"Al... aku akan meminta pihak hotel untuk membuka pintunya jika kau masih belum membukanya. Al..." teriak Benny.
"Ya Tuhan... berisik sekali." jawab Alvaro seraya membuka pintu kamarnya.
"Ya Tuhan... kau baik baik saja kan? Aku sudah mengetuk pintu selama setengah jam. Room service tidak bisa mengantarkan makanannya karena kau tidak kunjung membuka pintunya. Apa kau sakit? Keringatmu..."
Alvaro melangkahkan kakinya menuju meja untuk mengambil air putih. Ia menenggaknya lalu menghela nafas panjang.
"Aku baik baik saja Ben." jawab Alvaro seraya menghempaskan tubuhnya ke sofa.
Benny segera menghampirinya. "Kau mimpi itu lagi?"
Alvaro menganggukkan kepalanya.
"Ya Tuhan... seharusnya aku tidak membiarkanmu tidur sendiri saat kelelahan."
"Ck... aku baik baik saja Ben. Aku akan mandi terlebih dahulu."
"Baiklah, aku akan menghubungi room service untuk mengantarkan makan siangmu yang baru."
Alvaro menganggukkan kepalanya seraya beranjak dari tempat duduknya menuju kamar mandi.
Benny hanya bisa menatap punggung Alvaro yang semakin menghilang lalu menghela nafas panjang.
"Kau begitu tersiksa saat memimpikan pertengkaran ayah dan ibumu Al. Tapi kau sama sekali tidak mau menemui dokter psikiater untuk mengobati traumamu itu. Aku berusaha menjadi pria gila wanita agar kau mengubah prinsipmu tentang cinta, tapi sepertinya akan sulit jika mimpi itu terus menghantuimu." pikir Benny.
Benny segera menghubungi room service lagi sambil menunggu Alvaro keluar dari kamar mandinya.
*****
Kota D
Zaline meregangkan tubuhnya setelah menikmati tidur siangnya hari ini. Kemarin ia seharian bersama Roxy mengelilingi kota dan mengunjungi beberapa cafe milik pria itu. Namun hari ini Zaline menghabiskan waktunya dengan terus tidur di rumahnya tanpa pergi kemanapun karena besok ia harus datang ke perusahaan untuk pertama kalinya.
Tok... tok... tok...
Pintu kamarnya di ketuk dengan lembut.
"Siapa?" tanya Zaline.
"Nona cantik yang pemalas, ini kakak." sahut Stevani.
Zaline tersenyum seraya turun dari ranjangnya, dengan malas ia membuka pintunya.
"Jam berapa ini kau baru bangun?" tanya Stevani.
Zaline menatap jam dinding kamarnya yang menunjukkan jam 5 sore, lalu menyeringai.
"Kau bahkan melewatkan makan siangmu nona." imbuh Stevani.
Zaline memberikan jalan pada kakaknya yang membawa nampan berisi makanan ringan.
"Sebentar lagi makan malam, jadi kakak tidak membawa nasi. Ini hanya makanan ringan agar perutmu tidak sakit."
Seketika Zaline menggelayut di lengan Stevani dengan manja membuat Stevani tersenyum lebar.
"Mengapa kakak ada disini?" tanya Zaline.
"Zeze merengek setelah pulang sekolah, ia ingin terus melihatmu. Sepertinya ia sangat merindukanmu sayang."
"Dimana ia sekarang?"
"Sedang menonton film dengan neneknya sambil menunggumu bangun. Mandilah lalu makan sedikit sebelum turun."
"Kemarin aku seharian bersama Roxy, hari ini khusus untuk memulihkan tenaga sebelum ke perusahaan besok." ujar Zaline seraya duduk di sofa. "Biarkan aku makan camilan dulu sebelum mandi." imbuhnya.
Stevani menganggukkan kepalanya lalu ikut duduk disana.
"Kau sudah siap?" tanya Stevani.
"Mau tidak mau kak." jawab Zaline seraya mengigit sepotong kue.
"Besok mungkin hanya mengelilingi perusahaan untuk mengenalkanmu pada staf. Bersikaplah lebih ramah, jangan gunakan wajah dingin dan arogan seperti abangmu."
Zaline terkekeh. "Kakak tenang saja, aku tidak akan bersikap seperti bang Zi. Tapi setidaknya aku harus memberi kesan wibawa pada mereka."
"Tentu saja sayang. Bersikap ramah bukan berati kau harus terlihat kekanak-kanakan. Kau harus berwibawa namun tidak menakutkan seperti abangmu."
Zaline kembali terkekeh lalu menganggukkan kepalanya.
"Kak... soal Cecil..."
"Ssstttt..." potong Stevani. "Kakak belum berbicara dengan abangmu karena ia masih sibuk. Belum ada waktu yang tepat untuk membahasnya Zaline. Jadi jangan sembarangan menyebut namanya."
"Baiklah... tapi kakak harus tetap bicara dengan bang Zi soal ini karena ia ingin segera pulang kesini dengan keluarganya."
Stevani mengangguk. "Kakak akan berusaha sebaik mungkin untuk bicara. Walaupun abangmu tidak pernah marah pada kakak, bahkan tidak pernah membantah ucapan kakak. Tapi kali ini berbeda, kakak harus lebih berhati-hati."
"Aku mengerti. Oh ya kak, kenapa tidak ada niat untuk memberi adik pada Zeze?"
