2. Identitas baru

Andien Wiguna wanita yang tak dapat menolak kalimat yang berbau kata ibu. Wanita cantik ini dibesarkan di panti asuhan sejak bayi. Dia dibuang di depan pintu rumah seseorang dan pemilik rumah melaporkan ke pihak kepolisian dan akhirnya dia dititipkan di Panti asuhan Kasih Bunda.

Satu-satunya pengenalnya adalah kalung bernama Wiguna di balik liontin nya. Kalung tersebut ia terima saat ia mendapat tamu bulanan untuk pertama kalinya.

Kata ibu pengasuh sudah sepantasnya aku mengetahui hal tersebut. Karena benda itu adalah miliknya sejak bayi. Awalnya ia terpuruk karena mengetahui bahwa ia sengaja di buang. Namun seiring dengan waktu ia menjadi biasa dan berkarakter acuh dan dingin pada sekitar nya.

Wanita cantik itu hanya peduli pada ibu asuh dan adik-adiknya di Panti. Untuk pergaulan ia selalu membatasi diri dan selalu mendapatkan beasiswa hingga sekarang ia dapat bekerja di kantor. Dan tentu saja masih single.

"Kalian saja yang meneruskan pestanya. Sendiri nanti Wildan akan menguruskan bahwa yang menikah bukan putri kandung mu. Hanya anak asuh saja yang kau santuni di Panti asuhan. " Ucap Pandu Wibisono kepada sepasang suami-istri Darmawan.

Mereka hanya bisa melakukan perintah dari lelaki itu. Dan Keluarga Wibisono pun meninggalkan tempat tersebut. Arin masih mengikuti Andien Wiguna yang di giring keluar dari hotel tersebut.

"Kalian mau bawa kemana temanku? " Tanyanya sambil mengikuti mereka. " Kami membawanya pulang kan dia sudah menjadi menantu keluarga kami. " Sahut Sari Wibisono.

"Ya.. Mana bisa begitu! Dia kan bukan pengantin nya. Yang harus menikah bukannya Arumni Darmawan? Kenapa jadi sahabatku ? " Teriak Arin menjerit sepanjang koridor hotel.

"Enak aja main comot dan ganti saja. " Omelnya tak berhenti. "Dia bukan barang hoi! Ini namanya pelanggaran HAM. Aku laporin ke polisi! " Sungutnya lagi. Bruk.

Wajahnya Arin menghantam punggung Sari yang berhenti mendadak. " Kamu berani lapor! Aku akan hancurkan apa yang jadi milik mu! " Ucap Sari Wibisono mendekat di telinga Arin. Ekspresi nya begitu menyeramkan menatapnya tajam.

Arin mundur beberapa langkah. Dan tergedik ngeri melihat ekspresi wanita cantik itu. "Pulanglah. Teman mu akan baik-baik saja. Kan dia sudah menjadi menantuku. " Ucapnya ceria dan tersenyum bahagia. Arin semakin besar rasa takut nya.

"Andien jaga dirimu. Maaf aku tak dapat menolong mu! " Teriak Arin sekencang nya. Sari Wibisono hanya melenggang meninggalkan Arin sendirian di lorong tersebut.

Andien Wiguna mendengar suara nyaringnya Arin. Wanita cantik itu hanya terdiam dan menangis saja sambil berjalan di iringi Wulan Wibisono, yang menjadi kakak iparnya.

Bumil itu merangkul lengannya Andien membawanya ke parkir basement hotel dan sopir pribadi menunggu di samping pintu mobil Alphard Vellfire.

Mereka masuk semuanya ada dua mobil yang berjajar satu lagi Bentley di belakang alphard.

"Adik kau naik mobil ini bersama suamimu. " Bisik Wulan sambil membukakan pintunya. Wanita cantik itu didorong pelan masuk dan menata kain nya dan kemudian ditutup oleh Wulan bersamaan Pandu mendekati mereka.

Lelaki itu baru saja menerima telepon dan ia langsung berjalan memutar ke mobil Bentley hitam. "Hati-hati mengemudikan. Selamat bersenang-senang. " Seru Wulan dan Sari bersamaan lalu mereka masuk ke dalam alphard.

Ke-dua nya melaju bersama beriringan dan sesudah lampu merah mereka berpisah satu ke kanan satunya ke kiri menuju bandara.

"Kemana? " Tanya Andien bingung saat sudah menyadari dia sudah tak menuju ke pemukiman penduduk.

"Bandara. Kita akan berbulan madu." Jawabnya santai.

"Kau gila. Putar balik! Kita tak mengenal. Anggap aku sudah menolong mu. Sudah antar aku pulang! " Serunya sengit.

