Keluarga besar Cruise berkumpul di ruang santai setelah mereka selesai makan malam kecuali Zeze yang sudah masuk ke kamar untuk tidur. Kali ini Nicholas ingin berbicara serius dengan mereka. Tentu saja Zionel sudah bisa menebak apa yang ingin dikatakan ayahnya sekarang.
"Karena kalian sudah berkumpul semua, sudah saatnya aku berbicara. Tentu saja ini soal perusahaan Cruise." ucap Nicholas sambil menatap putrinya. "Zaline sudah kembali, ia menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Usianya sudah cukup untuk mengambil alih perusahaan. Aku bermaksud untuk pensiun lebih awal karena kesehatanku ini." imbuhnya.
"Tak bisakah daddy memberiku waktu setidaknya satu tahun lagi untuk bersantai?" tanya Zaline.
"Tujuh tahun bersantai sambil kuliah apakah masih belum cukup sayang? Kau memang pewaris perusahaan kakek. Isi wasiat kakek pun harus menyerahkan perusahaan padamu saat usiamu 25 tahun. Dan kau tidak sendirian mengurus perusahaan, masih ada abangmu dan aku dengar, Roxy pun kali ini setuju untuk membantu perusahaan." jawab Falera.
"Aku hanya merasa terlalu cepat."
"Abang selalu ada Zaline." sahut Zionel.
"Om rasa ini sudah benar, perusahaan memang sudah waktunya diserahkan pada yang lebih muda." kata Ramirez.
"Dan aku menjadi lebih tenang jika ingin pensiun juga, karena putraku akhirnya mau bekerja di perusahaan." sahut Andreaz.
"Aku berharap daddy masih sehat seperti sebelumnya, mendengarnya ingin pensiun lebih awal karena kesehatan, hatiku sangat sedih." jawab Zaline.
Nicholas terkekeh. "Daddy baik baik saja nak, tapi berada di rumah, bukankah akan membuat daddy semakin baik?"
"Kakak rasa kau bisa sayang. Kau adalah adikku yang paling cerdas. Kolaborasi antara kau dan abangmu akan membuat perusahaan semakin maju." ucap Stevani.
"Bukankah aku juga sudah setuju untuk menjadi asistenmu, apalagi yang kau khawatirkan?" tanya Roxy.
Zaline menatap keluarganya satu per satu. "Baiklah, tapi setidaknya aku harus belajar mengenal perusahaan Cruise terlebih dahulu."
"Tentu saja, kau pikir daddy akan menyerahkan perusahaan langsung padamu? Setidaknya butuh waktu 3 bulan untuk daddy menyerahkan perusahaan sedikit demi sedikit padamu." jawab Nicholas.
"Tapi aku rasa Zaline mampu mengambil alih hanya dalam waktu satu bulan dad." ujar Zionel.
"Bang Zi sudah gila." celetuk Zaline membuat Zionel tertawa.
"Aku sekarang tenang setelah mengatakannya pada kalian. Zio... bagaimana rencana proyek dengan pak Hiroki?" tanya Nicholas.
"Kali ini tidak mudah dad. Sepertinya ada beberapa perusahaan konstruksi yang mengajukan proposal padanya. Setelah Alex mengirimkan surel padanya, ia ingin kita menunggu sampai minggu depan. Tapi aku berencana terbang ke Jepang lusa untuk menemuinya." jawab Zionel.
"Itu lebih baik. Jika proyek ini berhasil, maka Zaline bisa belajar menangani proyek pertamanya."
"Pesaing bisnis ini semakin banyak, menurutmu siapa yang akan menjadi pesaing terberat untuk kita Zio?" tanya Andreaz.
"Aku dengar perusahaan Jaya Kontruksi baru dibangun, tapi ia sudah berada di urutan nomor dua di kota ini. Jika ia tahu soal proyek besar Hiroki, maka kemungkinan besar pesaing terberat kita adalah mereka."
"Jaya Konstruksi? Bukankah perusahaan itu aku dengar dibangun oleh dua orang anak muda, sepertinya mereka sangat cerdas bisa membawa perusahaannya sampai di titik ini." ujar Nicholas.
"Daddy benar, pemiliknya dua orang pria muda berumur 26 sampai 27 tahun. Dan sudah dua kali mengambil tender milik kita."
"Kau dengar itu Zaline. Jika kau mengambil alih perusahaan Cruise, maka pesaing terberatmu kurang lebih seumuran denganmu. Jika mereka bisa, mengapa kau pun tidak bisa? Daddy yakin kau bisa melakukannya bersama Zio dan Roxy."
"Berapa lama perusahaan itu dibangun bang?" tanya Roxy.
"Sekitar 2 tahun, salah satu pemiliknya aku dengar sangat sulit diatasi. Pria itu arogan, sombong dan sulit berkomunikasi dengan siapapun kecuali masalah pekerjaan."
"Ckckck... bukankah pria itu sangat mirip dengan abang." ejek Zaline.
"Aku? Kapan aku punya sikap seperti itu?"
"Dulu dan sekarang pun sama." sahut Stevani.
Zionel terbelalak. "Aku tidak seperti itu sayang."
Mereka semua tertawa.
"Oh baiklah, aku seperti itu dulu. Tapi sekarang bukankah aku sudah berubah setelah punya istri?"
"Lebih tepatnya bukan berubah tapi bang Zio takut pada kakak." ejek Zaline lagi.
"Kau..."
Mereka kembali tertawa.
