Sesuai prediksi Pram. Asih sama sekali tidak menerornya di hari pertama aksi kaburnya. Bukan karena ibunya tidak curiga dengan keberadaan mobil Pram yang sudah tidak ada sejak subuh berkumandang di Jakarta, namun lelaki dengan banyak ide setengah gila itu sudah mengirim pesan sewaktu beristirahat di warung 24 jam.
Pram ke Bali, Mak. Naik pesawat pagi-pagi buta untuk suprise ulang tahun Pevita. Mak gak usah khawatir. Aku akan pulang setelah dia yakin mau nikah sama aku. Doain ya Mak. Restunya.
Asih sepenuhnya percaya mengingat Pram tidak pernah neko-neko, ralat, hanya sekali sewaktu putus dari Tatiana dulu, setelahnya aman terkendali.
Dan hati yang membuncah akan bahagia tiada tara. Doa-doa baik Asih panjatkan subuh tadi untuk keselamatan anaknya dan juga sukses membawa mantu untuknya.
"Mas, ayo kita pulang ke kampung, kita pantau Pram lewat hp aja karena sepertinya dia serius butuh waktu sama Pevita!" kata Asih kala Pram di penginapan masih mendengkur pukul satu siang.
Hal itu semakin membuat Mentari yakin, tamu yang datang dari jauh itu benar-benar hanya butuh tenang. Makanya siang itu dia memilih ke panti asuhan untuk bantu-bantu acara sunatan dan akan pulang sebelum sore datang.
"Di pastikan dulu kalau Pram itu benar-benar ke Bali, coba kalau cuma ke Bandung apa ke Sumedang beli tahu. Anak itu kan akalnya mirip kamu, Sih. Banyak!" seloroh Bagyo, melipat koran pagi dan menjadikannya kipas sewaktu istrinya yang tidak cantik lagi karena menua sepertinya meringis kuda.
"Bener juga mas, wah ingatan kamu masih jos. I lop yu mas Bagyo"
Asih yang seperti diingatkan bahwa Pram memang banyak akal sepertinya langsung merogoh ponsel di kantong dasternya. Jadi karena anak itu belum hebat mengakali Bagyo, siang-siang yang dingin dan enak banget buat molor harus terganggu oleh dering ponsel yang terus-menerus mengganggu mimpi Pram.
Pram meraih ponselnya, tanpa benar-benar melihat siapa yang telepon dan ganggu dia, Pram langsung tanya, "Kenapa?"
"Kamu sudah di Bali, Pram?" tanya Asih.
"Bali? Siapa yang ke Bali, Mak?" jawab Pram heran.
"LOH, bukannya kamu tadi chat emak mau ke Bali ketemu Pevita, Pram?" sontak Asih merasa cemas.
"Kamu bohongin emak?"
Pram membenamkan wajahnya di bantal sembari menepuk-nepuk kesal dengan tangan kiri. Lupa akan kebohongannya sendiri karena saking ngantuk dan gak ingat sama sekali perihal yang kilat itu.
"Di Bali aku, Mak. Baru bangun tidur ini, jadi lupa ngabarin dan gak ingat kalau udah di Bali."
Antara mau percaya dan tidak, Asih cemberut. "Pokoknya emak gak mau tau, kirim fotomu secepatnya biar jadi bukti!"
"Iya, Mak. Iya. Nanti aku foto sama Pevita biar jadi bukti. Tapi habis itu emak jangan ganggu, Pram butuh piknik dan hiling." Pram menghela napas, lupa bahwa dua lawan satu. Tentu kalah dia.
"Gak usah sok gaul kalau ngomong sama Mak, hiling apaan? Umur sepuluh tahun aja masih minta kelon sekarang banyak gaya!" cibir Asih sadis.
"Gak ada hubungannya kelon sama hiling, Mak!" gerutu Pram. "Hiling itu piknik, tenang, biar gak senewen terus emak." jelasnya dengan nada kesal.
Batal hiling nih kalau Mak telepon terus!
Asih menatap Bagyo untuk meminta masukan. Suaminya yang telah makan asam garam kehidupan dan gangguan kesehatan dalam hidupnya itu mengangguk perlahan.
"Udahlah, Sih. Pram udah gede, biarin saja, toh nanti kalau ada apa-apa dia terima risikonya sendiri." kata Bagyo realistis.
"Mak tunggu fotonya, Pram!" ucap Asih tegas seraya mematikan ponselnya.
Seketika lipatan di wajahnya semakin kentara karena cemberut. Firasatnya mengatakan sesuatu yang lain, sesuatu yang sangat ia kenal, Pram berbohong. Namun dua jam setelahnya, sewaktu Asih membereskan barang bawaannya untuk kembali ke kampung, dugaannya salah, bukan karena tidak peka, intuisi seorang ibu itu tetap benar seratus persen, hanya saja alibi Pram terlalu kuat. Pram sudah mengirim fotonya bersama Pevita.
Pram tersenyum penuh kemenangan di sisa rasa kantuknya yang telah menguap setelah istirahatnya selesai.
"Semoga emak yakin." Pram mengirim chat sebelum Asih benar-benar yakin pulang kampung pukul empat sore kala Mentari juga telah pulang dari acara sunatan.
