Walaupun ada rasa kecewa, tapi Indah bisa maklum. Pernikahan mereka adalah pernikahan karena perjodohan. Mungkin butuh waktu untuk mereka saling menyesuaikan diri.
Indah pun segera mencari pakaiannya dan memakai pakaiannya di kamar mandi.
Ia tidak ingin semakin membuat suaminya tidak nyaman.
Setelah keluar dari kamar mandi, ia melihat sang suami sudah tidur dengan berbalut selimut tipis miliknya. Selimut bermotif hello Kitty.
Karena tidak ingin menggangu suaminya, Indah pun memilih untuk keluar kamar.
"Loh nduk ...., kok malah keluar kamar?"
"Nggak pa pa mbok, mas Bima kayaknya kecapekan. Dia mau tidur sebentar katanya!"
"Ya udah, kamu sudah makan belum?"
"Nanti aja mbok makannya, nunggu mas Bima bangun. Lagian Indah belum lapar-lapar banget! Indah keluar dulu ya mbok cari angin!"
"Ya sudah, tapi jangan lama-lama. Kasihan kalau suami kamu bangun nanti nyariin!"
"Iya mbok!"
Indah pun memilik keluar rumah. Nanti ia pasti akan sangat merindukan suasana kampung yang tenang seperti ini.
"Nona!"
Sapaan seseorang membuatnya terkejut, ternyata ada orang lain di luar rumah.
"Kamu!?"
"Saya Dio, nona! Asisten pribadi tuan muda!"
"Kenapa di luar? Masuklah, di dalam masih ada tempat untuk istirahat!"
"Tidak pa pa nona, saya di sini saja. Saya hanya akan segera pergi!"
"Mau ke mana?"
"Ke hotel, tempat saya menginap. Saya hanya sedang memastikan kalau tuan muda tidak butuh sesuatu!"
"Ohhh, mas Bima sudah tidur kok. Kalau kamu pergi, pergi aja nggak pa pa. Nanti kalau butuh sesuatu, biar aku yang mengusahakan. Aku sekarang istrinya, melayaninya adalah tugasku sekarang!"
Dio terdiam, ia terlihat berat untuk meninggalkan atasnya.
"Apa nona bisa di percaya?"
"Apa menurutmu wajahku meragukan?"
Usia nona yang meragukan untuk pria dewasa seperti tuan muda ....
"Walaupun aku masih muda, aku cukup bisa di andalkan. Lagi pula ini rumahku memang siapa yang akan berbuat jahat di rumahku!"
Apa benar yang dia katakan? Apa memang sebaiknya aku pergi saja ...
"Baiklah nona, kalau begitu saya peegi. Saya akan kembali pagi-pagi sekali!"
"Silahkan!"
"Selamat malam!" Dio membungkukkan punggungnya memberi hormat.
Indah yang bingung harus melakukan apa pun akhirnya ikut membungkukkan pungungnya.
"Selamat malam!"
Indah menatap kepergian pria yang menurut Indah aneh itu.
"Ada ya ternyata orang kayak gitu, aku kira hanya di Drakor aja yang kayak gitu!"
"Kalau gitu namanya apa ya!?" Indah mulai berpikir julukan yang tepat untuk Dio,
"Apa ya?"
"Ahhhh otakku kayaknya sedikit terganggu gara-gara ciuman itu!"
Pipi Indah kembali memerah mengingat ciuman panas yang baru saja mereka lakukan.
"Ahhhhh ....!" Indah sampai menggelengkan kepalanya.
Saat malam semakin larut barulah Indah masuk kembali ke dalam kamar, ia melihat suaminya sedang telponan dengan seseorang. Tapi segera ia matikan sambungan telponnya saat melihat Indah datang.
"Sudah bangun, mas?"
"Baru aja!"
"Mas Bima lapar nggak?"
Bima mengusap perutnya, memang sejak siang tadi ia belum memasukkan apapun ke perutnya,
"Lapar sih!"
"Ya udah Indah ambilkan makanan ya, sekalian buat Indah. Indah juga belum makan!"
"Hmm!"
Indah kembali keluar kamar, terlihat rumahnya sudah sepi. Beberapa kerabat yang masih bertahan di rumahnya sudah mencari tempat sendiri-sendiri untuk memejamkan matanya dan kembali lagi beraktifitas esok hari.
Indah mulai membuka tudung saji dan mengambil beberapa lauk dan nasi ke dalam dua piring kosong.
...***...
