Susi mengulurkan tangannya dengan ekspresi malu-malu, kepalanya sedikit meneleng seperti menderita nyeri leher.
"Masss... Pram." panggil Susi. Suara lembut nan manja jelita itu menggelitik telinga Pram.
Bujang tiga puluh lima tahun itu terkesiap sewaktu Susi menggenggam tangannya dan mencium punggung tangannya.
Darah Pram mendidih dalam sekejap sewaktu tak sengaja melihat bagian atas buah dada besar dan kenyal milik Susi yang terbungkus bra merah dalam baju model sabrina yang ikut menampakkan punggungnya yang mulus.
"Oh Susi..." kata Pram dengan napas gugup. Bayangan akan Susi yang mandi bersamanya sewaktu kecil mendadak lenyap dan tergantikan oleh bayangan Susi yang dewasa, seksi dan meliuk-liuk di bawah pancuran air seraya menggerak-gerakkan pinggulnya ke atas dan bawah sambil memanggilnya, Masss... Pram. Berikut dengan jari telunjuk yang bergerak dan kerlingan nakal yang menggoda.
Susi tersenyum penuh arti sambil menarik tangannya perlahan. "Mas Pram ingat aku?" tanyanya penuh harap.
"Ingat kan, Pram?" potong Asih lembut dengan mata mengingatkan, ia mengelus punggung Pram seraya mencubitnya.
Pram menahan jeritan. Merutuk dalam hati ibunya benar-benar menjadi kejam hari ini.
"Aku ingat." Pram mengangguk. "Kamu Susi yang kata emakku tadi kita pernah mandi di kolam waktu kecil." Yuk mandi bareng lagi sekarang. imbuh Pram dalam hati. Si otak mesum nan gesrek itu meringis bodoh.
Asih kontan menabok punggung Pram dengan raut wajah malu. "Kamu ini lho, Pram!" sahutnya mengingatkan. "Maaf ya, Susi. Pram ini anaknya terlalu jujur dan ceplas-ceplos." paparnya tidak enak.
Susi menggeleng tak masalah. "Gak apa-apa, Tante. Cowok yang jujur itu, cowok idaman semua perempuan." jelasnya bangga pada tabiat anaknya Jeng Asih itu. Susi tersenyum sambil menggeser tubuhnya, "Ayo Tante Asih masuk, Mama udah nungguin kalian daritadi. Gak sabar mau gosip."
Pram memutar bola matanya sembari mengikuti orang tuanya dan Susi yang melenggak-lenggok di atas cor-coran semen.
'Jujur emang baik, tapi menyakitikan dan imbasnya sulit terlupakan.'
•••
Pram duduk membungkuk sambil mengamati ibunya dan sahabatnya di ruang tamu setelah mendapat sambutan hangat dari keluarga Susi. Kedua wanita baya itu ngobrol akrab layaknya teman lama.
Nampak di meja beberapa jamuan lezat sudah di siapkan dan nampaknya semua itu sudah direncanakan keduanya, pikir Pram. Meski kesal dengan rencana ibunya hari ini ia masih bisa berkompromi sambil melirik Susi yang menyilangkan kakinya. Sensual, satu kata yang slalu bergeming di benak Pram.
Biasa aja, tapi seksi. Kira-kira asli apa silikon ya?
"Jadi mas Pram kesini untuk temu kangen dengan Susi?" tanya Mirna, ibunya Susi. Wanita itu menggosok sudut matanya yang lelah dengan sapu tangan.
Pram berdehem, terusik dengan kata temu kangen. Siapa yang kangen? Gue gak kangen, akrab aja enggak, gue cuma terpaksa nurut sama orang tua biar gak nambah dosa, pikir Pram.
"Saya hanya ikut Mak kesini, Tante. Mak yang mau temu kangen dengan anda." ungkap Pram jujur. Lelaki yang pura-pura culun itu tersenyum datar.
Asih mencebikkan bibir. "Pram itu selain jujur ya gengsi, Jeng. Gak suka ngaku." jelasnya, "Dia pengen ikut sampai-sampai maksa jadi sopir kita tadi." Asih menegaskan seraya tersenyum yakin.
Pram mengepalkan tangannya di atas paha sambil mendengus.
