POV Indah
Walaupun enggan, tapi demi Kanaya aku terpaksa ikut masuk ke dalam gedung bersama dengan Kanaya.
Aku baru tahu ternyata begini reoni di kota, bahkan penampilan menjadi topik utama, bahkan saat masuk red karpet sudah tergelar, setiap yang masuk membawa pasangan.
Mungkin hanya aku dan Kanaya yang tidak membawa pasangan.
Siapa aku?
Aku bukan salah satu dari mereka, aku hanya tersesat di sini dan harus masuk. Beberapa kali aku menutupi dadaku yang sedikit berbuka.
"Aya, aku nggak nyaman dengan gaun ini!" keluhku tapi Kanaya hanya tersenyum.
"Kamu cantik pakek gaun itu, kamu tinggal kasih PD aja, biar tambah cantik!"
Itu bukan sebuah solusi bagiku, di tempat asing ini aku tidak mengenal siapapun, memang siapa aku? kalau yang datang ke reoni ini teman-teman SMA ku tandanya aku berada di jalur yang tepat.
Ya, kecuali sih cowok menyebalkan itu ternyata dia satu angkatan dengan Kanaya, tahu begitu mending aku tidak usah ikut saja tadi, tapi semuanya sudah terlambat dan aku harus menikmati acara ini.
Beberapa cewek sedang mengerubutinya, tapi cowok sombong itu tetap bergaya dingin.
Sok ganteng banget jadi orang .....
Ya sih memang dia ganteng, tapi nggak gitu juga kan. Mas Bima juga ganteng, tapi dia nggak sombong.
Mas Bima lagi ngapain ya? Dia nyariin aku nggak ya?
Berharap banget pria yang sudah berstatus suami aku itu nyariin, setidaknya aku ngerasa di cintai.
Iya kan?
Tapi lagi-lagi tatapanku malah terarah pada pria itu, tidak di kampus tidak di tempat lain dia selalu saja tebar pesona. Heran aku kenapa banyak cewek-cewek yang mendekatinya padahal dia kan nggak baik.
Seandainya saja Mas Bima di sini dan mengajakku pergi, aku pasti tidak akan kesepian
"Aya!?"
Aku terkejut saat menoleh ke belakang ternyata Aya sudah tidak berada di belakangku.
Yang benar saja ...., buat apa coba ngajak aku ke sini ...., kesal banget rasanya karena ternyata Kanaya juga sedang sibuk dengan teman-temannya.
Aku semakin risih melihat tatapan para cowok-cowok itu, memang apa yang salah denganku.
Dengan cepat aku melihat penampilanku, melirik pantulan diriku dari dinding kaca di sebelahku.
Tidak ada yang aneh ....
"Hai, aku Ciko, boleh kenalan nggak?"
Aku harus apa?
Cowok di depanku sudah mengulurkan tangannya.
"Maaf, aku ke sini sama cowok aku!"
Dengan cepat aku berlalu dan memastikan cowok-cowok itu tidak mengikutiku.
Aku pun memilih untuk mengambil minuman dan beberapa camilan, setidaknya aku tidak akan kelaparan meskipun aku kesepian.
Beberapa kue dan minuman stroberry, tapi kayaknya lebih gelap dari biasanya.
Tak apalah, bingkin ini blue berry atau red berry ....
Aku memilih tempat duduk yang berada di pojok, sedikit menjauh dari keramaian.
Ku letakkan piringku di atas meja kecil, mulai ku teguk minuman itu dan rasanya ....
Kenapa aneh begini? Sangat menyengat ....
Rasanya hampir seperti soda, apa iya ini soda tapi bukan soda biasa, bahkan tenggorokanku terasa panas sekarang.
Entah sudah berapa kali aku meneguknya hingga gelasku kosong.
Karena penasaran aku mengambil satu gelas lagi yang sama, semakin aku meminum tubuhku semakin panas, rasanya aneh.
Aku tidak melanjutkan minumku, aku merasa seperti sedang berputar. Sambil menikmati pemandangan kota malam ini begitu indah dengan bintang-bintang yang terlihat bertambah banyak, bahkan bulan pun jadi dua.
"Di kampung tidak pernah ada pemandangan yang seperti ini!"
"Hahhhh, bulan jadi dua. Yang benar saja!"
Hingga suara langkah kaki seseorang menyadarkan aku di sisi lain sosok yang begitu Aku benci itu sedang berdiri dan menatap langit juga.
Ingin rasanya segera pergi tapi,
"Hei kamu, si menyebalkan!?"
Hahhh ...., ada apa denganmu, kenapa aku malah memanggilnya?
Aku memukul kepalaku agar kembali waras, tapi malah semakin pusing saja.
Mataku bahkan semakin samar, tapi dia bukan si pria menyebalkan itu, dia masa Bima. Mas Bima berjalan ke arahku.
"Mas, aku kangen ....!"
Kenapa dengan jalanku, kakiku tidak bisa lurus ....
