Nisa benar benar kesal dan jengkel akhirnya dia berangkat ke pasar buat shoping kecil kecilan.
Nisa naik angkot dan sampai di sebrang pasar. Dia harus berjalan lagi agar bisa sampai ke pasar Tradisional itu.
"Aduuuh mana panas lagi, kaki masih sakit" Keluhnya, kerudung segi 3 nya pun benjot ke sana ke mari. Namun dia harus tetap menyebrang, setelah di rasa tidak ada kendaraan lagi dia pun berjalan dengan tertatih tatih, karena kakinya masih terasa ngilu.
Ciiiiiiit
Bruk
"Auuuu."
Buk
Nisa terjatuh ketika tiba tiba sebuah mobil menyenggol tubuh kurusnya.
Kali ini tamatlah riwayatnya, dia tidak bisa lagi berjalan.
Seorang pemuda berkaos oblong dan celana kolot di bawah lutut pun turun dari mobil.
"Nona, maaf, kau tidak papa?" lelaki itu pun membantu Nisa bangun, Nisa pun berdiri namun.
Bruk
"Au." Nisa kembali terjatuh karena kakinya sangat sakit, sepertinya kaki ini ke dua kalinya terkilir.
"Hik hik hik, mengapa aku sial sekali pagi ini hik hik hik." Nisa menangis pelan, pemuda itu pun heran.
"Nona, jangan menangis, nanti aku di keroyok orang, ayo masuk mobilku dulu!" Ajak pemuda itu. Dia pun mengangkat Nisa, namun Nisa menolak.
"Jangan! aku mau ke pasar, hik hik." Dia masih menangis, dia menangis bukan karena sakit di badannya, tapi karena merasa sakit di hatinya.
"Masuk dulu!" pemuda itu memaksa Nisa masuk di kursi belakang. Nisa pun tak bisa menolak
"Antar aku pulang!" Ucap Nisa
"Biar aku antar ke tukang urut dulu ya." Ucap pemuda tersebut.
"Dimana?" Tanya Nisa, takutnya di culik.
"Ada pokoknya, kamu tenang saja." pemuda itu pun melaju menuju suatu tempat.
"Namamu siapa?" Tanya pemuda.
"Nisa." Sahutnya.
"Sependek itu?"
Cerewet, bathin Nisa.
"Nisa kamila." jawabnya
"Aku Dika." pemuda mengenalkan diri.
Nggak nanya.
Bathin Nisa lagi.
"Nah sudah sampai," Dika pun memarkirkan mobil mewahnya.
"Aku jalan saja." Ucap Nisa
"Auuuuu." ketika dia mencoba berjalan dia pun spontan terjatuh ke tanah, dan bibirnya pun menyentuh tanah.
"Makanya jangan ngeyel." Dika pun mengangkat tubuh Nisa dan membawanya masuk ke rumah urut langganan Dika.
"Mbok...nggak ada antrian kan?" Tanya Dika, biasa penuh oleh pasien yang ingin pijet.
"Nggak, waaah bawa gadis cantik, istrimu tu? nggak bilang bilang dah punya istri, udah lama juga nggak mampir."
Ucap mbok, wanita paruh baya yang suka kinangan, terlihat mulutnya merah merah bekas kapur dkk.
"Iya Mbok." iya,lama nggak mampir maksudnya, bukan iya in istrinya.
"Hus, apaan sih." Ucap Nisa. salah paham.
"Ada yang salah?" Tanya Dika heran.
Nisa pun hanya bersungut sungut.
"Sini Nduk."
"Kamu tunggu di luar saja." ucap Nisa.
"Lho, nggak papa kok suaminya di sini saja." Ucap Mbok.
"Nggak Mbok, biar dia tunggu di luar,"
Ucap Nisa lagi sambil melotot. Dika pun terpaksa keluar, padahal kesempatan tuh bisa liat tubuh yang di anggapnya gadis itu pijetan.
Setelah lama menunggu, akhirnya Nisa keluar juga.
"Ayo aku antar!"
Mereka sudah ada di dalam mobil dan melaju di jalanan yang ramai.
