Pram menuruni anak tangga dengan langkah cepat sembari mengenakan jaket berwarna biru dongker. Lelaki itu memang menyukai segala warna biru. Entah biru langit, biru muda, biru tua, biru dongker dan dengan sadar harus mengalami percintaan yang mengharu biru.
Di paksa nikah adalah satu-satunya hal yang ingin ia campakkan dari hidup. Bukan karena dia alergi terhadap mahluk berkelamin perempuan, atau dia penyuka sesama jenis. Dia seutuhnya normal, suka lihat perempuan aduhai di situs-situs online bahkan mengidolakan Pevita Pearce sebagai perempuan idaman. Hanya saja menikah? Di paksa? Pram tak habis pikir kondisi apa yang harus terjadi setelahnya walau Pram sadar se-ks adalah sesuatu yang menggiurkan.
Pram berhenti di depan cermin yang terbingkai ukiran kayu berbentuk seperti matahari seraya menyugar rambutnya. Dia terlihat segar dengan wangi parfum teh yang menyegarkan.
"Mak, aku udah siap!" teriak Pram seraya memutar tumit, ia berjalan menuju ruang tamu. Nampak Bagyo dan Asih berwajah murung.
Pram mengernyit. "Kenapa Mak, gak jadi pergi?" tanyanya.
Asih menghela napas sambil menggenggam tangan suaminya.
"Lihat kami, Pram. Kami sudah sepuh, sudah tidak sabar pengen lihat kamu berkeluarga." katanya sedih.
Pram paham betul ibunya sedang akting, walau ia tidak menyangkal bahwa orang tuanya memang sudah sepuh. Rambut uban bapaknya sudah putih sempurna di kepalanya, giginya sudah rompal dan memakai gigi palsu sementara ibunya, walau necis dan slalu pakai make up dan mengikuti perkembangan zaman seluruh bagian tubuhnya sudah kendur, kecuali mulutnya. Mulut ibunya masih sadis.
"Aku sebenarnya kasian sama emak dan bapak, tapi aku lebih kasian dengan wanita itu kalau di paksa nikah dengan aku yang ogah." jawab Pram.
Asih menyandarkan kepalanya di lengan Bagyo, roman wajahnya semakin sedih.
"Kita bakal mati penasaran, mas." kata Asih.
Mata cekung Bagyo melebar, dalam hati ia bersumpah tidak mau mati penasaran.
"Aku ingin mati dengan tenang, Sih." rutuknya seraya mencubit pinggang Asih pelan.
Asih mengernyit sakit, tapi keadaan itu ia gunakan untuk mendramatisir keadaan selanjutnya.
"Pram masih belum ingin nikah mas, padahal cuma itu keinginan terakhir kita sebelum ajal semakin dekat." imbuh Asih mengompori keteguhan hati anaknya.
Tapi dalam hati Asih langsung memanjatkan doa dengan sungguh-sungguh. Ya Allah, kata-kata hamba sahaya itu palsu semata, hamba sahaya hanya terpaksa untuk kebaikan putra tercinta.
Bagyo beristighfar, raut wajahnya semakin tidak senang dengan ucapan istrinya. Sementara itu Pram berkacak pinggang, semakin ia gubris, ibunya semakin menjadi-jadi, pikir Pram.
"Sudahlah, Mak. Kita jadi pergi gak nih?" tanya Pram tak sabar.
Asih mengangguk, ia ganti meraih tangan Pram sambil mengangkat pandangannya.
"Tapi kamu janji dulu, Pram. Kali ini tolonglah kerja samanya." bujuk Asih.
"Emak sebenernya mau kemana? Gak usah banyak basa-basi lah, buang-buang waktu!" cibir Pram. Sepasang mata Pram berkilat, ingin marah tapi di tahan-tahan sampai tanpa sadar ia buang angin dengan kencang.
Asih dan Bagyo melenggang pergi tanpa buang waktu. Mereka keluar dari rumah yang memiliki perpaduan warna putih dan biru itu sambil meracau kesal.
"Bau banget kentutmu mirip comberan, Pram!" ejek Asih lugas.
Pram terkekeh-kekeh sambil membuka pintu Jeep Wrangler miliknya.
"Lho - lho - lho, kamu ikut mobil bapak. Jangan setir sendiri!" tolak Bagyo saat Pram menghidupkan mesin mobil.
"Nanti aku langsung ke tempat futsal, Pak. Jadi bawa mobil sendiri-sendiri." jelas Pram jujur.
Tak ingin buruan kabur, Asih dan Bagyo segera masuk ke kursi penumpang. Mereka meringis saat Pram menoleh sambil mendengus kesal.
"Mau kemana ini?" tanya Pram ketus.
"Ikuti saja mas Jumali." Asih menunjuk mobilnya yang bergerak keluar dari lahan parkir.
Pram berdehem meski penasaran dan curiga dengan arah tujuan hari ini. Tapi ia tetap dengan fokus mengikuti Avanza hitam didepannya itu hingga mobil itu berkelok ke sebuah perumahan.
Pram mengerutkan keningnya. Rumah sederhana namun indah didepannya itu nampak terbuka seperti menunggu tamu.
"Rumah siapa, Mak?" tanya Pram.
"Calon istrimu, Pram."
Lelaki berwajah khas orang pribumi dengan rahang kokoh, hidung mancung dan memiliki kulit kuning langsat itu sontak tersentak kaget.
"Emak gak usah ngada-ngada!" tolak Pram sambil menelengkan kepala melihat spion, mencari celah untuk keluar dari parkiran itu. Naas Avanza di sampingnya itu membuat Jeep Wrangler yang termasuk kategori mobil ukuran besar sulit untuk bermanuver kilat dari parkiran sempit
"Sialan! Gagal tancep gas." umpat Pram sambil memukul setir. Dia mendengus dingin sewaktu melihat si empu rumah mulai beranjak untuk menghampiri mereka.
"Pokoknya aku gak mau di paksa nikah, Mak!" kata Pram dingin, ia mengerut kecewa dengan keputusan ibunya ini yang menurutnya ngawur.
Asih mencondongkan tubuh sambil mengelus lengan Pram, menenangkan sekaligus membujuknya..
"PDKT dulu, Pram. Anaknya cantik, bahenol, namanya Susi. Anak sahabat emak waktu SMA dulu. Emak jamin kamu ingat sama dia, karena dulu waktu dia kecil kalian sering mandi bareng di kolam." ungkap Asih.
Pram tertawa sedih, ia tak acuh dengan ingatan masa kecilnya. Yang ia mau sekarang hanya kabur, kabur, dan kabur. Tak peduli dengan Susi yang bahenol atau pernah mandi dengannya. Toh masa kecil, semua terlihat biasa-biasa saja. Gak ada yang istimewa, pikir Pram.
"Pokoknya kamu yang sopan, jangan malu-maluin keluarga." kata Asih ketika sahabatnya nyaris mendekati mobil.
Seketika Pram mengambil sisir dan pomade dari dasbor mobil untuk membuat kesan culun rambutnya. Kesan pertama jangan good looking kalau bisa ambyar atau gak enak di pandang, pikir Pram sambil tertawa licik dalam hati.
"Susi, gue yakin elu ilfill! Lihat aja nanti, elu pasti ogah nikah sama gue meskipun kita udah mandi bareng. Gak peduli elu dulu bayangin gue kek gimana."
Dengan tekad kuat, Pram menurunkan satu persatu kakinya. Disambutlah dia oleh Susi yang benar-benar sensual seperti bodi Nikita Mirzani.
"Sial, santapan empuk ini." rutuk Pram dalam hati.
•••
To be continue and happy reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Elisanoor
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-01-01
0
Novi Wulandari
ngakak🤣🤣🤣
2023-03-17
0
Reiva Momi
nah kan nyesel 🤭
2022-10-16
0