Mereka duduk menikmati keindahan sore hari, Andien Wiguna hanya menjadi pendengar setia. Wanita itu tak mau berbagi cerita lebih banyak karena masih ragu akan ketulusannya Pandu Wibisono.
Makan malam di lewati bersama dengan keheningan. Pandu memutar lagu-lagu romantis diantaranya milik maroon. Seusai melakukan shalat jamaah.
"Kemarilah duduk bersama. " Ajaknya. Andien mendekat duduk disisinya. Sejenak ragu menyelimuti hatinya namun Pandu Wibisono hanya memberikan headset ditelinga nya.
Andien Wiguna menikmatinya lagu yang diputar lewat headset yang disematkan ditelinga nya. Pandu Wibisono asyik dengan macbook nya. Mereka duduk bersama di ranjangnya.
Tak lama dia terkulai bersandar di pundaknya Pandu. Lelaki itu hanya tersenyum bahagia, ia menemukan satu lagi cara membuat istrinya bahagia dan rileks. Ia meletakkan macbook di nakas lalu ia menata istrinya dalam posisi yang nyaman dan menyelimuti tubuhnya.
Dua malam ia tersiksa karena melihat lekukan tubuhnya yang seksi. Baju tidur tipis pilihan ibu dan kakaknya ia akui sangat menggodanya. Ia pun pergi ke kamar mandi.
Jujur ia tergoda pada wanita ini selama ini ia tak pernah bersinggungan ataupun sekedar berjabat tangannya saja ia segan. " Andien kau membuatku semakin gila." Batinnya. Ia tak berani berteriak karena takutnya terdengar oleh wanita itu.
Sesudahnya ia mandi air dingin ia masuk dan merengkuh Andien Wiguna dalam dekapan nya. Tidur menyusulnya di alam mimpi.
Paginya sehabis shalat jamaah. "Maukah kau menemani aku berolahraga sebentar baru berkemas? " Tanya Pandu saat istrinya melipat mukena nya. Wanita itu hanya mengangguk dan tersenyum.
Pandu memberi headset dan dihubungkan ke HP miliknya. "Putar lagu favorit mu! Dan naiklah di punggung ku. Duduk yang santai ingat rileks. " Bisiknya. Andien hanya mengangguk.
Lelaki itu push up dengan Andien duduk di punggungnya. Wanita itu hanya terkekeh kecil karena bergerak hampir jatuh. Karena ia harus menjaga keseimbangan di atas punggungnya.
Pada hitungan ke tiga puluh Pandu menyudahi dan berganti posisi sit up. Lelaki itu meminta Andien memegangi kakinya. Dan Wanita itu duduk di kakinya Pandu, pada saat Pandu mengangkat badannya wajah mereka bertemu hanya tipis berhadapan. Blush. Wajah merona terpancar diwajahnya.
Pandu menikmatinya ia sengaja memperlambat gerakannya berbeda saat push up tadi dia sengaja bergerak cepat. Pada hitungannya ke sepuluh Andien Wiguna berdiri dan berjalan keluar kamar.
"Hei. Aku baru sebentar seharusnya tiga puluh hitungan. Kau janji membantu kan? " Pandu memprotes wanita itu dengan mengikuti nya berjalan ke mana pun ia bergerak. Dan Pandu berhasil menarik lengannya saat mereka di luar villa.
Di jalanan dekat pantai Matahari menyeruak dilangit yang cerah. Badan Andien membentur di dadanya yang bidang. Pandu memeluknya, " Diamlah kau tahu kan? " Bisiknya. Andin merasakan benda mengeras di tubuhnya.
"Dia seperti ini sejak awal kita tiba. Aku kesulitan menenangkan nya. " Lanjutnya dan tanpa aba-aba ia mencium bibinya. Awalnya hanya kecupan sepintas dan Pandu mengulangi lagi dan lagi. Hingga akhirnya ia melepaskan diri karena Andien kehabisan udara.
"Kita masuk dan berkemas? " Bisiknya Andien hanya mengangguk pelan. Tangannya di genggam oleh Pandu. Mereka beriringan masuk ke dalam villa.