Brukkkkk
Mas Bima menangkap tubuhku. Memang benar dia mas Bima?
Ehhh bukan!!!!
Dia cowok menyebalkan itu, aku harus melepaskan diri.
Ahhhh kenapa tidak bisa?
Kenapa wajah mas Bima ada jadi satu sama cowok menyebalkan ini.
"Kamu mabuk ya?"
"Enggak, aku nggak mabuk. Aku merindukanmu, sungguh!"
Cup
Bibirku menempel di bibir mas Bima yang separoh cowok menyebalkan itu. Tidak pa pa yang penting dia mas Bima.
"Astaga, Indah! Kamu mabuk ya!?"
"Enggak Aya! Sungguh!?"
POV off
Kanaya bingung harus melakukan apa pada Indah. Indah terus menggelayut manja pada Dava.
"Dava, bisa bantu kami kan? Tolong antar kami pulang. Aku takut di marahin sama keluarganya gara-gara dia mabuk!"
Tatapan pria itu begitu menakutkan dan langsung mendorong tubuh Indah ke arah Kanaya.
"Bukan urusan gue!"
Dava meninggalkan mereka begitu saja.
"Ya ampun, gue harus gimana? Indah sadar dong!?"
Dava yang sudah hendak pergi tiba-tiba melihat kembali ke belakang.
Hehhhh .....
Ia menghela nafas kesal dan kembali menghampiri Indah dan Kanaya.
"Sini!?"
Kanaya segera tersenyum, tiba-tiba Dava membopong tubuh Indah. Hal itu lagi-lagi menjadi pusat perhatian. Sedari tadi beberapa orang terlihat sudah mengabadikan moment indah yang tanpa sengaja mencium bibir Dava dan kini Dava menggendongnya.
"Bawa mobil kan?"
"Iya bawa!"
Kanaya segera mengambil mobilnya yang terparkir. Dava memasukkan Indah ke dalam mobil dan ia pun ikut di bagian belakang. Kanaya yang mengemudikan mobilnya.
"Kamu tahu, aku begitu membencimu!" celoteh Indah kembali memenuhi isi mobil.
"Sama!" Dava ternyata tidak mau kalah.
Kanaya hanya bisa menggelengkan kepala mendengarkan percakapan orang waras dan orang mabuk itu.
Ternyata mereka cocok banget, baru tahu cinta dan benci itu beda-beda tipis ....
"Aku heran kenapa kamu selalu ada di mana-mana dan lelaki menyusahkan ku!?"
"Bukan urusan kamu!"
"Kamu menciumiku tanpa permisi, bagaimana bisa bukan urusanku!?"
"Dasar pria sombong, siapa yang menciummu, hehhh? Mana mungkin aku menciummu! Aku mencium suamiku!"
"Bicaramu benar-benar ngaco!"
"Sudah tahu mabok, masih juga di ajak debat!" gumam Kanaya.
Dava hanya menatap kesal ke arah Kanaya dan mengalihkan tatapan ke luar.
Aku bisa kehilangan kewarasan gara-gara menanggapi orang mabuk ....
Hingga akhirnya mobil pun sampai juga di depan apartemen Indah.
Kanaya hanya melihat dari kartu identitas Indah.
"Benar di sini tempat tinggalnya?" Dava mengamati apartemen di depannya itu.
"Berdasarkan kartu namanya, iya sih!"
"Ya udah deh, Lo turun dan tanya ke penjaga!"
"Baik!"
Kanaya pun turun dan menanyakan perihal Indah pada penjaga.
"Oh iya benar!"
"Di lantai berapa ya!?"
"Mari saya antar!"
Dava pun menurunkan Indah dari mobil. Ia kembali membopong Indah dan mengikuti penjaga bersama Kanaya juga.
Hingga sampailah mereka di depan sebuah pintu. Penjaga memencet bel dan seseorang segera membukanya.
Tatapan Bima langsung tertuju pada indah yang tengah di bopong.
"Kenapa dia?"
Dava langsung menurunkan Indah,
"Mas Bima ...!" Indah langsung memeluk Bima tapi kini tatapan Bima beralih pada pria yang baru saja menurunkan Indah begitupun dengan Dava. Mereka seperti sedang saling berdebat dengan matanya.
"Terimakasih sudah mengembalikan dia, kalian boleh pergi!"
Dava tanpa permisi langsung meninggalkan tempat itu, sedangkan Kanaya hanya bisa berlari menyusul Dava.
"Kami permisi tuan Bima!" penjaga masih berpamitan.
"Iya!"
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Sunarti
wah ada saingannya Bima
2022-12-24
0
Ika Purbaningsih
indah tuh polos ayo bodoh sih, masak sampe minuman beralkohol aja GK tau, untung aja GK ada yg curi kesempatan,
2022-08-12
1
Eka Bundanedinar
sukurin tuh istrimu diambil orang.. jngan sampe dava mnfaatin indah
2022-08-09
1