Indah dan Bram pun masuk ke ruang kursus seperti biasa sudah banyak yang menunggu.
Bram sudah melepaskan rangkulannya sebelum masuk tadi.
"Kamu ke meja kamu ya!"
"Baik chef!"
Kelas pun akan segera di mulai, semua sudah siap di tempatnya.
Seperti biasa semua menyapa Bram dengan panggilan chef.
"Baiklah, hari ini saya sengaja menyiapkan menu tradisional Indonesia!"
"Yessss!" beberapa dari mereka terlihat antusias begitupun dengan Indah. Ia tidak akan banyak kesulitan kalau masalah mengolah makanan tradisional.
Setiap hari indah selalu mendapatkan ilmu baru begitu pun hari ini walaupun keahlian memasak makanan tradisional sudah tidak di ragukan lagi tapi ia masih ada masalah dalam hal penyajian.
Beberapa hal yang tidak ia pelajari di kampung seperti penataan penyajian, bisa ia dapat dari sini.
Indah yang masih pemula dan tidak memiliki pengalaman sama sekali, Bram begitu telaten mengajarinya.
"Apa ada masalah Indah?"
Pertanyaan dari chef Bram membuat Indah tersadar dari kesulitannya,
"Ini chef, aku tidak bisa menekuk daunnya, lepas terus!"
Hal yang tidak Indah duga, tiba-tiba Bram berdiri di belakangnya, tangannya mengungkung tubuhnya di sisi kanan dan kiri hal itu membuat Indah menjadi canggung. Indah bahkan bisa menghirup aroma parfum dari pria itu.
Aroma ini? Kenapa tidak sama dengan aroma itu ...., ini jauh berbeda , jadi bukan parfum chef Bram, lalu parfum siapa?
"Apa kamu sudah mengeruk Indah?"
Pertanyaan dari chef Bram menyadarkannya.
"I_iya chef!"
"Coba, saya pengen liat!"
Mati aku, aku tidak memperhatikannya tadi ....
Indah mencoba sebisanya.
"Bukan seperti itu, melipatnya ke dalam biar terlihat rapi, begini!"
Chef Bram kembali memberi contoh, kali ini Indah memperhatikan dengan seksama.
"Bisa?"
"Bisa chef!"
Indah melakukan hal yang sama seperti yang di lakukab chef Bram.
"Bagus, itu jauh lebih rapi!"
"Terimakasih chef!"
Hingga akhir nya kelas usai seperti biasa chef Bram akan mencicipi satu persatu dan membiarkan penilaian. Sisanya akan di bawa pulang oleh peserta khursus.
Satu per satu peserta kursus meninggalkan ruangan. Kini hanya bersisa Indah, tampak ia sedang mengemasi hasil memasaknya hari ini dan memasukkan ke dalam kotak makan siang.
Chef Bram segara mendekati Indah setelah tidak ada orang lain lagi selain mereka berdua.
"Kamu sedang ada masalah ya?"
Pertanyaan chef Bram menyadarkannya, Indah mendongakkan kepalanya sebentar dan tersenyum,
"Enggak chef!"
"Tapi sedari masuk wajah kamu tampak galau, kalau butuh teman curhat aku siap kok jadi pendengar!"
"Serius chef, nggak ada!"
Indah nggak mungkin menceritakan semuanya, apalagi tentang hubungannya dengan Bima. Sedangkan suaminya sendiri tidak mau jujur dengan sahabatnya itu.
"Kamu beneran kan cuma sepupuan sama Bima?"
Akhirnya pertanyaan itu kembali muncul,
" Iya!"
Indah menjawabnya dengan aku ragu.
"Jadi tidak masalah kan jika Bima bersama dengan Rena?"
Indah tercengang dengan pertanyaan chef Bram.
"Memang Apa hubungan mereka chef?"
Belum sampai Bram menjawab pertanyaan Indah, tiba-tiba Bima muncul.
"Kelasnya sudah usai kan? kenapa kalian masih betah di sini aja?berduaan lagi!"
"Posesif banget jadi orang, lagian juga cuma sepupu ngapain juga sebegitunya ya kan Indah?"
Chef Bram meminta pendapat Indah.
"I_ iya!" Indah hanya tersenyum tapi bima segera menarik tangan Indah,
"Ayo Indah!"
"Ehh tunggu jangan buru-buru lah, aku masih ada urusan sama Indah! Janji nanti aku kembalikan, boleh ya!"
"Bram, jangan macam-macam ya!"
"Nggak Sampek malam, janji! Lagian kamu kan sudah ada Rena yang nemenin!"
Indah yang sebenarnya masih begitu malas untuk bicara sama suaminya, ia pun menahan tangannya.
"Aku sama chef Bram dulu deh, mas! Nggak pa pa kan?"
"Terserah!"
Bima yang kesal pun akhirnya turun sendiri. Melihat kekesalan Bima, Indah jadi merasa bersalah.
