Zaline keluar dari kamarnya, wanita itu sudah mengganti pakaiannya. Kulitnya yang putih semakin bercahaya saat ia mengenakan kemeja berwarna senada dengan kulitnya, rambutnya terikat dengan rapi membuatnya semakin terlihat sangat cantik. Ia menghampiri keluarga besarnya yang sudah menunggunya di ruang makan.
"Maaf aku terlambat turun." ujar Zaline.
Roxy yang sedang bercanda dengan Zeze seketika melihat ke arah datangnya suara. Matanya terbelalak saat melihat Zaline yang sangat cantik.
"Ya Tuhan... Mengapa kau cantik sekali Lin? Bagaimana aku bisa menahan diri saat bersamamu? Menjadi asistenmu adalah cobaan terberat untukku nanti. Kulit lehermu yang terlihat bisa mengundang pria hidung belang." pikir Roxy.
Roxy beranjak dari tempat duduknya, ia menghampiri Zaline lalu seketika menarik ikat rambut wanita itu hingga rambut Zaline terurai berantakan.
"Xy... apa yang kau lakukan?" teriak Zaline.
"Kau terlihat sangat jelek saat mengikat rambutmu, jadi jangan pernah melakukannya. Dan warna putih tidak cocok untukmu." jawab Roxy.
"Menyebalkan... Apakah aku benar benar jelek?" tanya Zaline pada yang lain.
Seketika mereka semua menggelengkan kepalanya.
"Kakak pikir kau sangat cantik malam ini." sahut Stevani.
"Lihatlah dan dengarkan... mereka saja tak bilang aku jelek." imbuh Zaline kesal.
"Mereka hanya membuatmu senang saja." celetuk Roxy.
"Ck... kembalikan ikat rambutku Xy."
"Tidak... aku bilang jelek ya jelek."
"Isssss..." ucap Zaline sambil menghentakkan kakinya ke lantai.
"Sudah sudah... berhentilah bercanda, kami semua sudah kelaparan." ujar Falera.
Zaline mengerucutkan bibirnya, ia melangkahkan kakinya dengan kesal seraya duduk di kursi meja makan.
"Kalian bukan anak kecil lagi, tapi sikap kalian melebihi Zeze. Sangat kekanakan." ejek Zionel.
"Bukan aku tapi Xy yang memulainya." jawab Zaline.
"Ciiiih... begitu saja wajahmu langsung muram." ejek Roxy.
"Kau yang keterlaluan Roxy. Zaline baru saja kembali tapi kau sudah mulai mengusilinya. Jika sikap kalian seperti ini, bagaimana kalian bisa memegang perusahaan Cruise?" ucap Andreaz.
"Aku hanya bercanda saja. Nih..." kata Roxy seraya mengembalikan ikat rambut Zaline.
Zaline menjulurkan lidahnya lalu mengambil ikat rambutnya. Wanita itu seketika mengikat rambutnya lagi seperti semula. Mereka semua mulai makan malam bersama. Karena Zaline baru saja pulang, mereka mengesampingkan kesopanan saat makan. Mereka terus bertanya, bercanda dan berbicara sambil menikmati makan malam mereka.
*****
Pesawat yang ditumpangi oleh Alvaro dan Leo akhirnya mendarat dengan selamat di bandara Narita Jepang. Keduanya turun dari pesawat dan langsung naik mobil yang menjemput mereka untuk ke hotel. Jarak dari bandara ke hotel tujuan mereka cukup jauh sekitar 1 jam.
Alvaro membuka laptopnya lagi dan berkali-kali terdengar helaan nafas yang panjang darinya.
"Jika anda lelah, anda bisa beristirahat pak Al. Sejak di dalam pesawat, anda tidak berhenti menatap layar laptop." ujar Leo.
"Aku tidak lelah." jawab Alvaro datar.
