Mendambakannya

Indah mulai membuka matanya, ia merasakan tubuhnya begitu berat bahkan saat ini ia merasakan sebelah buah dadanya sedang ada yang mengepal.

Mata Indah perlahan fokus pada tangan yang sudah menyusup di balik piyama tidurnya,

"Tangan!?" gumamnya pelan. Selain itu ia juga merasakan sesuatu yang menindih pangkal pahanya.

Perlahan ia menoleh ke samping, hampir saja ia berteriak tapi segera ia tutup mulutnya rapat-rapat dengan telapak tangannya.

Mas Bima, jadi yang semalam bukan mimpi?

Bahkan saat ini kancing piamanya sudah terbuka semua hingga menampilkan bra merahnya dengan tangan yang berada di balik bra itu.

Aku harus gimana?

Indah sedikit menggerakkan tubuhnya tapi ia merasakan remasan di dadanya.

Ia juga merasakan ada yang keras yang tengah menempel di paha sebelah kirinya,

Ada yang keras juga ....

"Sayang, aku merindukanmu!?" tiba-tiba Bima menyusupkan kepalanya di leher Indah dengan tangan yang semakin meremas buah dada Indah.

Indah merasakan tubuhnya seperti tengah di sengat aliran listrik bertegangan tinggi.

"Mas!?"

Bima yang mendengarkan suara Indah segera membuka matanya dan menjauhkan tubuhnya dari tumbuh Indah.

"Indah, maafkan aku!"

Indah menggelengkan kepalanya, ia segera bangun dan merapikan kancing piamanya,

"Tidak pa pa mas, kalau mas Bima menginginkannya. Indah tidak akan menolak!"

"Jangan! Aku nggak mau melakukannya karena Indah ingin menyenangkanku saja! Nanti saja, kita masih banyak waktu setelah ini!"

Alasan Bima cukup bisa di mengerti oleh Indah.

"Iya mas!"

"Sudah siang, aku mandi dulu ya!" Bima segera menyambar handuknya dan keluar dari kamar.

Indah terduduk lemas di atas tempat tidur, ia kembali mengingat bagaimana Bima menyentuh buah dadanya.

"Indah, Indah sadar ...., jangan pikirkan itu terus!" Indah memukul kepalanya karena selalu berpikir mesum.

Indah pun akhirnya juga memutuskan untuk  mandi, Bima hari ini akan  mengajaknya kembali ke kota. Ia juga belum menyiapkan semuanya.

Setelah mandi, ia keluar kamar untuk membantu yang lainnya memasaki.

Tapi saat berada di depan pintu, ia terpaku melihat Bima kembali dengan memakai celana pendek tanpa baju atasan, hanya handuk yang melingkar di lehernya dan lagi baju kotor yang menggantung di lengannya.

Bima lupa membawa baju gantinya tadi karena buru-buru ingin memanjakan juniornya. Itulah kenapa dia lama di kamar mandi.

Indah malah tercengang di tempatnya. Bagaimana tidak, seperti malaikat tanpa baju.

Ya Allah kebaikan apa yang aku lakukan di masa lalu hingga bisa ketemu sama malaikat tampan di bumi?

"Kamu kenapa?" pertanyaan itu menyadarkannya, ia sampai tidak sadar saat ini Bima sudah berdiri tepat di depannya.

Ia melihat sekitar, ternyata banyak pasang mata yang juga tengah memperhatikan betapa seksi tubuh suaminya itu.

    "Ya ampun mas, masuklah!" Indah dengan cepat menarik tangan suaminya masuk ke dalam kamar saat menyadari tatapan para kerabat yang menatap penuh kekaguman pada sosok suaminya itu.

    "Ada apa sih Ndah? Kenapa tarik-tarik?"

Bima merasa heran dengan apa yang di lakukan oleh sang istri,

"Mas jangan lama-lama di luar seperti itu!"

"Kenapa?"

"Ya ampun mas! Kamu nggak melihat butuh mas itu jadi sorotan publik!"

Bima tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Kamu ini ada-ada aja!?"

"Indah serius! Itu sangat menggoda!" Indah menatap ke arah perut suspek sangat suami.

"Ini maksudnya?"

Bima mengangkat kedua tangannya bak binaragawan yang tengah memperlihatkan otot-otot besarnya.

Seketika pipi Indah memerah menahan malu karena ketahuan mengagumi tubuh suaminya. Dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Bukan begitu mas!"

Dia benar-benar malu sendiri, ini pengalaman pertamanya mengagumi seorang pria, apalagi ini pria asing yang tiba-tiba mengikatnya ke dalam sebuah hubungan suci.

    "Lalu?" Bima mengusap rambutnya yang basah, semakin seksi dengan rambut halus yang tumbuh di dadanya.

    "Mas, tubuh mas Bima itu jadi pusat perhatian para kerabat!"

    Mendengarkan ucapan Indah, Bima semakin melebarkan senyumnya, ia pun kembali memperhatikan tubuhnya yang masih telanjang dada, terlihat otot-otot tubuhnya saling menonjol walaupun tanpa melakukan hal yang seperti tadi, dada dan perutnya yang membentuk lekukan-lekukan bekas olah raga pasti sangat menggoda orang-orang yang melihatnya.

"Baiklah, lain kali aku akan menjaganya! Biar cukup orang-orang tertentu saja yang melihatnya."

Lagi-lagi Indah tidak bisa menyembunyikan ketertarikan pada pemilik tubuh itu, ia hanya tersenyum malu tanpa bisa membalas ucapan sang suami.

    Bima yang orang kota, dia adalah pria berpendidikan dengan lulusan terbaik di salah satu universitas ternama di inggris, menjadi pengusaha muda yang cukup sukses  itu awalnya menolak tegas perjodohan ini.

Jelas Indah begitu tidak sebanding dengan pria dua puluh tujuh tahun ini yang memiliki segudang prestasi, tapi saat pertama kali melihat Indah, kesal gadis kampung yang kumel dan dekil tidak terlihat dari Indah.

Bahkan indah terbilang sangat mampu bersaing dengan wanita-wanita kota yang berkelas.

Di tambah lagi setelah mendapatkan cerita dari mamanya kalau Indah sebenarnya putri dari sahabat papanya yang sudah meninggal, Bima jadi mengerti jika Indah begitu cantik karena nyatanya Indah tidak benar-benar dari kampung, dia hanya tidak beruntung karena harus tinggal di kampung.

    Bima kembali memperhatikan istrinya itu, dia ternyata tampak semakin seksi dengan dress berwarna merah muda dengan motif bunga kecil dan belahan depan yang sedikit rendah hingga dua gundukan yang sempat ia pegang begitu pas di tangannya itu seperti siap meloncat dari tempatnya yang sesak.

"Indah!"

"Iya?"

Gila kamu Bima, kendalikan dirimu ....

"Kamu cantik!"

Bima segera mengalihkan tatapannya dan berjalan mencari baju gantinya.

"Mas, baju gantinya sudah Indah siapkan!"

"Terimakasih!" Bima hendak keluar kembali tapi Indah segera mencegahnya,

    "Mas mau ke mana?"

    "Mau ke kamar mandi!"

    "Itu, di sini ada kamar mandinya!" Indah menunjuk pintu yang ada di samping lemari besar. Bima yang sudah hampir mencapai pintu keluar segera kembali.

    "Jadi_!"

"Iya mas, maaf!" Indah mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

    "Aku ganti baju dulu!"

Tidak berapa lama Bima keluar dari kamar mandi,

"Gimana, hari ini sudah siap kan berangkat ke kota?"

"Iya mas, tapi Indah belum siap-siap. Barang-barang Indah belum aku masukin ke tas!"

"Sebenarnya nggak perlu, tapi nggak pa pa, yang penting aja!"

"Iya mas!"

"Kamu lapar nggak?" tanya Bima lagi melihat Indah mulai mengeluarkan tasnya.

"Iya sih!"

"Kamu di sini saja berkemas, biar aku yang ambilkan makanan buat kamu!"

"Nggak pa pa mas?"

"Nggak pa pa!"

Bima segera meninggalkan Indah dan keluar kamar, ia merasakan perutnya juga sudah sangat lapar, selain mengambilkan makanan buat sang istri, ia juga mengecek keluar apakah Dio sudah kembali.

Dan saat keluar ternyata mobil Dio belum terlihat, ia pun memutuskan untuk ke dapur.

Sesampai di dapur, ternyata para kerabat Indah tengah berkumpul,

"Ehhh mas Bima, sarapan mas!"

"Iya!"

"Loh, Indahnya mana mas?" tanya wanita paruh baya, dia adalah pengasuh Indah yang sudah Indah anggap seperti orang tuanya sendiri.