Mereka berkemas dan sarapan bersama lalu keluar dari villa saat jemputan mobilnya datang. "Aku belum memberitahu orang dirumah. Kau belum memberitahu kau tinggal dimana sebelum menikah? " Tanya Pandu saat mereka berjalan menuju mobil jemputan saat tiba di jakarta.
"Aku tinggal di apartemen kecil, aku menyewa dan tempat nya terpencil. " Bisik Andien. Wanita itu hanya menundukkan wajahnya. "Kita ke sana dan menginap disana. Besuk baru ke rumah. " Pandu mengambil alih kemudi dan menyuruh driver pulang sendiri.
Mereka menuju ke apartemen yang disewa Andien. Apartemen kecil berkamar dua dan pantry dan ruang tamu kecil. Pandu melihat tata letak ruang dan dekorasi minimalis dan ada pernak-pernik menggemaskan menunjukkan sang pemilik yang aktif dan gesit.
Kamar satu dibuat untuk ruang kerja dan yang satu nya untuk beristirahat. "Ranjang nya sempit. Aku tak yakin kau nyaman tidur tidak nantinya. " Gumam Andien di belakang Pandu saat melihat isi ruangan.
Pandu bergerak masuk ke kamar dan mencoba tiduran di atas nya. Ranjangnya memang kecil hanya muat untuk nya sendiri. "Aku akan tidur di ruang kerja, aku punya kasur lipat. Biasanya Naya menginap jika ada proyek. "
"Aku sudah pesan makanan. Langganan aku jika aku sedang malas masak. Enak walaupun bukan dari resto atau restoran mahal. " Andien mencoba untuk mengalihkan perhatian.
"Baiklah. Terserah kamu asal kamu nyaman saja. " Jawab Pandu dan mereka terdiam sejenak, Andien bergerak ke ruang kerja melihat desain dan menyalakan laptopnya. Ia mengecek surel dan chat dengan Naya kalau sudah pulang.
"Serius kau sudah pulang? Jadi besuk kau dapat bertemu dengan Pak Bayu dari Bintang Laut. Mereka ingin bertemu dengan mu langsung. Desain mu menang tender."
" Aku mempresentasikan saja sesuai intruksi mu. Benar-benar di luar dugaan kita menang tender. Ini pertama kalinya kita kerjasama dengan perusahaan Besar. "
" Kau memang tropi keberuntungan aku. Sejak kau bergabung dengan perusahaan aku kita selalu menang tender. Walau kecil-kecil. " Suara Naya cempreng terdengar keras.
Andien sengaja menggunakan mode loudspeaker sehingga Pandu mendengar pembicaraan mereka di depan pintu kamar. Andien melihatnya namun mengacuhkan ia hanya tersenyum pada suaminya agar tak merasakan di acuhkan karena ia mulai bekerja begitu sampai di rumah.
Terdengar suara bel pintu "Aku saja kalian teruskan saja mengobrol. " Seru Pandu. Lelaki itu membuka pintu ternyata dari pesanan makanannya sudah sampai. Ia pun membayar dan menata nya di meja.
"Kita makan dulu baru kau kerja. " Ajaknya masuk di pintu kamar Andien hanya mengangguk pelan. Ia sudah menyudahi obrolan kecil dengan Naya. Mereka makan bersama.
Makan siang mereka lalui dengan hening. Andien memesan desert dan makan siang juga kudapan. "Di kulkas hanya ada buah, puding dan jajanan beku. " Ucap Andien malu.
"Kau sering berhemat ya? " Tebak Pandu. Andien hanya menundukkan wajahnya sambil makan. Pandu Wibisono hanya mengangguk paham dan tersenyum.
Pilihannya tidak salah wanita ini sangat unik dan menggemaskan. Satu lagi ia menemukan nilai positif istrinya. "Sangat menyenangkan bersama dengan nya", batin Pandu dalam hati.
Pandu asik dengan macbook di kasur sedangkan Andien dikamar sebelah menggambar wanita itu sudah larut dalam pekerjaan nya yang sudah ia tinggalkan selama dua hari. Ia keluar sejenak ke pantry mengambil air. Ia sempatkan menengok keberadaan sang suami.
Lelaki itu sudah terlelap dengan macbook nya di dadanya. Ia pun menyelimuti nya dan mengambil macbook dan menaruh di nakas. Ia lalu mematikan lampu dan keluar diam-diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments