Zionel dan Stevani akhirnya keluar dari kamar mereka, keduanya langsung turun setelah membersihkan diri mereka dan ikut bergabung di ruang makan.
Zaline menatap keduanya secara bergantian lalu menyeringai.
"Wah... kalian terlihat seperti mainan mobil-mobilan Zeze yang baru dibelikan baterai baru." goda Zaline membuat ibunya langsung menendang kakinya.
"Tutup mulutmu Zaline." perintah Zionel.
Stevani berdeham lalu duduk disana. "Aku sudah lapar, ayo kita mulai makan malamnya."
"Benar... ayo makan..." sahut Nicholas.
Stevani menatap Zaline dengan tajam membuat gadis itu menahan senyumnya. Mereka pun mulai menikmati makan malam mereka. 20 menit telah berlalu, mereka mulai menghentikan makannya dan mulai berbicara.
"Kau sudah siap besok?" tanya Nicholas pada Zaline.
Zaline menghela nafas panjang. "Mau tidak mau harus siap dad."
"Hanya perkenalan perusahaan dan pekerjaan saja, jangan menjadi beban. Setidaknya kau harus belajar terlebih dahulu. Apa Roxy juga sudah siap berangkat?"
Zaline menganggukkan kepalanya. "Aku akan berangkat dengannya besok dad."
"Kenapa harus dengan Roxy? Kau bisa berangkat dengan daddy dari rumah."
"Aku lebih nyaman dengannya."
"Biarkan saja dad. Kita berangkat saja dan menunggu mereka di perusahaan." sahut Zionel.
"Tidak ada sambutan istimewa kan? Aku berharap tidak ada, please jangan seperti drama drama di televisi yang menyambut atasan mereka seperti menyambut presiden." pinta Zaline.
Mereka semua tertawa.
"Kau lupa sayang, jabatanmu nanti adalah seorang presiden perusahaan." ucap Falera.
"Tidak... aku ingin datang kesana tanpa sambutan. Ayolah dad, bang... jika sampai seperti itu aku akan lari."
"Kenapa kau sangat keberatan Zaline. Bahkan daddy dan aku pun saat datang ke perusahaan pasti disambut seperti itu, itu memang sudah kebiasaan perusahaan." kata Zionel.
"Aku ingin mengubah kebiasaan perusahaan."
"Apa kau tahu, perusahaan sudah menyiapkan karpet merah untukmu besok." goda Nicholas.
"Oh ya ampun... tidak... aku bisa gila." jawab Zaline membuat mereka tertawa lagi.
"Kenapa ante tidak mau? Aku bahkan penasaran seperti apa saat ante disambut mereka besok." ucap Zeze.
"Diamlah... jangan ikut-ikutan Ze."
"Kau adalah calon penerus perusahaan Zaline, bagaimana bisa mereka tidak menyambut kedatanganmu. Kau hanya cukup berjalan di tengah tengah mereka sambil mengangguk dan tersenyum anggun." ujar Stevani.
Seketika Zaline bergidik, ia tidak bisa membayangkan dirinya menjadi sosok yang sok berkuasa karena memiliki saham paling besar di perusahaan. Ia ingin menjadi pemimpin yang berwibawa namun tetap santai dan berbaur dengan para staf perusahaan tanpa membedakan jabatannya seperti apa.
Semua itu ia lakukan karena mengingat seperti apa saat ia hidup sulit dengan Stevani. Ia tidak ingin menjadi orang yang tinggi hati dan melupakan bagaimana ia hidup sebelumnya.
"Zaline..." panggil Nicholas membuyarkan lamunannya.
"Iya dad."
"Daddy akan mengikuti keinginanmu asal kau bisa nyaman. Tapi saat acara serah terima jabatan nanti, kau tidak bisa menghindari acara besar itu. Kau harus siap berdiri diatas panggung dan memperkenalkan dirimu sendiri pada kolega bisnis yang lain dan para staf perusahaan, lalu menikmati pestanya sampai selesai."
"Tapi setidaknya biarkan aku dan Roxy datang ke perusahaan seperti staf biasa." jawab Zaline.
Nicholas menatap Zionel minta pendapat, Zionel menganggukkan kepalanya menyetujui permintaan adiknya.
"Baiklah, kau datanglah setengah jam setelah daddy dan abangmu sampai perusahaan. Setelah para staf kembali bekerja seperti biasa, kau dan Roxy masuklah ke perusahaan. Tapi daddy tidak yakin mereka akan biasa saja setelah tahu siapa kau sebenarnya."
"Isssss... mengapa kalian tidak merahasiakannya?"
Nicholas terkekeh geli. "Tanya abangmu, setelah waktu itu kau muncul untuk menghentikan Gilbran, apakah tidak ada yang mengenalimu sebagai Presdir selanjutnya."
Zionel ikut terkekeh. "Lihatlah wajahmu sekarang nona. Apa ada yang berubah seperti saat kau masih kecil?"
"Tentu saja ada, aku semakin cantik." jawab Zaline percaya diri.
"Menyebalkan sekali mendengar wanita yang menyebut dirinya sendiri cantik." ejek Zeze.
Zaline menggertakkan giginya sambil menatap tajam ponakannya.
"Mama..." ucap Zeze minta pertolongan.
Stevani menatap adiknya. "Jangan mengganggu putraku nona."
Mendapat pembelaan seperti itu, sontak Zeze menjulurkan lidahnya untuk mengejek Zaline.
"Heh... tunggu saja Ze." ancam Zaline.