"Indah sedang berkemas mbok, biar aku ambilkan sarapan buat Indah!"

"Oh ya sudah, biar mbok saja ambilkan, tunggu sebentar ya!" mbok itu pun langsung mengambilkan dua piring makanan untuk Bima.

"Kok dua mbok?"

"Sekalian buat nak Bima!"

"Terimakasih ya mbok!"

"Sama-sama!"

Bima pun segera kembali menghampiri Indah ke kamarnya.

Bersambung

Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga yang banyak biar tambah semangat nulisnya

Follow akun Ig aku ya

IG @tri.ani5249

...Happy Reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Maria Magdalena Indarti

Maria Magdalena Indarti

kasian Indah kl benar Bima sdh punya istri. apa ortunya ga tau. nikah siri???

2024-11-08

0

Sunarti

Sunarti

kok Bima gak nglakuin mlm pertama sama Indah mlh memanjakan sendiri junior nya emang ada yg slh

2022-12-23

0

Agna

Agna

Bima berpoligami?

2022-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ciuman pertama
3 Mendambakannya
4 Kehidupan baru di mulai
5 Aroma yang berbeda
6 Melakukan Perubahan
7 Salah sasaran
8 Mengkhawatirkan Indah
9 Rumah baru
10 Si menyebalkan
11 Ternyata dia chef
12 Aku hanya sepupu?
13 Istri Siri Bima
14 Salah Minum
15 Aku mencintaimu Mas!
16 Pulang pagi
17 Hari patah hati seantero kampus
18 Pacar kontrak
19 Kegalauan Indah
20 Bukan parfum yang sama
21 Gambeknya Indah
22 Apa kamu mencintainya?
23 Ke pantai
24 Mencoba untuk bersikap baik
25 Rencana nyonya Rose
26 Perasaan Dava
27 Curhatan Bima
28 Rena yang sakit
29 Perkelahian
30 Indah mencari tahu
31 Mengetahui kebenaran
32 Menenangkan diri
33 Kecemasan Bima
34 Rencana Indah
35 Merasa muak
36 Menghindar dulu
37 Tidur terpisah
38 Serangan Balik
39 Jangan meremehkan ku!
40 Ke rumah besar
41 Pernah sedekat itu
42 Konspirasi macam apa?
43 Meretas data
44 Isi flashdisk
45 Tuan Hadi Wijaya
46 Kekesalan Bima
47 Berangkat ke kampung
48 Cerita si mbok
49 Menjadi abu-abu
50 Rasanya begitu berat
51 Rena sakit
52 Kebimbangan Bima
53 Tetap sesakit ini
54 Aku tidak sekuat itu
55 Pencarian Indah
56 Selir yang terabaikan
57 Menemui pengacara
58 Kemarahan Indah
59 Biarkan aku saja yang pergi!
60 Biar aku saja yang pergi!
61 Bertemu dengan Renata
62 Rencana Renata
63 Keseriusan Dava
64 Dia berbeda
65 Sidang pertama
66 Pembicaraan kami
67 Undangan Meeting
68 Jalannya meeting
69 Memilih pergi
70 Siapa mereka?
71 Undangan acara amal
72 Kepindahan Indah
73 Dava yang sunyi
74 Jebakan nyonya Rose
75 Renata di muka dua
76 Kelakuan nyonya Rose
77 Dia kasihan
78 Kesempatan lagi
79 Dia salah faham
80 Memilih pergi
81 Dia hamil
82 Pastikan kamu baik-baik saja
83 Kamu harus bangkit
84 Kepulangan Renata
85 Mereka benar-benar akan bercerai
86 Pengambilan Rumah Besar
87 Milikmu semua
88 Perubahan nasib
89 Kehidupan masing-masing
90 Kehidupan Bima
91 Menemukan jalan
92 Keputusan Renata
93 Lebih baik menikmatinya
94 Dia benar nyonya Rose
95 Kenyataan tentang nyonya Rose
96 Pengorbanan Bima
97 Egoisnya Renata
98 Membeli perlengkapan bayi
99 Ingin bersenang-senang
100 Kemarahan Bima
101 Indah menghubungi?
102 Masuk rumah sakit
103 Menjadi seorang ayah
104 Wanita paling tega
105 Kejamnya Renata
106 Benar-benar memilih pergi
107 Tante Girang
108 Lebih baik menghindar
