Ciuman pertama

Walaupun ada rasa kecewa, tapi Indah bisa maklum. Pernikahan mereka adalah pernikahan karena perjodohan. Mungkin butuh waktu untuk mereka saling menyesuaikan diri.

Indah pun segera mencari pakaiannya dan memakai pakaiannya di kamar mandi.

Ia tidak ingin semakin membuat suaminya tidak nyaman.

Setelah keluar dari kamar mandi, ia melihat sang suami sudah tidur dengan berbalut selimut tipis miliknya. Selimut bermotif hello Kitty.

Karena tidak ingin menggangu suaminya, Indah pun memilih untuk keluar kamar.

"Loh nduk ...., kok malah keluar kamar?"

"Nggak pa pa mbok, mas Bima kayaknya kecapekan. Dia mau tidur sebentar katanya!"

"Ya udah, kamu sudah makan belum?"

"Nanti aja mbok makannya, nunggu mas Bima bangun. Lagian Indah belum lapar-lapar banget! Indah keluar dulu ya mbok cari angin!"

"Ya sudah, tapi jangan lama-lama. Kasihan kalau suami kamu bangun nanti nyariin!"

"Iya mbok!"

Indah pun memilik keluar rumah. Nanti ia pasti akan sangat merindukan suasana kampung yang tenang seperti ini.

"Nona!"

Sapaan seseorang membuatnya terkejut, ternyata ada orang lain di luar rumah.

"Kamu!?"

"Saya Dio, nona! Asisten pribadi tuan muda!"

"Kenapa di luar? Masuklah, di dalam masih ada tempat untuk istirahat!"

"Tidak pa pa nona, saya di sini saja. Saya hanya akan segera pergi!"

"Mau ke mana?"

"Ke hotel, tempat saya menginap. Saya hanya sedang memastikan kalau tuan muda tidak butuh sesuatu!"

"Ohhh, mas Bima sudah tidur kok. Kalau kamu pergi, pergi aja nggak pa pa. Nanti kalau butuh sesuatu, biar aku yang mengusahakan. Aku sekarang istrinya, melayaninya adalah tugasku sekarang!"

Dio terdiam, ia terlihat berat untuk meninggalkan atasnya.

"Apa nona bisa di percaya?"

"Apa menurutmu wajahku meragukan?"

Usia nona yang meragukan untuk pria dewasa seperti tuan muda ....

"Walaupun aku masih muda, aku cukup bisa di andalkan. Lagi pula ini rumahku memang siapa yang akan berbuat jahat di rumahku!"

Apa benar yang dia katakan? Apa memang sebaiknya aku pergi saja ...

"Baiklah nona, kalau begitu saya peegi. Saya akan kembali pagi-pagi sekali!"

"Silahkan!"

"Selamat malam!" Dio membungkukkan punggungnya memberi hormat.

Indah yang bingung harus melakukan apa pun akhirnya ikut membungkukkan pungungnya.

"Selamat malam!"

Indah menatap kepergian pria yang menurut Indah aneh itu.

"Ada ya ternyata orang kayak gitu, aku kira hanya di Drakor aja yang kayak gitu!"

"Kalau gitu namanya apa ya!?" Indah mulai berpikir julukan yang tepat untuk Dio,

"Apa ya?"

"Ahhhh otakku kayaknya sedikit terganggu gara-gara ciuman itu!"

Pipi Indah kembali memerah mengingat ciuman panas yang baru saja mereka lakukan.

"Ahhhhh ....!" Indah sampai menggelengkan kepalanya.

Saat malam semakin larut barulah Indah masuk kembali ke dalam kamar, ia melihat suaminya sedang telponan dengan seseorang. Tapi segera ia matikan sambungan telponnya saat melihat Indah datang.

"Sudah bangun, mas?"

"Baru aja!"

"Mas Bima lapar nggak?"

Bima mengusap perutnya, memang sejak siang tadi ia belum memasukkan apapun ke perutnya,

"Lapar sih!"

"Ya udah Indah ambilkan makanan ya, sekalian buat Indah. Indah juga belum makan!"

"Hmm!"

Indah kembali keluar kamar, terlihat rumahnya sudah sepi. Beberapa kerabat yang masih bertahan di rumahnya sudah mencari tempat sendiri-sendiri untuk memejamkan matanya dan kembali lagi beraktifitas esok hari.

