"Kita kencan yuk. Sekali-kali kita makan diluar. Besuk hari minggu. Terlebih aku belum pernah mengajak mu berbulan madu. Maaf, ya sayang. " Ucap Pandu sambil mencium tangannya Andien.
"Terserah kamu sayang aku ikut saja. " Jawab Andien dengan bersandar di lengannya. Entah kenapa ia suka mencium bau keringat suaminya dan bermanja-manja padanya.
Pandu mengemudi mobil dengan kecepatan sedang. Mereka menuju ke pinggiran kota dan memasuki parkiran hotel. Mereka disambut dengan penerima tamu, room boy dan valet. "Kamar 297, tolong diantar ke sana barang dan kuncinya. " Ucap Pandu.
Mereka berjalan beriringan masuk lobi hotel. "Kau sudah reservasi kamar? " Tanya Andien. Pandu menjawabnya dengan senyuman dan kerlingan matanya.
Andien bermanja dengan merangkul lengan Pandu. Dan ia yang berbadan mungil dan ramping hilang dalam pelukan nya saat masuk dalam lift. Pandu langsung memeluknya erat. Andien dalam dekapan nya hanya diam menghadap ke dadanya.
Dalam perjalanan ke atas lelaki itu sesekali mencium puncak nya Andien. Tak lama masuk kedalam kamar mereka. Begitu pintunya tertutup Pandu langsung menunduk dan mencium bibir Andien. Saling memagut dengan perlahan dan saling menuntut.
Pandu melepaskan jas dan dasinya. Tak lama terdengar bel kamar dan mereka saling membebaskan diri. "Aku mandi dulu." Bisik Andien dan berlalu. Pandu membukakan pintunya.
Tas, kunci mobil sudah diantar berikut makan malam pesanannya. Pandu meminta pegawai hotel mengantarkan begitu dia tiba. Dia lalu menutup dan menguncinya. Kemudian menyusul Andien dikamar mandi.
"Mas." Wanita itu terperangah melihat ulah suaminya. Pandu masih melanjutkan aksinya dan mereka melakukan percintaan nya disana. Seusai itu mereka mandi junub dan menjalani kewajiban shalat magrib berjamaah.
"Kita makan dulu sayang. Sambil nunggu isya sehabis shalat kita lanjut ya? " Bisik nya, walau bicaranya santai namun masih membuat hatinya Andien berdegup.
Wanita itu pasrah saja saat waktu nya tiba, terkukung di bawah tubuh Pandu. Lelaki itu mencium semua jengkal tubuh Andien. Dan masih meninggalkan kiss mark.
Begitu menggebu-gebu lelaki itu bergerak cepat dan sedikit kasar. Andien mencengkram seprai putih itu dan sesekali ke pundak Pandu. Ia bahkan menggigit dadanya. Namun Pandu tak memperlambat gerakannya dan masih dengan gerakannya.
Lelaki itu baru menyadari setelah pelepasannya dia melihat Andien pucat dan lemah. "Sayang kau sakit? " Tanya Pandu cemas. Andien hanya menatapnya dengan tatapan sendu.
Pandu bangkit dan mencium nya sesaat, "Terimakasih sayang. " Andien hanya terdiam matanya terasa berat ia pun tertidur. Pandu membawanya dalam pelukan nya.
Pandu mendekap nya semalaman dan pagi menyapa Andien terjaga karena dibangunkan Pandu. "Ayo, sudah waktunya kita menunaikan shalat. " Ucapnya serak. Sesekali ia melayangkan kecupan bibirnya.
"Mau mandi bareng? " Tawar Pandu. Andien hanya mengangguk saja. Seketika diangkat nya sang istri ke dalam mereka mandi shower air hangat. Sesekali Pandu melayangkan kecupan di tubuh Andien.
Seusai ritual mandi junub dan shalat subuh mereka kembali tidur lagi. Matahari menyeruak masuk lewati celah tirai yang terbuka sedikit. Pandu terbangun dan mengambil jam menunjukkan pukul 10 pagi.
Lelaki itu bangun dan melihat ponsel nya yang di mode silent. Ada beberapa pesan dari Wildan dan ibunya. Ia sudah berpamitan padanya kemarin dan ibunya membalas pesannya saat dia sedang bercinta.