Gadis itu menenteng plastik hitam berisi sisa jamuan acara sunatan tadi. Sayur orak-arik telur, ayam goreng kremes, dua butir jeruk, satu apel dan bonus kerja keras Mentari membujuk bocah-bocah yang ketakutan tadi. Satu bingkisan ala-ala pesta ulang tahun yang berisi jajanan ringan dan amplop dari donatur. Bingkisan yang kemudian sanggup meredakan tangisan bocah-bocah bersarung yang melelehkan air mata tanda telah selesai melakukan operasi pengangkatan kulup.
Mentari menghentikan langkahnya di taman untuk mengecek sejenak kamar Pram. Pintu kamar itu terlihat terbuka setengah.
"Sudah bangun rupanya." kata Mentari.
Tanpa ia sadari gorden yang ia buka tadi sama sekali belum Pram tutup hingga lelaki yang habis mandi, dan baru memakai celana jins pendek itu mengamati kehadirannya.
"Mentari." panggil Pram sewaktu gadis itu hendak pergi.
Pram melangkah lebar-lebar tanpa alas kaki keluar bangunan beratap rendah dan melompati perdu yang ditata rapi, di taman losmen.
Mentari berbalik, mengurungkan niat untuk masuk ke rumahnya.
"Iya, Pram. Ada yang bisa saya bantu?"
Mentari beringsut mendekat lelaki yang menyebarkan aroma citrus fruity yang menyegarkan dan penuh semangat hingga ia dengan sadar menghirupnya dalam-dalam, memenuhi paru-parunya dengan aroma laki-laki aneh itu.
Pram meringis. "Aku kamu aja gimana?" tawarnya, "lebih santai dan biasa gitu sedangkan kalau gue sama saya itu kedengarannya formal dan gaul. Gak enak banget komunikasinya." akunya gamblang.
Makanya tanpa bisa dicegah Mentari mengangguk. Karena memang benar, saya dan gue gak enak banget kedengarannya. Enakkan juga aku dan kamu. Terus kalau mujur jadi, kita.
Pram berdehem. "Oke, jadi ralat lagi dong pertanyaannya tadi." pintanya gak tanggung-tanggung, pengen diulang biar afdol aku dan kamunya detik itu juga.
Mentari kontan semakin menduga tamunya ini tidak sekedar aneh tapi juga pemaksa. Bayangin saja sejak pertama kali jumpa lewat telepon waktu itu, dia sudah maksa menuntutnya jadi pacar bohongan dan sekarang pertanyaan yang sama harus diulang dari saya menjadi aku. Lagian apa susahnya tinggal jawab tadi?
"Ada yang bisa aku bantu, Pram?" putus Mentari akhirnya.
Pram mengangguk mau tanpa penolakan. Cikal bakal dari keusilannya sore ini yang syahdu sekali di tengah taman losmen idaman yang sepi.
"Lapar, dan kelihatannya kamu habis jajan. Bisa bagi?"
Mentari mengangkat plastiknya dan menggeleng. Bukan karena pelit, cuma makanan itu hanya sisa acara sunatan tadi dan tidak layak baginya menyajikan makanan itu untuk tamu losmen.
"Kenapa Mentari? Aku punya asam lambung lho ini kalau harus nungguin kamu masak, apa kamu mau ngerawat aku nanti kalau kambuh?" Pram memasang ekspresi sedih.
Tentu itu cuma pura-pura saja, mantan kekasih Tatiana itu kan suka jajan walaupun belum lapar. Makanya tidak heran waktu di dapati cewek manis di depannya bawa plastik dan tentu isinya makanan, instingnya langsung on.
"Ini makanan dari acara sunatan di panti, sisa untuk oleh-oleh, jadi gak mungkin aku kasih ke kamu, Pram." jelas Mentari, makanan untuk tamu losmen adalah masakan yang matang di atas kompor, mengepul dan hot.
"Apa dulu isinya, boleh tau?" Pram penasaran.
"Sayur orak-arik telur sama ayam goreng kremes. Ehm, maklum anak-anak yang di panti. Jadi gak pedes makanannya."
"Oh, tapi kamu punya saos extra pedas?"
Pram mengernyit.
"Punya."
"Ya udah gak apa-apa itu aku doyan kok, tapi kamu temenin aku makan ya. Disini sepi banget, aku agak-agak takut." aku Pram sambil memandang ngeri sekeliling.
Rumpun bambu tak jauh dari rumah Mentari itu ia duga sebagai sarang kuntilanak.
Mentari terperangah. Sepasang matanya agak melebar. Tapi lagi-lagi, melayani tamu losmen adalah aturan mutlak baginya.
"Tunggu ya. Aku siapkan dulu."
Pram mengangguk-angguk. "He'eh, jangan lupa kopinya, Mentari."
Mentari cuma bisa mengangguk sembari berjalan ke dapur, heran kenapa tamunya itu tidak seperti tamu pada umumnya.
•••
To be continue and happy reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
⏤͟͟͞R•Dḕɛ 🌸
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-01-06
0
Novayanti Puput
kuntilanak ny Udah g di rumpun bambu pram sukanya nangkring di pohon rambutan nemenin si lutung bisma
2022-12-08
0
Ersa
kuntilanaknya gak doyan sama jomblo ngenes karatan bujang lapuk ,Pram🤣
2022-10-24
0