Indah mulai membuka tudung saji dan mengambil beberapa lauk dan nasi ke dalam dua piring kosong.

...***...

"Makanlah mas!"

"Terimakasih!"

Mereka makan di lantai dengan beralaskan sebuah karpet.

"Maaf ya yang tadi!"

"Yang mana mas?"

"Aku menciummu tanpa meminta persetujuan darimu!"

"Nggak pa pa, mas Bima memang berhak untuk itu. Seharusnya Indah yang minta maaf karena Indah tidak bisa mengimbangi apa yang mas Bima lakukan. Ini baru buat Indah!"

"Baru, maksudnya kamu belum pernah berciuman?"

Indah mengangukkan kepalanya malu, Bima kembali mengamati wajah Indah,

Dia cantik, mana mungkin ini yang pertama ....

Tiba-tiba ada perasaan bersalah dalam hatinya karena telah mengambil ciuman pertama dari wanita yang baru beberapa jam lalu ia nikahi itu.

"Kenapa mas, mas Bima nggak percaya?"

"Enggak, Ya cuma aneh aja, masak gadis secantik kamu belum pernah ciuman,!"

"Emang Indah mau ciuman sama siapa mas?"

"Pacar kamu, kalau kamu punya pacar misalnya!"

"Indah nggak punya pacar, Indah juga belum pernah pacaran!"

Bima kembali tercengang,

Gadis secantik dia tidak mungkin kan belum pernah pacaran?

"Kamu serius?"

"Iya mas, Indah nggak kepikiran buat pacaran juga!"

"Gadis secantik kamu tidak ada yang macarin, kan aneh! Kamu juga seksi!"

Bima menatap kedua gundukan yang tampak menggoda, ukurannya cukup besar dan pinggang yang begitu ramping, dengan tubuh yang cukup berisi.

"Memang kalau cantik harus pacaran? Nggak kan?"

"Iya sih!"

Akhirnya tanpa terasa sambil terus mengobrol makanan mereka habis juga.

"Biar aku bantu ya!"

"Nggak usah mas, mas Bima istirahat saja. Biar Indah yang bawa ke dapur."

"Terimakasih ya!"

"Sama-sama!"

Bima kembali sibuk dengan layar datarnya saat Indah ke dapur. Walaupun tidak ke kantor, tetap saja ia punya tanggung jawab untuk melihat kinerja karyawannya seharian ini.

Ia hanya memeriksa beberapa email yang masuk dan memastikan tidak ada masalah.

Indah mencuci sekalian piring kotornya dan saat Indah hendak ke kamar, ternyata Bima keluar dari kamarnya.

"Mau ke mana mas?"

"Aku keluar dulu, cari Dio!"

"Ohhh, mas Dio yang tadi. Dia udah Indah suruh pulang!"

"Maksudnya?"

"Ya Indah rasa sekarang kan nggak perlu mas Dio, ada Indah yang siap melayani mas Bima!"

"Baiklah, besok saja. Lagi pula aku juga sudah capek mau tidur!"

Bima kembali masuk dan di ikuti Indah, Ia langsung meletakkan benda pipihnya di samping tempat tidur dan merebahkan tubuhnya.

Indah ikut naik ke atas tempat tidur. Tempat tidur Indah tidak begitu besar hingga mereka akan saling berhimpitan saat tidur.

"Kalau kamu tidak nyaman, aku akan tidur di bawah!" Bima sudah hampir beranjak, tapi Indah segera menahan tangan Bima.

"Nggak kok mas, Indah nggak pa pa!"

Bima kembali merebahkan tubuhnya, tidak ada pembatas antara mereka bahkan lengan mereka saling bersentuhan satu sama lain.

"Kalau kamu nanti tidak nyaman, katakan saja!"

"Iya!"

Aku tahu mas Bima berhati lembut, dia pria dewasa dan aku hanya gadis kecil. Dia pasti sedang menunggu aku mengatakan siap untuk melakukannya ....

Indah merasa bersyukur karena suaminya tidak memaksanya untuk saat ini. Ia juga merasa belum siap, ini masih terlalu mendadak untuknya.