Dan Wildan adalah tentang laporan masa lalu isteri nya. Yang tak beda jauh dari kata Arjuna. Andien wanita supel dan pandai bergaul. Sahabat wanita nya hanya dua dan yang lainnya laki-laki sebagai patner.
Mereka kebanyakan meminta nya membantu dalam tugas-tugas kampus tak lebih. Dan istrinya tak mematok harga namun mereka sangat royal dan setia kawan.
Hanya ada insiden tak terduga yakni di pesta ultah Alexander dan hanya sedikit yang mengetahuinya. Sejak saat itu Andien menjauhi teman-teman nya.
Demikian juga dengan dua sahabat wanitanya. Tak ada keterangan insiden apa atau bagaimana. Yang jelas itu sangat tertutup.
Dia kembali ke peraduan dan mendekap istri nya lagi. Andien pun meringkuk dalam pelukan nya tak terusik pergerakan Pandu.
Tepat tengah hari Andien terbangun mengerjap matanya melihat sekelilingnya. Pandangan nya tertuju ke suaminya yang terlelap. Ia pun bangkit dan mengenakan jubah gaun tidur nya.
Sebuah tangan melingkar di perut nya dan menariknya kebelakang. Hingga membentur dada Pandu. "Jangan coba-coba keluar balkon dengan baju seksi itu." Suaranya Pandu serak khas bangun tidur hinggap ditelinga nya.
Andien hanya terdiam dan memilih kembali ke ranjangnya. Pandu memesan makanan mereka berdua. "Apa kau ingin pulang apa menginap lagi? " Tanya Pandu menyusul duduk di ranjang nya.
Dan mereka duduk bersama di ranjang dalam keheningan. Andien beringsut menggunakan paha suaminya sebagai bantal. Pandu reflek membelai surai hitam yang panjang.
Sesekali ia mengecup istrinya. Andien hanya diam dan memejamkan matanya. Tidak tidur hanya menikmatinya. Pikiran nya berkecamuk mendapatkan paket berisikan fotonya sewaktu kuliah.
Membuat nya tak tenang, karena ia sungguh tak ingin mengingat hal itu. Sebab itu ia tinggal sendiri dan tak memiliki siapa pun. Sekarang ia merasakan hidupnya berwarna bersama Pandu dan keluarga yang hangat.
Ia merasakan kebahagiaan itu dan ia berharap tak akan lepas dari tangan nya. Pandu bangkit menghampiri pesanannya dan mereka makan bersama.
"Sehabis ini kita jalan-jalan lalu pulang saja. Bagaimana? " Andien bersuara. "Baiklah asal kau suka sayang apapun itu aku akan bersama. " Balas nya. Seusai makan mereka keluar dari hotel.
Mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, Andien menyukai suasananya yang mendung tak begitu panas. "Ada pasar tradisional aku ingin mampir, bolehlah? " Tanyanya.
Pandu mengangguk dan memutarnya mencari tempat parkir. Mereka menyusuri pasar tersebut. Andien mencari jajanan tradisional. Mata Andien berbinar melihat abang cilok.
Ia membelinya lalu rujak, jamu jun.. "Es cendol enak. Kau mau? " Tanya Andien menatap suaminya. "Aku belum pernah meminumnya. " Jawabnya datar. Lelaki itu tak menolak saat disuapi Andien. Saat ini wanita itu duduk depan abang Cendol dan Pandu hanya berdiri dan tersisa satu bangku kayu.
"Beririlah! " Andien hanya menurut dan Pandu duduk lalu ia merengkuh nya duduk di pangkuannya.
"Suapi lagi, rasanya manis dan segar. " Bisiknya. Dengan menebalkan muka Andien melakukan nya. Mereka minum di mangkok yang sama bahkan habis tiga mangkuk.
Suasana pasar ramai dan panas tentunya banyak yang melihat atau curi-curi pandang. Bahkan Andien juga melihat ada yang menggunakan ponselnya.
Mereka meninggalkan tempat itu masih berjalan lagi ada kue serabi, dan lopis dan gethuk. Pandu menyukai nya. Mereka jongkok di pojok makan nasi pecel nganjuk dalam pincuk. Setelah itu Andien mengajaknya pulang karena sudah kenyang dan puas berkeliling.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments