"Nanti setelah Dio ke sini kita bisa langsung berpamitan untuk berangkat!"
Bima kembali membahas rencananya untuk kembali ke kota.
"Iya mas!"
Indah sebenarnya berat untuk ikut ke kota, kehidupan di kota belum terbayangkan sedikitpun olehnya. Ia bahkan paling jauh hanya pergi ke sekolah dan pasar tempatnya berbelanja.
"Kamu keberatan, Iya nya kok terpaksa banget?" Bima mengusap pipi Indah dan menakupnya.
"Bukan begitu mas, hanya Indah rasanya ragu bisa menyesuaikan diri di kota nanti, gimana kalau aku malu-maluin mas Bima di sana?"
Bima tersenyum dan mendongakkan kepala Indah hingga bisa mencapai wajahnya,
"Nggak akan Indah! lagi pula semua bisa di pelajari di kota, kamu juga kayaknya mudah beradaptasi jadi bukan hal yang sulit untuk tinggal di sana!"
Indah tersenyum, "Terimakasih ya mas, atas pengertiannya! Indah beruntung karena menikah dengan mas Bima!"
Bima mengusap kepala Indah,
"Sudah lanjutkan! aku keluar dulu, aku cek apa Dio sudah datang apa belum sekalian mau ada yang di bicarakan sama mbok!"
"Iya mas!"
Bima pun akhirnya keluar dari kamar dan menghampiri mbok yang telah berjasa membesarkan Indah.
"Nak Bima!"
"Maaf Bima ganggu pekerjaan mbok, bisa kita bicara sebentar!?"
"Iya mari nak, duduklah!"
Terlihat rumah sudah sepi, sepertinya para kerabat sudah kembali ke rumahnya masing-masing setelah menyelesaikan pekerjaannya di rumah mbok.
"Mbok, saya akan bawa Indah ke kota. Mbok tidak masalah kan setelah ini?"
"Tidak nak Bima, asal semua demi kebaikan Indah, mbok rela!"
"Kalau masalah biaya hidup, mbok jangan khawatir." Bima mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya, "Ambilah ini untuk mbok!"
Sebuah kartu ATM, "Saya akan mengirimkan uang setiap bulannya untuk mbok, pin nya tanggal lahir Indah!"
"Ya Allah nak Bima, mbok tidak tahu harus mengatakan apa lagi atas kebaikan nak Bima!"
"Ini hanya kecil saja mbok sebagai balasan karena mbok sudah berjasa membesarkan dan merawat Indah selama ini!"
"Mbok terima ini nak, semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia sampai maut memisahkan!"
"Bima keluar dulu, sepertinya teman Bima sudah datang!" Bima pun segera berdiri dan meninggalkan orang tau angkat Indah.
Ia menemui Dio yang baru saja datang.
Di kamar, Indah segera mengemasi beberapa baju dan barang pribadinya, sebenarnya nyonya Rose melarang untuk membawa apa-apa karena nanti di sana sudah di sediakan semuanya oleh mereka begitupun dengan Bima. Tapi rasanya sayang meninggalkan beberapa barang yang menurutnya penuh dengan kenangan.
Tiba-tiba terdengar suara deringan ponsel, Indah yang merasa itu bukan nada deringnya pun jadi penasaran. Ia melihat ponsel yang tengah di cas.
"Ohhh punyanya mas Bima ternyata!"
Deringan itu berhenti karena Tidak ada yang menjawabnya, Indah sengaja mengabaikannya karena itu barang pribadi suaminya.
Tapi baru memasukkan beberapa barang ke dalam tas, ponsel itu kembali berdering dan Indah masih mencoba untuk mengabaikannya.
Hingga deringan itu berulang beberapa kali membuat Indah penasaran untuk melihat siapa yang sedang melakukan panggilan.
"Rena!" gumam Indah saat membaca nama pemilik panggilan itu, "Apa aku angkat aja ya?"
"Tapi kalau mas Bima marah gimana?"
Indah merasa ragu untuk menjawab telpon itu hingga deringan kembali berhenti, tapi beberapa detik kemudian deringan itu kembali muncul dari nama yang sama.
"Ini sudah sepuluh kali, mungkin ada yang penting!" Indah pun bergegas menggeser tombol hijau dan telepon tersambung.
"Hallo!"
"Hallo ini siapa ya? Ini benar ponselnya Bima kan?"
"Iya benar, aku_!" ucapannya terpotong saat tiba-tiba sebuah tangan merebut paksa ponsel itu.
Ternyata Bima,
"Lancang sekali sih angkat-angkat telpon orang!"
Indah benar-benar terkejut dengan kata-kata kasar dari Bima. Ia sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi, Bima segera mengibaskan tangannya setelah sadar telah membentak Indah, ia pun berlalu untuk mengangkat telpon.
"Mas Bima kenapa bisa marah seperti itu sama aku!?" gumamnya, hatinya terasa begitu sakit saat mengingat bagaimana suaminya membentak nya karena kesalahan kecil.
"Walaupun kecil, tapi tetap saja aku salah kan? Tidak seharusnya aku menjawab telpon milik mas Bima!Aku harus minta maaf!"
Indah pun memutuskan untuk menyusul sang suami. Ia ingin segera memanggilnya dan minta maaf, tapi terlihat suaminya belum selesai bicara.
"Aku akan jelaskan saat aku kembali!"
"...."
"Jangan khawatir, tapi jangan temui aku dulu sebelum aku mendatangimu!"
"..."
"Nanti aku jelaskan, jangan tanya sekarang!"
Saat menyadari Indah berada di dekatnya, Bima pun segera mengakhiri sambungan telponnya.
"Sudah dulu ya, sampai jumpa besok!"
Bima mematikan paksa ponselnya dan segera menyimpan benda pipih itu di saku celananya.
"Mas, tadi aku_!" Indah berusaha untuk menjelaskan tapi Bima segera memotong ucapannya.
"Maafkan aku ya, aku sudah membentak kamu!"
"Enggak mas, Indah yang salah! Nggak seharusnya Indah sembarangan angkat telpon mas Bima!"
Srekkkkk
Bima pun langsung menarik tubuh Indah ke dalam pelukannya,
"Terimakasih ya atas pengertian kamu, aku akan jelaskan siapa yang baru aja telpon aku!"
"Nggak usah mas, aku percaya kok sama mas Bima!"
"Terimakasih ya, bagaimana sudah siap belum?"
"Masih kurang sedikit sih mas!"
"Maaf ya, aku hanya takut kita kemalaman saja, perjalanan kita cukup jauh! Pesawatnya juga akan berangkat dua jam lagi, aku sudah terlanjur pesan tiket hari ini!"
"Iya mas nggak pa pa, aku siap-siap dulu ya!"
Setelah berpamitan pada keluarga pengasuh Indah, mereka pun berangkat ke bandara hanya dengan Dio, asisten pribadi Bima. Bima sengaja tidak mau di antar oleh mereka.
Butuh waktu satu jam untuk sampai di bandara, menunggu sebentar di ruang tunggu akhirnya pesawat pun berangkat.
Tepat saat matahari tenggelam mereka sampai di Jakarta. Sopir sudah menyambutnya kedatangan mereka, Dio membantu membawakan barang bawaan mereka di bantu dengan sopir.
"Maaf tuan muda, tuan dan nyonya meminta tuan dan nona muda untuk langsung menuju ke rumah utama!" ucap Dio saat mereka akan memasuki mobil dengan model long itu.
"Saya tidak ada waktu, kami akan langsung ke apartemen!"
"Tapi tuan muda, tuan muda harus setuju!"
"Suka sekali memaksa!" gumamnya pelan. Terlihat sekali kalau Bima tidak suka di paksa tapi ia juga tidak bisa menolak.
Indah pun langsung menggengam tangan suaminya, "Nggak pa pa mas, lagi pula ini pertama kalinya aku ke rumah orang tua kamu kan mas!"
Melihat wajah penuh harap dari Indah, Bima seolah tidak bisa mengelak.
"Baiklah kita ke sana!" akhirnya Bima menyerah.
"Baik tuan!"
Mobil pun meninggalkan parkiran bandara, setelah menempuh perjalanan selama setengah jam akhirnya mereka sampai juga di sebuah rumah besar dengan nuansa Eropa.
Indah menatap kagum dengan rumah itu, bahkan kantor desa di kampung Indah tidak sebesar rumah itu, rumah dengan lantai tiga yang di dominasi dengan warna putih dengan pilar-pilar besar nan panjang yang menjadi penyanggahnya.
"Rumahnya besar sekali mas!"
Indah terus melingkarkan tangannya di lengan sang suami, menatapi pemandangan yang luar biasa di depannya.
"Ini lebih besar dari museum mas!"
Bima hanya tersenyum dan mengusap kepala Indah,
"Kamu nyonya nya di sini! Jadi jangan merasa rendah!"
"Ihhh mas Bima, aku berasa terbang sekarang!"
"Jangan dulu, aku nggak bisa ikut kamu kalau kamu terbang!"
"Mas Bima ihhh becanda terus!"
Kedatangan mereka langsung di sambut oleh papa dan mama Bima, wanita dengan penampilan modis itu langsung memeluk Indah membuat Bima sedikit menjauh dari Indah.
Beberapa pelayan langsung mengambil tas mereka dan di bawa ke kamar Bima.
"Akhirnya kalian datang juga, mama benar-benar sampai menunggu lama!" Mama Rose melirik pada putranya yang menatap dengan tatapan dingin.
Indah tersenyum, "Terimakasih sudah menerima Indah dengan sangat baik, ma!" Ia cukup bersyukur karena di tempat barunya ia bisa di terima dengan baik.
"Iya sayang! Oh iya kenalkan dulu, ini kepala pelayan di rumah ini, jadi nanti kalau kamu butuh sesuatu tinggal minta dia saja, namanya bi Nur!" mama Rose memperkenalkan wanita seumurannya yang tengah berdiri tidak jauh dari mereka, sepertinya memang sedari tadi bi Nur yang memberi aba-aba pada beberapa pelayan untuk melakukan pekerjaannya.
"Salam kenal bi Nur!"
"Selamat datang di rumah ini nona Indah!"
"Perkenalannya sudah, sekarang kita makan malam, kalian pasti sudah lapar, mama sudah minta koki buat masak yang spesial hari ini!"
Hahhh ...., bahkan rumah ini punya koki, kayak di restauran aja, atau di hotel!!!
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga yang banyak biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @ tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
pasti telpon dr istrinya. kasian Indah
2024-11-08
0
Erni Cahaya Nst
kasian indah lanjut thor😭😭😭
2022-12-28
0
Sunarti
mg aja kedua orng tua Bima baik sama Indah
2022-12-23
0