Aku hanya sepupu?

"Kalian benar hanya sepupuan?" pertanyaan itu yang tiba-tiba muncul di sela makan kita.

Aku hampir tersedak mendengarnya, segera ku minum air putih di depanku.

Jadi mas Bima bilang sama mas Bram kalau aku sepupuan sama dia?

"Kenapa apa ada yang salah sama pertanyaanku?"

Mungkin mas Bima punya maksud tersendiri dengan mengatakan aku sepupunya ....

"Benar!" aku terpaksa berbohong.

"Beneran? Bima kok dulu nggak pernah cerita sih punya sepupu secantik kamu!?"

"Mungkin lupa mas!"

Mas Bram adalah teman mas Bima, mungkin dia hanya ingin mengetes ku saja.

"Kamu serius? Aku kok nggak percaya sih!"

"Mas Bram bisa tanya langsung sama mas Bima soal itu!"

"Ya bukan gitu, maksudnya aku mengenal Bima dan orang-orang yang dekat dengan Bima!"

"Maksudnya?"

"Ya semua kehidupan Bima, kami sudah sahabatan dari kecil!"

Aku tidak tahu harus beralasan apa, aku takut jika nantinya malah keceplosan.

Melihat aku diam, sepertinya mas Bram juga tidak mau mencecarku dengan pertanyaan lagi.

"Cepetan makan, keburu Dio datang!"

Aku tersenyum ternyata mas Bram orangnya pengertian juga,

"Baiklah!"

Benar saja, baru saja makan kami habis, Dio datang.

"Maaf saya datang terlambat!"

"Tidak pa pa!"

Aku beralih menatap mas Bram.

"Terimakasih ya atas traktirannya, lain kali aku akan mengundang mas Bram ke rumah kamu buat makan!"

"Ya pasti, aku tunggu saatnya tiba!"

Aku segera meninggalkan restauran itu bersama Dio.

"Mas Bram pemilik restauran itu ya? Tapi beberapa waktu lalu mas Bima bilang kalau mas Bram sibuk syuting, yang benar yang mana ya?" Dio yang aku tanyai hanya menatapku dari kaca kecil yang tergantung di depan.

"Aku kan bertanya baik-baik!"

"Sebaiknya nona jangan banyak bertanya, atau kalau nona mau bisa nona tanyakan langsung pada tuan muda!"

"Begitu ya! Oh iya, apa mas Bima juga belum pulang?"

"Nona di minta untuk menunggu tuan di rumah!"

"Selalu seperti itu, aku pasti bosan nanti di rumah kalau sendirian!"

"Tuan akan segera menelpon nona setelah sampai!"

Setelah mengantarku pulang, Dio langsung putar arah. Aku tahu hari ini akan kesepian tanpa siapapun di rumah.

Bicara dengan Dio susah-susah gampang. Dia paling susah di korek informasinya.

Ponselku berdering, ternyata mas Bima dengan cepat aku menerima telpon darinya,

"Kamu sudah pulang?"

"Ini baru sampai!"

"Maaf hari ini aku pulang telat, kamu tidak usah nunggu aku. Tidurlah dulu!"

Tiba-tiba sambungan telpon terputus sebelum aku sempat melayangkan protes.

Hehhhh ....

Mau bagaimana lagi, suamiku begitu sibuk.

Aku segera masuk ke dalam apartemen. Mengisi waktu luang ku dengan mengerjakan tugas kuliah pertamaku.

Hingga larut malam mas Bima belum juga pulang. Saat pagi ketika aku bangun tidur ternyata mas Bima juga sudah bersiap hendak ke kantor.

"Mas, mas Bima yakin berangkat sepagi ini? Indah belum buat sarapan loh!?"

"Maaf akhir-akhir ini aku akan sangat sibuk, kamu tidak pa pa kan nanti berangkat sendiri?"

"Dio?"

"Dia tidak bisa mengantar jemput kamu terus, kan kamu juga sudah tahu jalan ke kampus, kamu bisa pesan taksi online. Lagi pula uang jajannya cukup kan?"

"Cukup kok mas!"

Hampir setiap hari mas Bima selalu pulang malam saat aku sudah tidur bahkan sekali waktu ia juga tidak pulang. Alasannya selalu sama, dia lembur dan lembur.