109 Tidak tega
110 Bima mulai bangkit
111 Setelah 5 tahun
112 Pertemuan kembali
113 Di lamar anak kecil
114 Menikahi bidadari ayah
115 Bagaimana dengan Renata?
116 Renata (1)
117 Renata 2
118 Renata 3
119 Renata 4
120 Pertemuan Kembali (1)
121 Pertemuan Kembali (2)
122 Harus move on
123 Tentang Bima
124 Semua sudah berlalu
125 Akhirnya End
126 Bonus chapter 1
127 pengumuman
128 Pengumuman
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Prolog
2
Ciuman pertama
3
Mendambakannya
4
Kehidupan baru di mulai
5
Aroma yang berbeda
6
Melakukan Perubahan
7
Salah sasaran
8
Mengkhawatirkan Indah
9
Rumah baru
10
Si menyebalkan
11
Ternyata dia chef
12
Aku hanya sepupu?
13
Istri Siri Bima
14
Salah Minum
15
Aku mencintaimu Mas!
16
Pulang pagi
17
Hari patah hati seantero kampus
18
Pacar kontrak
19
Kegalauan Indah
20
Bukan parfum yang sama
21
Gambeknya Indah
22
Apa kamu mencintainya?
23
Ke pantai
24
Mencoba untuk bersikap baik
25
Rencana nyonya Rose
26
Perasaan Dava
27
Curhatan Bima
28
Rena yang sakit
29
Perkelahian
30
Indah mencari tahu
31
Mengetahui kebenaran
32
Menenangkan diri
33
Kecemasan Bima
34
Rencana Indah
35
Merasa muak
36
Menghindar dulu
37
Tidur terpisah
38
Serangan Balik
39
Jangan meremehkan ku!
40
Ke rumah besar
41
Pernah sedekat itu
42
Konspirasi macam apa?
43
Meretas data
44
Isi flashdisk
45
Tuan Hadi Wijaya
46
Kekesalan Bima
47
Berangkat ke kampung
48
Cerita si mbok
49
Menjadi abu-abu
50
Rasanya begitu berat
51
Rena sakit
52
Kebimbangan Bima
53
Tetap sesakit ini
54
Aku tidak sekuat itu
55
Pencarian Indah
56
Selir yang terabaikan
57
Menemui pengacara
58
Kemarahan Indah
59
Biarkan aku saja yang pergi!
60
Biar aku saja yang pergi!
61
Bertemu dengan Renata
62
Rencana Renata
63
Keseriusan Dava
64
Dia berbeda
65
Sidang pertama
66
Pembicaraan kami
67
Undangan Meeting
68
Jalannya meeting
69
Memilih pergi
70
Siapa mereka?
71
Undangan acara amal
72
Kepindahan Indah
73
Dava yang sunyi
74
Jebakan nyonya Rose
75
Renata di muka dua
76
Kelakuan nyonya Rose
77
Dia kasihan
78
Kesempatan lagi
79
Dia salah faham
80
Memilih pergi
81
Dia hamil
82
Pastikan kamu baik-baik saja
83
Kamu harus bangkit
84
Kepulangan Renata
85
Mereka benar-benar akan bercerai
86
Pengambilan Rumah Besar
87
Milikmu semua
88
Perubahan nasib
89
Kehidupan masing-masing
90
Kehidupan Bima
91
Menemukan jalan
92
Keputusan Renata
93
Lebih baik menikmatinya
94
Dia benar nyonya Rose
95
Kenyataan tentang nyonya Rose
96
Pengorbanan Bima
97
Egoisnya Renata
98
Membeli perlengkapan bayi
99
Ingin bersenang-senang
100
Kemarahan Bima
101
Indah menghubungi?
102
Masuk rumah sakit
103
Menjadi seorang ayah
104
Wanita paling tega
105
Kejamnya Renata
106
Benar-benar memilih pergi
107
Tante Girang
108
Lebih baik menghindar
109
Tidak tega
110
Bima mulai bangkit
111
Setelah 5 tahun
112
Pertemuan kembali
113
Di lamar anak kecil
114
Menikahi bidadari ayah
115
Bagaimana dengan Renata?
116
Renata (1)
117
Renata 2
118
Renata 3
119
Renata 4
120
Pertemuan Kembali (1)
121
Pertemuan Kembali (2)
122
Harus move on
123
Tentang Bima
124
Semua sudah berlalu
125
Akhirnya End
126
Bonus chapter 1
127
pengumuman
128
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!