"Kita sudah sah suami-istri. Dan sudah di jodoh kan dengan nasib. Jadi terima saja tak usah menangis terus. " Ucapnya sambil memutar kemudi santai memasuki lapangan Udara.

Karena mereka menggunakan pesawat pribadi dan keluar. Berjalan memutar membukakan pintunya untuk Andien. Membantu kebaya putih yang panjang dan menuntun Andien yang masih mengenakan kebaya dan kerudungnya yang menutupi wajahnya.

"Gantilah pakaian di sana kalau gerah." Bisiknya. Dia mendorong dua koper nya dan lalu keluar dari bilik pesawat.

Andien membuka koper tersebut yang satu berisi pakaian pria dan yang satunya perlengkapan wanita dari make up, aksesoris pakaian dan sepatu, juga sendalnya.

Andien memilih mengambil pounds make up dan membersihkan wajahnya. Ini make up mahal nyatanya ia tak luntur terkena air mata. Andien memilih tiduran di ranjangnya alih-alih berganti pakaian. Pinggulnya pegal karena duduk terus. Tak lama ia pun terlelap dalam mimpi.

Saat ia mengerjapkan matanya ia mendapati sudah di kamar bernuansa putih. "Kau sudah bangun? Mandilah kita keluar cari makan malam sambil jalan-jalan. Kau tadi tertidur jadi aku yang menggendong mu. " Suara Pandu mengagetkan Andien.

Wanita itu memalingkan wajahnya saat melihat dia keluar dengan celana pendek dengan bertelanjang dada. "Baik." Andien mengambil koper tersebut dan memilih pakaian nya.

Modelnya terlalu girly dan bukan tipe dia banget. Hanya ini pilihan yang ada.

"Aku tunggu di bawah. " Suara Pandu terdengar lagi dan dijawabnya dengan anggukkan kepala.

Andien membersihkan diri dan keluar dengan berpakaian dress selutut berwarna biru dan rambutnya ia urai aja.

"Kita ada di mana? " Tanya Andien saat mereka berjalan keluar dari villa dan mengendarai skuter matik.

"Pulau Dewata. Sorry tidak ngajak jauh bulan madunya. Karena aku pengen ngetes calon istri aku. " Ucapnya sambil menyalakan motornya.

Mereka ke pasar tradisional yang menyajikan jajanan khas daerah dan makan di pinggir jalan. Andien bahkan tak acuh ekspresi nya masih sama tidak jijik atau merengek seperti anti.

Wanita itu enjoy sekali makan aneka jajan kuliner juga memperhatikan pernak-pernik aksesoris jalanan.

"Kamu suka? " Tanya Pandu saat melihat dia makan kembang kapas. Wanita itu hanya mengangguk pelan berjalan memutar melihat suasana keramaian di sana.

Bahkan ia masih menenteng jajan untuk dibawa pulang. Pandu hanya menatapnya datar tak mengira jika wanita itu biasa saja.

Sesampainya di villa Andien menata jajanan tersebut di meja dan juga ia membeli beberapa lauk untuk esok harinya. Ia melihat dapurnya sudah ada bahan makanan dan beras.

Ia pun menanak nasi dengan rice cooker yang cukup untuk mereka berdua. Ia juga melihat Pandu hanya makan sedikit maka ia berpikir lelaki itu akan makan lagi nanti nya.

"Rupa-rupanya kau sudah menikmati peran mu sebagai istri, iya kan? " Rupanya Pandu memperhatikan setiap pergerakan nya di dapur.

" Aku sudah dipaksa masuk apa boleh buat. Jika kau tak suka lepaskan aku. " Jawabnya ketus tanpa melihat si pemilik suara.

"Aku kan pengusaha mana mungkin mau merugi? Baguslah jika kau mengerti identitas mu Nyonya Wibisono. " Serunya sambil berjalan ke kamar. Tak lama ia kembali dengan dua ponsel nya. Dengan merk sama dan warna yang sama.

" Untuk mu. Nomor dan berkasnya sudah di transfer kau atur sendiri. Dan ini kartu belanja mu. Kode pin tanggal pernikahan kita. " Pandu menyerahkan kartu hitam dan ponsel apel di gigit berwarna putih.

"Phonselmu sudah di buang Wildan. Jangan menatap ku seperti itu! " Tegasnya menatap wajah Andien yang kesal. Wanita itu hanya mengambil barang tersebut dan menjauh ke balkon sisi timur ruang tamu. Dia duduk di sana sendiri dan sibuk dengan ponsel nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!