Leo menghela nafasnya. "Sepertinya pak Hiroki sudah sampai di hotel. Apakah kita langsung menemuinya atau anda ingin makan makan malam terlebih dahulu karena ini sudah pukul 9 malam pak."
Alvaro menutup laptopnya. "Kapan aku mendahulukan makan Le? Jika kau yang sudah lapar, kau boleh ke restoran. Aku akan langsung menemuinya di hotel. Setidaknya jam 10 malam kita baru sampai disana. Apakah seorang pembisnis mau mendengarkan presentasi kita di tengah malam? Berpikirlah yang cerdas."
Leo terdiam namun dalam hatinya selalu memaki atasannya yang menyebalkan. Ia menjadi serba salah jika menghadapi Alvaro. Mereka pun akhirnya tak berbicara lagi sampai akhirnya keduanya memasuki hotel yang dituju.
Keduanya segera masuk ke dalam hotel. Leo langsung melakukan check in, sedangkan Alvaro terus mencari keberadaan Hiroki sambil melihat jam tangannya.
"Seharusnya pak Hiroki masih ada di restoran hotel saat ini." ujar Leo.
Tanpa menjawab ucapan asistennya, Alvaro langsung melangkahkan kakinya menuju restoran. Leo hanya bisa mengikuti pria itu yang berjalan dengan cepat. Sesampainya di dalam restoran, Alvaro kembali mencari kesana kemari.
"Sepertinya meja kedua dekat jendela pak." bisik Leo.
Alvaro menatap ke arah yang dimaksud, ia langsung melangkahkan kakinya menuju kesana.
"Oyasuminasai." sapa Alvaro.
"Oyasumi." jawab Hiroki.
"Hiroki san desu ka?"
"Hai, anatahadare?"
"Watashi wa Yugosa Alvaro desu, PT. Jaya koji kaisha Indonesia."
"Oh... hai. O suwari kudasai."
"Arigato gozaimashita." jawab Alvaro seraya duduk di depan pria Jepang itu.
Karena Leo tidak bisa berbahasa Jepang, jadi Alvaro lah yang menjelaskan maksud kedatangannya. Setelah Hiroki mendengarkan ucapannya, pria itu pun langsung mengizinkan Alvaro untuk melakukan presentasi dan penawaran kontruksi yang mereka ajukan.
Cukup lama mereka berbicara dan bernegosiasi, namun pada akhirnya jawaban Hiroki mengecewakan bagi Alvaro.
"Sialan..." umpat Alvaro setelah Hiroki meninggalkan mereka.
"Apa yang ia katakan bos?" tanya Leo.
"Seharusnya kau belajar setidaknya 7 bahasa Le, jadi kau tak perlu bertanya lagi padaku." celetuk Alvaro.
"Setidaknya aku menguasai bahasa Inggris." jawab Leo.
"Ciiiih... pria itu tiba-tiba berubah pikiran, ia bilang akan memberikan jawaban setelah seminggu. Apakah ada perusahaan lain yang menawarkan kontruksi lebih baik dari kita?"
Leo duduk di depan Alvaro. "Hanya satu perusahaan yang memungkinkan menjadi pesaing kita."
Alvaro menatap Leo. "Cruise?"
Leo pun menganggukkan kepalanya. Alvaro kembali mengumpat.
"Kali ini kita tidak boleh kalah dari perusahaan Cruise. Cari tahu soal ini Le, bagaimanapun kita harus mendapatkan proyek besar ini."
"Baik pak, aku akan melakukan yang terbaik untuk mendapatkan informasi secepatnya."
"Berikan kunci kamarnya. Aku lelah." pinta Alvaro.
"Tapi anda belum makan sama sekali pak Al."
"Kau saja yang makan, aku tidak berselera." jawab Alvaro seraya beranjak dari tempat duduknya sambil menyodorkan tangannya pada Leo.
Leo terpaksa memberikan kartu kamarnya pada Alvaro. Pria itu langsung beranjak dari restoran meninggalkan Leo begitu saja.