Aku terasa seperti hidup sendiri di apartemen ini, menjadi penghuni sendiri dan menghabiskan waktu sendiri. Mengisi waktu luang dengan berbagai aktifitas. Memasak seperti saat di tempat kursus dan mengerjakan tugas kuliah.

Sudah satu bulan dan kehangatan kami sebagai sepasang suami istri seakan hilang. Mas Bima yang manis saat di kampung itu sekarang berubah menjadi begitu dingin.

"Dorrr!!!!"

"Astaga, kamu mengagetkanku saja!?" keluhku pada Kanaya. Dia ikut duduk di sampingku.

"Nggak malu tuh sama buku, bengong terus!? Ada apa? Ada masalah? Cerita dong!"

Aku memang butuh teman buat cerita, siapa tahu aku dapat pencerahan. Aku pun segera menutup bukuku dan menatap Kanaya.

"Aya, kira-kira kamu tahu nggak jika seseorang yang awalnya manis lalu tiba-tiba berubah menjadi dingin dan tidak peduli, kira-kira ada apa ya?"

"Kamu lagi bertengkar sama cowok kamu? Kamu sudah punya cowok?"

Langsung ke bekap mulut Kanaya karena semua orang memperhatikan kami,

"Jangan keras-keras!"

"Jadi bener kamu udah punya cowok?" Sekarang kanaya menanyaiku dengan suara pelan.

Aku hanya mengangguk, mungkin tidak pa pa jika aku mengatakan kalau mas Bima cowok, bukan suami.

"Pantes aja nggak tertarik sama Dava, memang sekeren apa sih cowok kamu?"

"Hehhhh, kok jadi bahasnya lain sih. Ayolah kasih aku solusi!"

"Jadi ada beberapa kemungkinan cowok yang dulu perhatian tiba-tiba berubah menjadi dingin. Yang pertama, dia udah punya pengganti kamu, atau yang ke dua ini jauh lebih jahat, kamu hanya di jadiin pelarian sementara, setelah bosan di tinggal deh dan kembali ke cewek aslinya!"

"Kok gitu sih!?"

"Emang kayak gitu kenyataannya Indah, cowok itu nggak ada yang seratus persen bener-bener cinta!"

Apa ia mas Bima punya selingkuhan di luar sana?

Aku malah semakin gundah mendapatkan solusi dari Kanaya.

"Sudah deh, dari pada kamu bete menunggu cowok yang nggak pasti. Ikut aku reoni yukkk!"

"Reoni apa?"

"Reoni SMA!"

"Kita kan nggak satu SMA, ngapain aku ikut?"

"Temenin aku, lagi pula kan aku belum punya pacar. Masak aku mau datang sendiri, please ...., ikut ya. Sambil lihat-lihat cowok ganteng!"

Nggak pa pa kali ya, dari pada aku di rumah suntuk. Lagi pula kan juga aku nggak ada jadwal kursus ....

"Baiklah!"

"Okey, ayo...!"

"Kemana? Masak reoninya sekarang?" Kanaya tiba-tiba menarik tanganku.

"Kita ke butik dulu cari gaun buat nanti malam sekalian ke salon!"

Aku pun hanya bisa pasrah, ikut Kanaya bukan ide yang buruk. Lagi pula aku perginya dengan teman cewek bukan teman cowok.

...***...

Akhirnya kami sampai juga di sebuah gedung yang menjadi tempat di diadakannya reoni.

"Kalau temen-temen kamu tanya gimana?" aku kembali ragu untuk masuk.

"Tinggal bilang deh, kamu temen aku. Repot banget! Ayo...!"

Kanaya kembali menarik tanganku, tapi langkahku kembali terhenti saat mendengar suara motor yang begitu aku kenal.

"Tunggu, tunggu ..... Ada cowok nyebelin itu juga?"

Kanaya tersenyum hingga memperlihatkan gigi-gigi ratanya,

"Ya begitulah, aku lupa bilang ya kalau dia juga teman satu angkatan denganku?"

"Tau gitu aku nggak ikut deh!"

"Kan udah terlanjur, gaunnya mahal loh. Kau yang bayarin lagi, jangan Sampek nggak jadi ya, please ....!?"

Aku menatap gaun yang tengah melekat di tubuhku, memang mahal dan Kanaya yang membelikannya. Harganya bahkan jika aku bekerja di toko akan butuh waktu dua bulan untuk bisa membeli gaun yang aku pakai sekarang.