"Makanlah mas!"
"Terimakasih!"
Mereka makan di lantai dengan beralaskan sebuah karpet.
"Maaf ya yang tadi!"
"Yang mana mas?"
"Aku menciummu tanpa meminta persetujuan darimu!"
"Nggak pa pa, mas Bima memang berhak untuk itu. Seharusnya Indah yang minta maaf karena Indah tidak bisa mengimbangi apa yang mas Bima lakukan. Ini baru buat Indah!"
"Baru, maksudnya kamu belum pernah berciuman?"
Indah mengangukkan kepalanya malu, Bima kembali mengamati wajah Indah,
Dia cantik, mana mungkin ini yang pertama ....
Tiba-tiba ada perasaan bersalah dalam hatinya karena telah mengambil ciuman pertama dari wanita yang baru beberapa jam lalu ia nikahi itu.
"Kenapa mas, mas Bima nggak percaya?"
"Enggak, Ya cuma aneh aja, masak gadis secantik kamu belum pernah ciuman,!"
"Emang Indah mau ciuman sama siapa mas?"
"Pacar kamu, kalau kamu punya pacar misalnya!"
"Indah nggak punya pacar, Indah juga belum pernah pacaran!"
Bima kembali tercengang,
Gadis secantik dia tidak mungkin kan belum pernah pacaran?
"Kamu serius?"
"Iya mas, Indah nggak kepikiran buat pacaran juga!"
"Gadis secantik kamu tidak ada yang macarin, kan aneh! Kamu juga seksi!"
Bima menatap kedua gundukan yang tampak menggoda, ukurannya cukup besar dan pinggang yang begitu ramping, dengan tubuh yang cukup berisi.
"Memang kalau cantik harus pacaran? Nggak kan?"
"Iya sih!"
Akhirnya tanpa terasa sambil terus mengobrol makanan mereka habis juga.
"Biar aku bantu ya!"
"Nggak usah mas, mas Bima istirahat saja. Biar Indah yang bawa ke dapur."
"Terimakasih ya!"
"Sama-sama!"
Bima kembali sibuk dengan layar datarnya saat Indah ke dapur. Walaupun tidak ke kantor, tetap saja ia punya tanggung jawab untuk melihat kinerja karyawannya seharian ini.
Ia hanya memeriksa beberapa email yang masuk dan memastikan tidak ada masalah.
Indah mencuci sekalian piring kotornya dan saat Indah hendak ke kamar, ternyata Bima keluar dari kamarnya.
"Mau ke mana mas?"
"Aku keluar dulu, cari Dio!"
"Ohhh, mas Dio yang tadi. Dia udah Indah suruh pulang!"
"Maksudnya?"
"Ya Indah rasa sekarang kan nggak perlu mas Dio, ada Indah yang siap melayani mas Bima!"
"Baiklah, besok saja. Lagi pula aku juga sudah capek mau tidur!"
Bima kembali masuk dan di ikuti Indah, Ia langsung meletakkan benda pipihnya di samping tempat tidur dan merebahkan tubuhnya.
Indah ikut naik ke atas tempat tidur. Tempat tidur Indah tidak begitu besar hingga mereka akan saling berhimpitan saat tidur.
"Kalau kamu tidak nyaman, aku akan tidur di bawah!" Bima sudah hampir beranjak, tapi Indah segera menahan tangan Bima.
"Nggak kok mas, Indah nggak pa pa!"
Bima kembali merebahkan tubuhnya, tidak ada pembatas antara mereka bahkan lengan mereka saling bersentuhan satu sama lain.
"Kalau kamu nanti tidak nyaman, katakan saja!"
"Iya!"
Aku tahu mas Bima berhati lembut, dia pria dewasa dan aku hanya gadis kecil. Dia pasti sedang menunggu aku mengatakan siap untuk melakukannya ....
Indah merasa bersyukur karena suaminya tidak memaksanya untuk saat ini. Ia juga merasa belum siap, ini masih terlalu mendadak untuknya.
Mereka berdua hanya salin diam di bawah selimut yang sama, tidak ada yang ingin memulai.
Hingga mereka sama-sama mulai memejamkan mata, rasa kantuknya menyerang karena memang seharian tidak beristirahat.
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
kasian Indah msh muda lugu
2024-11-08
0
Sunarti
penasaran siapa yg di telfon Bima
2022-12-23
0
Agna
baru mulai intens baca, marathon nih mb Tri🙂
2022-10-11
0