"Berhentilah bersikap kekanak-kanakan, kau akan menjadi seorang pemimpin." kata Falera.
"Jangan terus mengingatkan mom." ucap Zaline kesal.
"Kau harus siap menghadapi karyawan perusahaan yang akan membungkukkan tubuhnya saat melihatmu Zaline." ujar Nicholas.
"Astaga kak Vani bantu aku. Bukankah kakak selalu mengajarkanku untuk memperlakukan siapapun sama. Tanpa membedakan status, suku, agama, harkat dan martabat mereka. Aku hanya ingin menjadi Zaline yang seperti itu."
Seketika Stevani terkejut, ia menatap adiknya dan matanya mulai berkaca-kaca. Setelah bertahun-tahun lamanya mereka hidup lebih baik, Zaline masih mengingat setiap ucapannya dulu. Air mata Stevani pun merebak, ia kembali merindukan bu Yoyoh yang selalu menjaga mereka.
Mereka semua terkejut melihat Stevani menangis.
"Sayang... kau baik baik saja?" tanya Zionel sambil menyentuh pundaknya.
"Kak... apa ucapanku menyakiti kakak?" tanya Zaline.
"Mama kenapa menangis? Zeze tidak suka melihat mama menangis."
"Vani... kau baik baik saja?" tanya Falera.
Semuanya pertanyaan itu tertuju pada Stevani. Stevani segera menghapus air matanya seraya menganggukkan kepalanya.
"Maaf... aku..."
Namun ia justru tak bisa menahan air matanya, Stevani terisak membuat Zionel langsung memeluknya.
"Kak..." ucap Zaline beranjak dari tempat duduknya mendekati Stevani.
Sedangkan yang lain hanya kebingungan melihatnya.
"Kau ingat masa lalumu setelah mendengar ucapan Zaline?" tanya Zionel membuat Stevani menganggukkan kepalanya. "Ya Tuhan sayang, semua sudah berlalu sekarang. Kita semua sudah hidup dengan bahagia." imbuh Zionel.
"Aku tahu... aku tahu..." jawab Stevani sambil terisak.
"Ini salah Zaline, maaf kak." ucap Zaline.
Stevani melepaskan pelukan suaminya, ia memegang tangan Zaline sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku terlalu bahagia mendengar ucapanmu sayang. Kau tidak pernah melupakan semua ucapanku, kau mengingatnya dengan baik. Aku hanya terkejut, karena kau sudah menjalani hidup dengan baik saat ini tapi kau masih mengingat semua ajaranku. Memiliki adik sepertimu adalah anugerah terbesar untukku. Aku sangat bahagia..."
"Kakak..." ucap Zaline lalu memeluk Stevani.
Keduanya akhirnya melepaskan tangisan mereka, Falera pun tidak bisa menahan air matanya. Nicholas hanya bisa menggenggam tangan istrinya untuk menenangkannya.
Saat kesedihan itu terasa di ruangan makan itu, tiba tiba hilang seketika saat Zeze histeris.
"Huaaaaaaaa...!!!" teriak Zeze sambil menangis dengan keras.
Semuanya menatapnya.
"Zeze... ada apa sayang?" tanya Stevani.
"Huaaaaaaaa... kalian semua kenapa menangis? Zeze tidak mengerti... huaaaaaaaa..."
Sontak tangisan mereka berubah menjadi suara tawa yang keras. Sampai saat ini memang mereka belum pernah menceritakan masa lalu Zaline dan Stevani. Mereka melakukan itu karena Zeze belum cukup umur untuk mengetahui semuanya dan bisa mengerti.
"Oh... cup cup cup... maaf sayang..." ucap Zaline sambil mengejek Zeze.
"Hentikan Zaline." pinta Stevani. "Kemarilah Ze..." imbuhnya sambil merentangkan kedua tangannya.
Seketika Zeze memeluk ibunya dan menghentikan tangisannya.
"Isssss memalukan, bagaimana bisa seorang anak laki laki menangis." ejek Zionel.
"Papa..." rengek Zeze.
"Ssstttt... sudah sudah..." ucap Stevani sambil mengusap punggung putranya.
"Aku ambil ponsel ah, aku ingin merekamnya lalu akan aku berikan pada gadis yang ada di sekolahnya. Siapa itu namanya... em... Cristine atau Cristina?" ejek Zaline sambil melangkahkan kakinya seolah-olah ingin mengambil ponselnya.
"Ante...!!!" teriak Zeze sambil melepaskan pelukannya.
Zaline menjulurkan lidahnya sambil berlari, seketika Zeze pun ikut mengejarnya membuat semuanya menggelengkan kepala mereka. Sedangkan Zionel kembali menggenggam tangan Stevani. Wanita itu menatap suaminya dengan lembut.
"Aku sangat tidak menyukai air matamu sayang. Berhentilah mengingat kesedihan masa lalumu. Kau memang wanita hebat yang mengajarkan banyak kebaikan untuk Zaline. Itu kebahagiaan bukan kesedihan. Dan aku sangat beruntung memilikimu." ucap Zionel.
Stevani menganggukkan kepalanya, ia menatap kedua mertuanya sambil mengulas senyumnya.
*****
Happy Reading All...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
like dan mumpung masih bisa komen
2022-11-18
1
Andariya 💖
zelin..dan Stevani ini emang baik banget 🥰
2022-10-27
2
Ami iyink
zaline iseng banget ya sama ponakan nya 😂
2022-07-20
3