Sayang banget uangnya ....

Sepertinya aku memang terjebak di kampus orang-orang elit hingga uang bukan menjadi masalah utama.

Bersambung

Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya

Follow akun Ig aku ya

IG @tri.ani5249

Happy Reading 🥰🥰🥰🥰

Terpopuler

Comments

Evy

Evy

Reuni...

2024-11-17

0

Sunarti

Sunarti

mungkin bisa aja Indah istri siri Bima

2022-12-24

0

Ika Purbaningsih

Ika Purbaningsih

Bima SM Rena tuh udah nikah siri pasti,,, jahat banget Bima, diam2 menyakitkan,,

2022-08-12

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ciuman pertama
3 Mendambakannya
4 Kehidupan baru di mulai
5 Aroma yang berbeda
6 Melakukan Perubahan
7 Salah sasaran
8 Mengkhawatirkan Indah
9 Rumah baru
10 Si menyebalkan
11 Ternyata dia chef
12 Aku hanya sepupu?
13 Istri Siri Bima
14 Salah Minum
15 Aku mencintaimu Mas!
16 Pulang pagi
17 Hari patah hati seantero kampus
18 Pacar kontrak
19 Kegalauan Indah
20 Bukan parfum yang sama
21 Gambeknya Indah
22 Apa kamu mencintainya?
23 Ke pantai
24 Mencoba untuk bersikap baik
25 Rencana nyonya Rose
26 Perasaan Dava
27 Curhatan Bima
28 Rena yang sakit
29 Perkelahian
30 Indah mencari tahu
31 Mengetahui kebenaran
32 Menenangkan diri
33 Kecemasan Bima
34 Rencana Indah
35 Merasa muak
36 Menghindar dulu
37 Tidur terpisah
38 Serangan Balik
39 Jangan meremehkan ku!
40 Ke rumah besar
41 Pernah sedekat itu
42 Konspirasi macam apa?
43 Meretas data
44 Isi flashdisk
45 Tuan Hadi Wijaya
46 Kekesalan Bima
47 Berangkat ke kampung
48 Cerita si mbok
49 Menjadi abu-abu
50 Rasanya begitu berat
51 Rena sakit
52 Kebimbangan Bima
53 Tetap sesakit ini
54 Aku tidak sekuat itu
55 Pencarian Indah
56 Selir yang terabaikan
57 Menemui pengacara
58 Kemarahan Indah
59 Biarkan aku saja yang pergi!
60 Biar aku saja yang pergi!
61 Bertemu dengan Renata
62 Rencana Renata
63 Keseriusan Dava
64 Dia berbeda
65 Sidang pertama
66 Pembicaraan kami
67 Undangan Meeting
68 Jalannya meeting
69 Memilih pergi
70 Siapa mereka?
71 Undangan acara amal
72 Kepindahan Indah
73 Dava yang sunyi
74 Jebakan nyonya Rose
75 Renata di muka dua
76 Kelakuan nyonya Rose
77 Dia kasihan
78 Kesempatan lagi
79 Dia salah faham
80 Memilih pergi
81 Dia hamil
82 Pastikan kamu baik-baik saja
83 Kamu harus bangkit
84 Kepulangan Renata
85 Mereka benar-benar akan bercerai
86 Pengambilan Rumah Besar
87 Milikmu semua
88 Perubahan nasib
89 Kehidupan masing-masing
90 Kehidupan Bima
91 Menemukan jalan
92 Keputusan Renata
93 Lebih baik menikmatinya
94 Dia benar nyonya Rose
95 Kenyataan tentang nyonya Rose
96 Pengorbanan Bima
97 Egoisnya Renata
98 Membeli perlengkapan bayi
99 Ingin bersenang-senang
100 Kemarahan Bima
101 Indah menghubungi?
102 Masuk rumah sakit
103 Menjadi seorang ayah
104 Wanita paling tega
105 Kejamnya Renata
106 Benar-benar memilih pergi
107 Tante Girang
108 Lebih baik menghindar
109 Tidak tega
110 Bima mulai bangkit
111 Setelah 5 tahun
112 Pertemuan kembali
113 Di lamar anak kecil
114 Menikahi bidadari ayah
115 Bagaimana dengan Renata?