"Dan sikapmu masih sama saat di luar Zio." sahut Nicholas.
"Hah... ya ampun. Aku bersikap seperti itu demi kebaikan."
"Kebaikan siapa? Orang yang bertemu denganmu akan ketakutan sebelum berbicara." ujar Stevani.
"Aku hanya seorang CEO istriku, apakah aku harus bersikap lucu di depan bawahanku?"
"Setidaknya kau dengarkan pendapat mereka. Apa kau tak tahu Alex selalu mengeluh padaku jika selesai rapat. Kau mengadakan rapat dengan staf, tapi pendapatmu yang harus didengarkan. Bukankah itu arogan dan sombong?" tanya Stevani.
"Alex lagi... pria itu sudah bosan hidup." gerutu Zionel. "Daddy, om Andre... pendapatku yang mana yang tidak baik untuk perusahaan?" imbuhnya.
Keduanya menggelengkan kepalanya.
"Lihatkan sayang... semua keputusanku selalu benar."
"Tapi bukan masalah benar atau salah suamiku. Kau bekerja bersama ratusan karyawan tapi seolah olah bekerja seorang diri."
"Itu... dengarkan itu... Kakak, lebih baik hukum bang Zi saja agar ia memperbaiki sikapnya." kata Zaline.
"Zaline..." ucap Zionel dengan geram. "Kau baru pulang sudah ingin membuatku kesulitan."
"Ya Tuhan... usia kalian bukan anak kecil lagi." kata Falera sambil terkekeh.
"Tapi saran Zaline itu bagus, sepertinya aku harus memberimu hukuman agar sikapmu bisa berubah sepenuhnya." kata Stevani.
Zionel mengumpat, sedangkan yang lain hanya bisa tertawa mendengar perdebatan mereka.
"Kepulangan Zaline membuat rumah ini kembali hidup." ucap Falera.
"Kepulangannya akan menjadi bencana buatku." keluh Zionel.
Zaline terkekeh. "Tapi aku merindukanmu bang."
"Kau merindukanku untuk terus mengerjaiku nona."
"Karena kesulitan bang Zi adalah kebahagiaan buatku."
Seketika Zionel merangkul leher Zaline dan mulai menggelitiknya.
"Kak Vani help..." ujar Zaline.
Stevani hanya tertawa geli melihat tingkah keduanya. Zionel pun melepaskan adiknya lagi.
"Walaupun sikapku seperti itu, tapi aku berharap kau tidak menyukai pria seperti itu Zaline." pinta Zionel.
"Kenapa?" tanya Zaline.
"Kau tidak pantas bersama pria seperti itu." jawab Zionel.
"Jadi hanya aku yang pantas mendapatkan pria arogan dan sombong itu?" tanya Stevani.
"Aku sangat mencintaimu Stevani. Aku tidak lagi bersikap menjengkelkan di depanmu. Sedangkan pria lain yang memiliki sikap seperti itu belum tentu bisa mengalah pada pasangannya. Aku tidak akan mengizinkan Zaline menjalin hubungan dengan pria seperti itu." jawab Zionel.
"Ciiiih... abang meninggikan diri sendiri. Seolah olah hanya abang yang bisa berubah." ejek Roxy.
"Bukankah itu kenyataan."
"Lihatlah kesombonganmu tuan, sepertinya aku benar benar harus menghukummu." ancam Stevani.
"Bukan seperti itu sayang... maksudku... oh ayolah, banyak pria yang lebih baik dariku kan. Aku hanya berharap Zaline bisa mendapatkan pasangan yang lebih baik."
Stevani menahan tawanya.
"Omongan ini sudah melantur, mengapa jadi membahas pasanganku?" ujar Zaline.
"Tapi bang Zi benar, pria yang lebih baik darinya contohnya seperti aku." jawab Roxy.
Seketika Zionel melemparkan bantal sofanya pada Roxy. "Kau justru lebih buruk dariku. Sudah berapa wanita yang kau pacari, aku tidak seperti itu."
"Kali ini aku setuju padamu Zio. Roxy sudah berkali-kali berganti ganti pasangan membuatku pusing saja, tak ada satupun yang ia anggap serius. Padahal usianya sudah sangat matang untuk menikah." ujar Aida.
"Aku tidak ingin menikah dengan wanita lain kecuali Zaline, walaupun itu akan sulit. Wanita lain hanyalah pelampiasan untukku." pikir Roxy sambil menatap Zaline lagi.
"Bukankah salah mami melahirkan pria tampan seperti ini." jawab Roxy setelah mengenyahkan pikirannya.
"Oeeek..." jawab mereka bersamaan membuat mereka kembali tertawa.
"Kau harus serius mencari pasangan Xy." ujar Zaline.
"Bagaimana denganmu Lin?"
"Aku? Tentu saja akan segera mencarinya."
"Bagaimana jika kau bersamaku saja." ujar Roxy sambil tertawa.
"Kau sudah gila." jawab Zaline.
Mereka semua menggelengkan kepalanya karena menganggap ucapan Roxy hanya candaan semata. Setelah berbincang dan bercanda bersama, keluarga besar Cruise pun satu per satu berpamitan pulang.
*****
Happy Reading All...
Roxy tampan👇🏻👇🏻👇🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Becky D'lafonte
babang roxy ganteng bgt
2022-12-01
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
visual nya bikin pingin oleng 😅
2022-11-01
2
Atharasyid Sabillulhaq
ganteng banget si Roxy
2022-10-11
1