"Jika anda bekerja seperti ini terus, bisa bisa usia anda tidak mencapai 30 tahun pak Al." gumam Leo.
Leo segera mengambil ponselnya lalu mengirim pesan pada Benny Chandra. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk meminta bantuan jika ia sendiri sulit mengatasi atasannya.
*****
Baru saja Alvaro sampai di kamarnya, ponselnya berdering. Ia mengumpat saat melihat Benny menghubunginya. Namun dengan terpaksa ia mengangkat telepon tersebut.
"Aku tahu kau mau mengomel Ben, sepertinya aku harus memecat Leo." ucap Alvaro saat baru mengangkat teleponnya.
Terdengar suara tawa Benny. "Asistenmu itu baik, ia hanya mengkhawatirkan atasannya. Walaupun pekerjaan tidak berjalan dengan baik, bukankah kau harus tetap makan Al."
"Aku masih jetlag, jika aku makan mungkin akan memuntahkannya lagi."
"Sejak kapan kau mabuk perjalanan Al. Jangan mencari alasan, pesanlah makanan sekarang. Kau harus makan sebelum tidur. Masalah Hiroki, aku akan mencaritahu juga. Jadi kau tak perlu terlalu khawatir soal proyek ini."
"Tak bisakah kau biarkan aku tenang saat ini, apa makanan bisa menenangkan pikiranku. Ayolah Ben, jangan seperti orang tua yang sedang mengomeli anaknya."
"Ck... menyebalkan sekali. Ini demi kebaikanmu, jika ingin menjadi perusahaan nomor satu menggantikan perusahaan Cruise, bukankah kau harus berumur panjang."
Seketika Alvaro mengumpat. "Kau menyumpahiku Ben. Kaulah yang menyebalkan."
"Aku tidak bermaksud seperti itu, tapi sejak perusahaan Jaya kita bangun. Kau semakin tidak bisa menjaga diri Al. Kau melupakan waktu istirahat dan tak pernah makan dengan teratur. Bukankah kau sedang mengumpulkan penyakit yang suatu saat siap meledak."
"Brengsek... kau malah semakin menakutiku. Bagaimana dengan pekerjaanmu disana?"
"Aku akan menceritakannya saat kau sampai disini. Tapi jika kau tetap tidak mau makan, aku akan menyuruh Leo membatalkan penerbangan kalian besok."
"Bukankah aku memang harus membatalkannya? Aku masih harus bicara dengan Hiroki."
"Tidak bisa... Jika kau mendesak Hiroki saat ini, maka aku jamin proyek ini akan gagal total."
"Jika ini bersangkutan dengan perusahaan Cruise lagi, aku tidak ingin kalah lagi Ben."
"Untuk itu kita harus tenang sambil mencari tahu. Kita harus melakukan langkah yang berbeda seperti sebelumnya Al."
"Maksudku mundur sebelum maju?"
"Nah itu, rencana B yang selalu kita bicarakan. Baiklah, aku harus mandi sekarang. Aku akan menghubungi Leo untuk mencari tahu apakah atasannya makan atau tidak."
"Sialan..." umpat Alvaro seraya menutup teleponnya.
Alvaro melihat jam tangannya, hampir tengah malam dan ia justru harus makan. Tapi jika tidak makan, maka ia akan menerima omelan dari sahabatnya lagi. Alvaro menghela nafasnya seraya menghubungi room service untuk membawakan makan malamnya.
*****
Happy Reading All...
Zaline Mengikat Rambutnya👇🏻👇🏻👇🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
astaga zaline kamu tuh ya cantik nya kek aku🤭
2023-07-13
1
⚜️Tania Sanjaya
waahhh mbak zeline cantik banget yaa, mas Al jangan terlalu arogan gitu nanti pas ketemu malah salting hayo
2023-06-09
1
indah-yt27🍒
q mampir thor 🥰
2023-01-16
2