116 Renata (1)
117 Renata 2
118 Renata 3
119 Renata 4
120 Pertemuan Kembali (1)
121 Pertemuan Kembali (2)
122 Harus move on
123 Tentang Bima
124 Semua sudah berlalu
125 Akhirnya End
126 Bonus chapter 1
127 pengumuman
128 Pengumuman
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Prolog
2
Ciuman pertama
3
Mendambakannya
4
Kehidupan baru di mulai
5
Aroma yang berbeda
6
Melakukan Perubahan
7
Salah sasaran
8
Mengkhawatirkan Indah
9
Rumah baru
10
Si menyebalkan
11
Ternyata dia chef
12
Aku hanya sepupu?
13
Istri Siri Bima
14
Salah Minum
15
Aku mencintaimu Mas!
16
Pulang pagi
17
Hari patah hati seantero kampus
18
Pacar kontrak
19
Kegalauan Indah
20
Bukan parfum yang sama
21
Gambeknya Indah
22
Apa kamu mencintainya?
23
Ke pantai
24
Mencoba untuk bersikap baik
25
Rencana nyonya Rose
26
Perasaan Dava
27
Curhatan Bima
28
Rena yang sakit
29
Perkelahian
30
Indah mencari tahu
31
Mengetahui kebenaran
32
Menenangkan diri
33
Kecemasan Bima
34
Rencana Indah
35
Merasa muak
36
Menghindar dulu
37
Tidur terpisah
38
Serangan Balik
39
Jangan meremehkan ku!
40
Ke rumah besar
41
Pernah sedekat itu
42
Konspirasi macam apa?
43
Meretas data
44
Isi flashdisk
45
Tuan Hadi Wijaya
46
Kekesalan Bima
47
Berangkat ke kampung
48
Cerita si mbok
49
Menjadi abu-abu
50
Rasanya begitu berat
51
Rena sakit
52
Kebimbangan Bima
53
Tetap sesakit ini
54
Aku tidak sekuat itu
55
Pencarian Indah
56
Selir yang terabaikan
57
Menemui pengacara
58
Kemarahan Indah
59
Biarkan aku saja yang pergi!
60
Biar aku saja yang pergi!
61
Bertemu dengan Renata
62
Rencana Renata
63
Keseriusan Dava
64
Dia berbeda
65
Sidang pertama
66
Pembicaraan kami
67
Undangan Meeting
68
Jalannya meeting
69
Memilih pergi
70
Siapa mereka?
71
Undangan acara amal
72
Kepindahan Indah
73
Dava yang sunyi
74
Jebakan nyonya Rose
75
Renata di muka dua
76
Kelakuan nyonya Rose
77
Dia kasihan
78
Kesempatan lagi
79
Dia salah faham
80
Memilih pergi
81
Dia hamil
82
Pastikan kamu baik-baik saja
83
Kamu harus bangkit
84
Kepulangan Renata
85
Mereka benar-benar akan bercerai
86
Pengambilan Rumah Besar
87
Milikmu semua
88
Perubahan nasib
89
Kehidupan masing-masing
90
Kehidupan Bima
91
Menemukan jalan
92
Keputusan Renata
93
Lebih baik menikmatinya
94
Dia benar nyonya Rose
95
Kenyataan tentang nyonya Rose
96
Pengorbanan Bima
97
Egoisnya Renata
98
Membeli perlengkapan bayi
99
Ingin bersenang-senang
100
Kemarahan Bima
101
Indah menghubungi?
102
Masuk rumah sakit
103
Menjadi seorang ayah
104
Wanita paling tega
105
Kejamnya Renata
106
Benar-benar memilih pergi
107
Tante Girang
108
Lebih baik menghindar
109
Tidak tega
110
Bima mulai bangkit
111
Setelah 5 tahun
112
Pertemuan kembali
113
Di lamar anak kecil
114
Menikahi bidadari ayah
115
Bagaimana dengan Renata?
116
Renata (1)
117
Renata 2
118
Renata 3
119
Renata 4
120
Pertemuan Kembali (1)
121
Pertemuan Kembali (2)
122
Harus move on
123
Tentang Bima
124
Semua sudah berlalu
125
Akhirnya End
126
Bonus chapter 1
127
pengumuman
128
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!