Seketika Stevani terkejut lalu terkekeh. "Mengapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu sayang?"
"Zeze sudah sangat besar, apa salahnya memiliki seorang anak lagi."
"Ide yang bagus Zaline, abang akan mengikuti saranmu karena itu menyenangkan." sahut Zionel seraya masuk ke kamar Zaline.
"Zio..." "Bang Zi..." ucap mereka bersamaan karena terkejut.
"Mengapa kalian sangat terkejut?" tanya Zionel.
"Sudah berapa banyak pembicaraan kami yang kau dengar?" tanya Stevani.
Zionel menyeringai. "Saat Zaline memintamu untuk menambah anak sayang. Apakah ada rahasia yang kalian sembunyikan?"
Stevani dan Zaline menghela nafas panjang, keduanya menggelengkan kepala mereka bersamaan.
"Aku mandi dulu lalu turun." ucap Zaline.
Stevani mengangguk dan membiarkan adiknya meninggalkan mereka. Zionel mendekati istrinya lalu mencium keningnya.
"Kau pulang lebih awal?" tanya Stevani.
"Sudah tidak ada pekerjaan lagi. Aku langsung mencari istriku karena terlalu merindukannya." jawab Zionel.
Stevani terkekeh geli. "Gombal sekali."
"Ide Zaline bagus juga, apa kita harus menambah anak lagi?"
"Berhentilah berpikir macam macam. Ayo kita turun." jawab Stevani seraya beranjak dari tempat duduknya.
Zionel menarik tangan Stevani. "Kau tidak ingin?" tanyanya.
"Zio... putra kita sudah sangat besar, mungkinkah ia menginginkan seorang adik?"
"Kenapa tidak? Ia pasti senang."
"Akan aku pikirkan."
"Jangan berpikir lagi, itu menyenangkan buatku."
"Aku tahu yang kau pikirkan. Dasar otak mesum."
Zionel melepaskan tawanya, ia segera memeluk tubuh istrinya lalu mencium leher Stevani.
"Zio... hentikan..." pinta Stevani.
Zionel menghentikannya lalu menarik tangan Stevani keluar dari kamar Zaline. Alih-alih turun, pria itu justru membawa istrinya menuju kamarnya saat lajang.
"Zio... apa yang kau..."
Zionel membungkam mulut Stevani dengan ciu man yang penuh hasrat. Pria itu langsung menghujani kecupan lembut pada wajah istrinya hingga wanita itu menyerah. Seperti itulah yang dilakukan Zionel untuk menaklukkan istrinya. Mereka pun melakukan hubungan suami istri tanpa menghiraukan keberadaan mereka.
*****
Zaline turun dari kamarnya menuju ruangan televisi, wanita itu langsung memeluk Zeze dari belakang.
"Apa kau merindukanku tampan?" tanya Zaline.
"Isssss... lepaskan aku ante. Kau tidak boleh memeluk pria sembarangan seperti ini." jawab Zeze.
"Eh... pria sembarangan. Jangan menyebalkan, kau itu keponakanku bukan pria sembarangan."
Falera tertawa mendengarnya.
"Maksudku nanti, jangan memeluk pria seperti ini." ujar Zeze.
"Tapi aku tadi hanya memelukmu Ze."
Zeze menghela nafasnya. "Baiklah, sesukamu saja. Dimana mama dan papaku?"
"Jangan bertanya, sepertinya mereka sedang membuat adik untukmu." jawab Zaline seraya tertawa.
"Ya Tuhan Zaline... bicaramu sembarangan sekali." ujar Falera.
Zaline tertawa dengan keras.
"Apa sih ante ini?" ucap Zeze.
"Lupakan saja Ze. Antemu memang sudah gila." jawab Falera.
"Aku gila kenapa, mereka mendengarkan saranku untuk menambah anak untuk menemani Zeze." kata Zaline seraya tertawa lagi.
"Cukup gadis nakal, yang kau ajak bicara masih dibawah umur. Astaga, sepertinya kau bergaul dengan orang yang salah di Inggris." kata Falera.
"Ada apa ini?" tanya Nicholas ikut bergabung dengan mereka.
"Putrimu sedang menggoda Zeze." jawab Falera.
"Jangan terlalu usil nak, kau akan menjadi seorang Presdir sebentar lagi."
"Jangan bicarakan pekerjaan di rumah dad. Aku tetap putri usil kalian."
"Ckckck... begitulah putrimu dad." ucap Falera membuat Nicholas tertawa.
"Dimana Zio dan Vani?" tanya Nicholas.
"Mereka akan segera turun dengan wajah yang berseri seri." jawab Zaline.
"Zaline... ya ampun..." kata Falera.
Zaline melepaskan tawanya, sedangkan Nicholas dan Zeze menatap mereka penuh tanya. Falera menempelkan satu jarinya ke bibir agar suaminya tidak membahasnya lagi di depan cucu mereka. Nicholas pun akhirnya mengerti apa yang sedang mereka bicarakan seraya menyeringai sambil menganggukkan kepalanya.
*****
Happy Reading All...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
aku rate aja nanti ya..
2022-11-18
1
Andariya 💖
zio.....kamu ini ya gercep banget 😘
2022-10-27
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
zio.emang y kalau soal anu nggak ada lawannya 🤣
2022-07-18
4