Mereka berdua hanya salin diam di bawah selimut yang sama, tidak ada yang ingin memulai.

Hingga mereka sama-sama mulai memejamkan mata, rasa kantuknya menyerang karena memang seharian tidak beristirahat.

Bersambung

Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya

Follow akun Ig aku ya

IG @tri.ani5249

...Happy Reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Maria Magdalena Indarti

Maria Magdalena Indarti

kasian Indah msh muda lugu

2024-11-08

0

Sunarti

Sunarti

penasaran siapa yg di telfon Bima

2022-12-23

0

Agna

Agna

baru mulai intens baca, marathon nih mb Tri🙂

2022-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ciuman pertama
3 Mendambakannya
4 Kehidupan baru di mulai
5 Aroma yang berbeda
6 Melakukan Perubahan
7 Salah sasaran
8 Mengkhawatirkan Indah
9 Rumah baru
10 Si menyebalkan
11 Ternyata dia chef
12 Aku hanya sepupu?
13 Istri Siri Bima
14 Salah Minum
15 Aku mencintaimu Mas!
16 Pulang pagi
17 Hari patah hati seantero kampus
18 Pacar kontrak
19 Kegalauan Indah
20 Bukan parfum yang sama
21 Gambeknya Indah
22 Apa kamu mencintainya?
23 Ke pantai
24 Mencoba untuk bersikap baik
25 Rencana nyonya Rose
26 Perasaan Dava
27 Curhatan Bima
28 Rena yang sakit
29 Perkelahian
30 Indah mencari tahu
31 Mengetahui kebenaran
32 Menenangkan diri
33 Kecemasan Bima
34 Rencana Indah
35 Merasa muak
36 Menghindar dulu
37 Tidur terpisah
38 Serangan Balik
39 Jangan meremehkan ku!
40 Ke rumah besar
41 Pernah sedekat itu
42 Konspirasi macam apa?
43 Meretas data
44 Isi flashdisk
45 Tuan Hadi Wijaya
46 Kekesalan Bima
47 Berangkat ke kampung
48 Cerita si mbok
49 Menjadi abu-abu
50 Rasanya begitu berat
51 Rena sakit
52 Kebimbangan Bima
53 Tetap sesakit ini
54 Aku tidak sekuat itu
55 Pencarian Indah
56 Selir yang terabaikan
57 Menemui pengacara
58 Kemarahan Indah
59 Biarkan aku saja yang pergi!
60 Biar aku saja yang pergi!
61 Bertemu dengan Renata
62 Rencana Renata
63 Keseriusan Dava
64 Dia berbeda
65 Sidang pertama
66 Pembicaraan kami
67 Undangan Meeting
68 Jalannya meeting
69 Memilih pergi
70 Siapa mereka?
71 Undangan acara amal
72 Kepindahan Indah
73 Dava yang sunyi
74 Jebakan nyonya Rose
75 Renata di muka dua
76 Kelakuan nyonya Rose
77 Dia kasihan
78 Kesempatan lagi
79 Dia salah faham
80 Memilih pergi
81 Dia hamil
82 Pastikan kamu baik-baik saja
83 Kamu harus bangkit
84 Kepulangan Renata
85 Mereka benar-benar akan bercerai
86 Pengambilan Rumah Besar
87 Milikmu semua
88 Perubahan nasib
89 Kehidupan masing-masing
90 Kehidupan Bima
91 Menemukan jalan
92 Keputusan Renata
93 Lebih baik menikmatinya
94 Dia benar nyonya Rose
95 Kenyataan tentang nyonya Rose
96 Pengorbanan Bima
97 Egoisnya Renata
98 Membeli perlengkapan bayi
99 Ingin bersenang-senang
100 Kemarahan Bima
101 Indah menghubungi?
102 Masuk rumah sakit
103 Menjadi seorang ayah
104 Wanita paling tega
105 Kejamnya Renata
106 Benar-benar memilih pergi
107 Tante Girang
108 Lebih baik menghindar
109 Tidak tega
110 Bima mulai bangkit
111 Setelah 5 tahun
112 Pertemuan kembali
113 Di lamar anak kecil
