Airin yang lelah mencoba menghapus air matanya, berapa liter air mata yang keluar tidak akan membuat ingatan Arsen kembali.
Airin yang lapar memutuskan untuk makan di kafe sebelah kantor yang ternyata Arsen dan Arcelo juga ada di sana.
Arcelo yang melihat Airin melambaikan tangannya, dia berharap kalau Airin bergabung dengannya dan juga Arsen.
"Untuk apa sih Arcelo kamu memanggilnya," gerutu Arsen yang tidak suka kalau Airin bergantung bersama mereka.
"Untuk makan bersama lah, memangnya kenapa sih bagaimanapun juga dia itu bawahan kamu Lo Arsen," kata Arcelo.
"Ya ya ya, up to you lah," sahut Arsen pasrah.
Airin yang tau kalau Arsen tidak menginginkannya menggelengkan kepala pada Arcelo, dia memilih duduk sendiri daripada duduk bersama Arcelo dan Arsen.
Airin menikmati setiap makanannya sambil sesekali melemparkan tatapannya secara sembunyi-sembunyi pada Arsen.
"Entah sampai kapan aku harus menunggu kamu mengingatku Arsen, perih hati ini melihat kamu di dekatku namun tak bisa ku miliki. Ini lebih menyakitkan daripada saat kamu di Jerman dulu," batin Airin.
Kedua mata Arcelo menatap Airin, dia melihat kalau Airin tengah menjatuhkan air matanya lagi.
"Kasian sekali kamu Airin," batin Arcelo
Airin yang hanya memesan roti segera menghabiskan makannya lalu kembali ke kantor.
Setibanya di kantor dia segera mengerjakan pekerjaannya kembali.
Sesaat kemudian masuklah Arsen, dia berjalan menuju kursi kebesarannya tanpa menyapa atau berkata-kata pada Airin.
Lama berkutat dengan pekerjaannya kini tibalah saat pulang.
Airin meletakkan laporan dan berkas-berkas di meja Arsen lalu pamit terlebih dahulu.
"Pak saya pamit dulu ya," kata Airin.
"Bentar aku cek dulu," sahut Arsen.
Arsen mengerutkan alisnya, dia sungguh heran dengan Airin sebenarnya bisa bekerja apa tidak kenapa laporannya seperti ini semua.
"Ini laporan apa Airin?" tanya Arsen dengan menatap Airin dengan tajam, sorotan mata Arsen seakan membuat rok pendek yang digunakan Airin ingin melorot.
"Laporan hari ini," jawab Airin.
"Aku sudah tau," sahut Arsen.
"Kalau sudah tau kenapa anda masih bertanya." Airin sedikit mengeraskan suaranya.
Arsen yang kesal menatap Airin dengan sangat lekat, ini persis seperti saat pertama kali dia bertemu Arsen saat itu.
"Sudahlah, pulang sana," kata Arsen dengan mengibaskan tangannya.
Tanpa ada kata Airin langsung keluar ruangan Arsen. Setibanya di loby dia berpapasan dengan Aaron dan juga Arthur.
"Sek, pesek udah pulang?" tanya Arthur.
"Sudah, memangnya aku harus menginap di sini?" jawab Airin kesal.
Dari dulu sampe sekarang Arthur tidak pernah berubah, dia selalu mengejek Airin.
"Hey Arthur kamu apa tidak bisa melihat kalau hidungku ini mancung sekali kenapa kamu memanggilku pesek," gerutu Airin.
"Astaga, hidung seperti stop kontak kok mancung. Nih contoh hidung mancung," kata Arthur dengan menunjuk hidungnya.
Aaron yang melihat asistennya dan Airin berdebat hanya bisa menggelengkan kepala.
Dari dulu hingga sekarang tidak pernah baikan persis seperti serial kartun Tom and Jerry.
"Kalian ini sampai kapan mau berdebat terus, kita ini udah dewasa," kata Aaron.
"Ni asisten kamu Aaron, kalau aku punya asisten model begini pasti akan aku pecat," sahut Airin.
"Kalau dia memecat aku akan sulit mencari pengganti seperti aku," timpal arthur.
"Ya ya, aku tau kalau kamu sedang memfitnah diri kamu sendiri," ucap Airin dengan tertawa.
"Brengsek, kenyataan bukan fitnah," sahut Arthur kesal.
Airin tertawa lepas.
Aaron dan Arthur yang melihat Airin tertawa merasa sangat senang karena semenjak Arsen kecelakaan mereka tidak melihat senyum di wajah Airin namun kali ini dia bisa tertawa.
"Tetaplah tersenyum Airin," batin Aaron dengan melihat Airin.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Bian
Sabar rin
2022-07-14
0
kholifah ifah
GK bisa membayangkan jadi Airin😭😭
2022-06-29
0
Nur Zihane
jutekin lg
palu mana palu
buat ngetok kepala siarsel
2022-06-21
0