menggendong nya ala koala. Sesekali ia mencuri ciuman dan Andien hanya menatapnya sayu.

"Hari ini kamu manja banget mhmm.. Kenapa? Ada yang salah? " Tanyanya saat mereka berendam, Pandu menggosok punggungnya dengan sabun.

"Iya. Alexander mengikuti terus. Aku kesal ingin memaki tapi tak tega, dia baik selalu padaku dari dulu. Banyak hutang budi juga." Gumamnya.

"Sudah. Acuhkan saja selama dibatas kesopanan dan aturan norma. Anggap seperti Arjuna adikmu. " Bisik Pandu. Andien mengangguk dan bersandar di dadanya Pandu.

Seusai rutinitas mandi Andien mengikuti suaminya turun ke bawah sesudah menjalankan jamaah shalat maghrib. Mereka berkumpul untuk makan malam bersama.

"Alexander.. Aku tahu kau sangat dekat dan menjaga istriku. Aku berterimakasih untuk itu." Pandu berkata seraya menatap Alexander, lelaki menghentikan makannya dan menatap Pandu. Apa kau tadi siang ada di resto xxx? " Lanjut nya bertanya.

Pandu mengingat baju dan jas nya sama persis hanya saja dia di potret dari samping jadi tak mengenai raut muka dia.

"Benar. Aku juga tak sengaja bertemu dengan nya. Dan juga mengikutinya dan menunggu di luar kantor nya juga." Jawab nya santai. Raut muka Pandu suram dan menggelap Arjuna melihat gelagatnya yang tak baik.

"Aku harap kau mengerti batasan dan kau seperti Arjuna jadi hormati dia selayaknya kakak ipar mu! " Tegasnya. Alexander hanya menanggapi dengan anggukan kepala.

Sari dan Arifin saling berpandangan juga Arjuna hanya menunduk. Suasana meja menjadi tegang karena Alexander berterus terang akan perasaannya.

Seusai makan malam Alexander pamit pada semuanya. Dan Pandu mengikuti Andien yang pamit istirahat. Wanita itu tidur membelakangi Pandu hatinya lelah merasakan sesaknya bersama dengan orang-orang yang memaksa kehendaknya.

Dahulu ia kira akan dapat menghindari "para pewaris " seperti yang diucapkan Stella. Tapi kenapa nasibnya masih saja terikat dengan mereka. "Aku tak pernah menginginkannya. Aku hanya ingin hidup lebih baik dan aman sejahtera. " Batinnya.

"Aku juga tak mengikuti mode juga tidak ber sosialita. Bahkan ia tak bermain di media sosial. Kenapa nasib ku rumit begini. " Ungkapan hatinya kesal.

"Haruskah aku berpisah dengan nya dan menjaga jarak lagi seperti dahulu? " Batinnya bermonolog. Entahlah kepalanya pusing memikirkan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!