114 Menikahi bidadari ayah
115 Bagaimana dengan Renata?
116 Renata (1)
117 Renata 2
118 Renata 3
119 Renata 4
120 Pertemuan Kembali (1)
121 Pertemuan Kembali (2)
122 Harus move on
123 Tentang Bima
124 Semua sudah berlalu
125 Akhirnya End
126 Bonus chapter 1
127 pengumuman
128 Pengumuman
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Prolog
2
Ciuman pertama
3
Mendambakannya
4
Kehidupan baru di mulai
5
Aroma yang berbeda
6
Melakukan Perubahan
7
Salah sasaran
8
Mengkhawatirkan Indah
9
Rumah baru
10
Si menyebalkan
11
Ternyata dia chef
12
Aku hanya sepupu?
13
Istri Siri Bima
14
Salah Minum
15
Aku mencintaimu Mas!
16
Pulang pagi
17
Hari patah hati seantero kampus
18
Pacar kontrak
19
Kegalauan Indah
20
Bukan parfum yang sama
21
Gambeknya Indah
22
Apa kamu mencintainya?
23
Ke pantai
24
Mencoba untuk bersikap baik
25
Rencana nyonya Rose
26
Perasaan Dava
27
Curhatan Bima
28
Rena yang sakit
29
Perkelahian
30
Indah mencari tahu
31
Mengetahui kebenaran
32
Menenangkan diri
33
Kecemasan Bima
34
Rencana Indah
35
Merasa muak
36
Menghindar dulu
37
Tidur terpisah
38
Serangan Balik
39
Jangan meremehkan ku!
40
Ke rumah besar
41
Pernah sedekat itu
42
Konspirasi macam apa?
43
Meretas data
44
Isi flashdisk
45
Tuan Hadi Wijaya
46
Kekesalan Bima
47
Berangkat ke kampung
48
Cerita si mbok
49
Menjadi abu-abu
50
Rasanya begitu berat
51
Rena sakit
52
Kebimbangan Bima
53
Tetap sesakit ini
54
Aku tidak sekuat itu
55
Pencarian Indah
56
Selir yang terabaikan
57
Menemui pengacara
58
Kemarahan Indah
59
Biarkan aku saja yang pergi!
60
Biar aku saja yang pergi!
61
Bertemu dengan Renata
62
Rencana Renata
63
Keseriusan Dava
64
Dia berbeda
65
Sidang pertama
66
Pembicaraan kami
67
Undangan Meeting
68
Jalannya meeting
69
Memilih pergi
70
Siapa mereka?
71
Undangan acara amal
72
Kepindahan Indah
73
Dava yang sunyi
74
Jebakan nyonya Rose
75
Renata di muka dua
76
Kelakuan nyonya Rose
77
Dia kasihan
78
Kesempatan lagi
79
Dia salah faham
80
Memilih pergi
81
Dia hamil
82
Pastikan kamu baik-baik saja
83
Kamu harus bangkit
84
Kepulangan Renata
85
Mereka benar-benar akan bercerai
86
Pengambilan Rumah Besar
87
Milikmu semua
88
Perubahan nasib
89
Kehidupan masing-masing
90
Kehidupan Bima
91
Menemukan jalan
92
Keputusan Renata
93
Lebih baik menikmatinya
94
Dia benar nyonya Rose
95
Kenyataan tentang nyonya Rose
96
Pengorbanan Bima
97
Egoisnya Renata
98
Membeli perlengkapan bayi
99
Ingin bersenang-senang
100
Kemarahan Bima
101
Indah menghubungi?
102
Masuk rumah sakit
103
Menjadi seorang ayah
104
Wanita paling tega
105
Kejamnya Renata
106
Benar-benar memilih pergi
107
Tante Girang
108
Lebih baik menghindar
109
Tidak tega
110
Bima mulai bangkit
111
Setelah 5 tahun
112
Pertemuan kembali
113
Di lamar anak kecil
114
Menikahi bidadari ayah
115
Bagaimana dengan Renata?
116
Renata (1)
117
Renata 2
118
Renata 3
119
Renata 4
120
Pertemuan Kembali (1)
121
Pertemuan Kembali (2)
122
Harus move on
123
Tentang Bima
124
Semua sudah berlalu
125
Akhirnya End
126
Bonus chapter 1
127
pengumuman
128
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!