"Mas!?" panggilnya dan hendak menyusul Bima tapi Bram segera menahannya.
"Biarkan saja, dia nggak akan lama marahnya!"
Akhirnya Bima berlalu begitu saja, Rena yang mamanggilnya bahkan di cuekin.
"Bim, Bim ..., ada apa? Mana Indah?"
"Sudah jangan bicarakan dia, ayo masuk!"
Melihat Bima yang kesal, Rena pun memutuskan untuk tidak lagi menanyai Bima.
"Kita pulang aja sayang, kita bisa bersenang-senang sekarang!"
"Maaf Rena, aku lagi nggak mood. Nggak pa pa kan lain kali?!"
Rena begitu kesal hingga ia melipat kedua tangannya di atas perut,
"Pasti semua gara-gara Indah, indah, Indah lagi. Kapan sih kamu mau mengerti perasaan aku!"
"Cukup Rena, kamu jangan membuatku semakin pusing!"
Rena akhirnya memilih diam, percuma bicara dengan Bima kalau dia masih dalam keadaan kesal seperti ini.
Setelah mengantar Rena, Bima pun langsung kembali ke apartemen. Ia semakin kesal saat melihat apartemen masih kosong.
Ia segera pergi ke kamar mandi untuk menguyur tubuhnya dengan air dingin agar rasa kesalnya sedikit hilang.
...***...
"Terimakasih ya chef sudah ngajak Indah jalan-jalan, Indah seneng hari ini!"
"Lain kali kalau butuh temen, aku siap nemenin!"
Indah tersenyum, "Aku turun dulu ya, chef!?"
"Jadi benar kamu tinggal sama Bima, berdua saja?"
"Iya!"
"Setiap hari Bima pulang?"
"Iya! Ada apa ya chef?"
"Nggak ada, masuklah. Pasti Bima udah nungguin kamu!"
"Sampai jumpa besok chef!"
Indah melambaikan tangannya dan masuk ke apartemen. Sedangkan Bram masih terdiam di tempatnya.
"Sepertinya ada yang sedang mereka sembunyikan!"
Bram pun segera melajukan mobilnya, ia tahu harus ke mana sekarang.
Mobilnya kini terparkir di depan sebuah rumah yang berada di kawasan Elif.
Pintu terbuka setelah ia memencet bel beberapa kali.
"Bram, tumben ke sini?"
"Boleh kan gue masuk?"
"Masuklah!"
Bram segara duduk di sofa dan mengamati rumah itu. Ia tahu siapa yang sudah membeli rumah itu.
"Mau minum apa? Biar aku ambilkan!"
"Nggak perlu, lagi pula aku nggak lama kok. Oh iya, Bima nggak ke sini?"
Rena terdiam, wajahnya berubah masam.
"Apa kalian sedang ada masalah?"
"Bram!?"
"Gue tahu kalian sedang nyembunyiin sesuatu dari gue!"
"Bukan begitu Bram!"
"Jadi benar Bima dan Indah bukan sepupuan?"
Karena Bram terus mendesak, akhirnya Rena tidak bisa lagi berbohong.
"Astaga, kalian tega banget sih. Indah itu masih begitu polos, dia bahkan tidak tahu kalau suaminya sudah memiliki seorang istri!"
"Kami terpaksa Bram, kamu tahu sendiri kan orang tua Bima tidak pernah merestui hubungan kita. Kalau Bima tidak menikah dengan Indah, maka Bima harus pergi dari rumahnya tanpa membawa apapun!"
"Jadi kamu gadaikan cinta Bima cumi supaya hidup kalian terjamin?"
"Bukan seperti itu!"
"Entahlah, aku nggak tahu jalan pikiran kalian. Aku tidak tahu ternyata cinta kalian tidak sekuat itu. Kalian akan merasakan akibat dari perbuatan kalian, dan sepertinya sekarang sudah di mulai!"
"Maksud kamu Bram?"
"Bukan tidak mungkin Bima akan jatuh cinta dengan kebaikan Indah, aku pergi. Pikirkan baik-baik semua ucapanku sebelum semuanya terlambat. Segera akhiri semuanya, akan lebih baik jika Indah tahu dari kalian langsung!"
Bram pun akhirnya pergi dari rumah Rena. Rena masih termenung di tempatnya, memikirkan semua yang di katakan oleh sahabatnya itu.
"Mana bisa aku melepaskan Bima, aku mencintainya lebih dari apapun!"
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku
Ig @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
ayoo ksh tahu Indah kl loe Rena istri diri Bima
2024-11-08
0
🍒나는 천사🍒
rena loe cinta bima apa cinta hartanya,dasar!!😎
2023-03-07
0
Sunarti
Bima akan terjebak dng ucapannya sendiri apalagi anggap Indah hanya sebagai sepupu
2022-12-28
0