Sesuka hatimu, Mak. Terserah.
Pram merapatkan kakinya, gaya culunnya harus terjaga. Sementara ayahnya memilih menopang kepalanya sambil memejamkan mata.
"Nak Pram ini memang cocok jadi pendampingannya Susi, kalian pasti klop banget seperti tempe sama sambel. Nak Pram tempenya, Susi sambelnya. Dia hot!" kata Marni lugas.
Susi mengangguk samar sambil tersenyum jengah.
"Mas Pram dulu masih kurus, pendek. Tapi sekarang. Mas bener-bener gagah, rambutnya lebih rapi." kata Susi, ia menurunkan kerutan baju ke lengannya lalu mengibaskan rambutnya ke belakang, mengekspose bagian yang disukai kaum pria.
Pram tersenyum garing. "Wah terima kasih, Susi. Aku gak nyangka kamu masih ingat." balasnya kalem.
"Makanya itu Pram, berhubung kamu ikut kesini, emak sama Jeng Marni sekalian ingin ngasih tau kalau dulu kita janjian untuk menjodohkan kalian sewaktu dewasa!" timpal Asih, dengan percaya diri ia mengeluarkan kotak kecil berbalut bahan beludru dari dalam tasnya.
"Pram, terima ini dan berikan pada Susi."
Kotak berisi cincin itu berpindah ke paha Pram. Suatu kenekatan yang memancing emosi Pram. Ia berdiri, kotak itu terjatuh hingga membuat Bagyo terbangun.
"Mak, sudah aku bilang aku gak mau dipaksa!" Hilang sudah gelagat culun Pram meski tak ingin sedikitpun mengeluarkan kata yang menyakiti hati ibunya.
"Aku harus ke tempat futsal Mak, udah di tunggu temen-temen." Pram melengos pergi.
"Tapi Pram... Pram." teriak Asih sewaktu anaknya keluar tanpa permisi. "Ya Allah, arjunaku. Pram..." gegas ia ikut ke luar rumah di ikuti Susi yang santai dengan penolakan Pram.
Aku bener-bener ikutan sinting kenapa mau-maunya ikut-ikutan ide gila Tante Asih. Tapi mas Pram beneran gagah sekarang, cakep, walaupun rambutnya terlalu klimis.
"Mas Jumali, cegat Pram!" teriak Asih.
Jumali mencampakkan rokoknya seraya memasang diri di belakang Jeep Wrangler yang mulai menderu.
Di mobil, Pram menekan klakson kuat-kuat sampai memekak telinga sebelum ibunya dan Susi semakin dekat.
Pram memandang lurus mereka yang menutup telinga.
"Hari gini masih di jodoh-jodohin? Mak kira aku ini bener-bener gak laku? Oalah mak-mak, aku ini mahal, susah di taklukkan, apalagi kalau cuma diiming-imingi buah dada besar! Gak mempan."
Pram menoleh, Jumali merentangkan tangan bak superhero yang menghalangi penjahat kabur.
"Dia kira punya nyawa 9! Mas-mas, nyari mati kamu."
Mobil perlahan mundur dengan stabil berbarengan teriakan Asih.
"MINGGIR MAS, MINGGIR."
Jumali meloncat secepatnya sampai lupa memperhitungkan bahwa di sampingnya ada tembok. Jumali terbentur dan terpelanting ke belakang dengan kening yang langsung berkedut nyeri.
"Mas Pram!!!" bentak Jumali menggelegar.
Pram menyeringai sambil menginjak pedal gas kuat-kuat setelah berhasil menyingkirkan Jumali dan membiarkan orang tuanya kembali kalah.
"Jangankan untuk menikah, Mak. Untuk jalan sama Susi aja aku ogah. Susi pasti suka pamer-pamer tubuhnya. Walau menarik, tapi tetap saja aku sukanya Pevita Pearce."
•••
To be continue and happy reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Elisanoor
plyning victim si Emak 🤣
2024-01-01
0
ImNick
🤣🤣🤣🤣🤣 mulai ngarep Pram
2022-12-24
0
⏤͟͟͞R•Dḕɛ 🌸
nahh kan belum2 udh ngebayangin..wkwkwkwk
2022-12-19
0