"Kamu mau belanja apa? biar aku belikan, sebagai ucapan maafku."
Ucap lelaki itu sopan.
"Nggak usah Bang, langsung pulang saja."
Nisa pun di antar pulang menuju rumah mungilnya. Setelah beberapa saat mereka pun sampai.
"Di sini saja Bang, nggak enak sama orang, kita bukan siapa siapa." Ucap Nisa. Dia takut di katakan selingkuh ketika suaminya tidak ada di rumah, dia berhenti jauh dari rumahnya, di depan gerbang perumahan gitu.
"Baiklah, maaf ya, sampai jumpa."
Ucap lelaki yang terlihat acak acakan itu, rambutnya yang sengaja di urai ke dahi semua. baju lusuh, walau menggunakan mobil mewah. tapi dia ngakunya sopir pribadi.
"Terimakasih Bang."
Nisa pun berjalan pelan meninggalkan mobil dengan kaki yang masih terlihat sakit.
"Manis sekali dia, kenapa aku jadi kepikiran dia ya? apakah dia yang layak ada di setiap do'aku?"
Gumam pemuda itu sambil terus memandangi Nisa sampai Nisa menghilang di belokan jalan.
"Ah, mengapa aku lupa menanyakan no Hpnya."
Akhirnya pemuda itu pun pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Hari libur gini enaknya ngapain ya, ah lebih baik Me time di kamar aja ah, dari pada pusing."
Brammmmm
Setelah berapa lama pemuda itu pun sampai di Halamannya yang luas dan rumah yang sangat megah.
Tap
Tap
Tap
"Mas Dika..."
Hap
Seorang perempuan seksi, berbaju kaos, celana di atas lutut, datang memeluknya.
"Ih apaan sih, lepasin!" Dika menghindar dan melerai tangan wanita tersebut.
"Mas, kita jalan yuk!" Ajak wanita itu.
"Dika udah pulang? tuh Riyana mengajakmu jalan jalan, bawa gih shoping ke, apa ke, sebentar lagi kalian menikah lho!" Ucap Ny.Ima atau ibu Dika.
"Ma, aku pengen istirahat, aku udah cape kerja 1 minggu, kenapa hari liburku juga mau di ambil sih?" Jawabnya, sambil berjalan menaiki anak tangga.
"Mah... Dika ah nggak asyik." Riyana pun duduk cemberut di ruang tamu.
"Sana! susul ke kamarnya!" Suruh NY.Ima
Tap tap tap
Riyana mengikuti Dika, sampai di muka pintu Dika.
Bruk
Dika menutup pintu, hingga mengenai wajah Riyana.
"Aduuuh, Mas...!" Pekik Riyana.
"Apaan?" Jawab Dika tanpa membuka pintu.
"Buka!"
"Nggak! aku mau istirahat.
Sebenarnya Dika tidak mau di jodohkan, hanya karena dia adalah anak sahabat mamahnya, jadi menerimanya, namun dia masih mencari cara untuk terbebas dari Riyana.
....
....
....
Di luar kota.
"Mas...kamarnya sisa satu, jadi kita terpaksa satu kamar." Ucap Sarah pada Nadim.
"Nggak papa, nanti aku bisa tidur di bawah saja."
Ucapnya tanpa curiga.
Mereka pun naik ke lantai atas dan masuk ke kamar yang sudah di pesan. tepat jam 19.00.
Nadim yang mau sholat magrib duluan pun mandi lebih dulu.
Nadim bukan orang panatik atau tau agama, namun dia hanya menjalankan kewajibanya saja.
Byur byur byur
....
Ceklek
Deg
Ketika dia keluar dari kamar mandi, dia terpaksa menelan salivanya, Sarah yang duduk di sisi ranjang sambil memainkan Hp dengan hanya menggunakan Tingtop dan celana di atas lutut memperlihatkan paha mulusnya.
Sementara Sarah pura pura memainkan HP, sengaja memberi kesempatan pada Nadim untuk menikmati pemandangan itu.
"sa..sarah, kamu mau mandi?"
Dengan sedikit gugup Nadim lun angkat bicara.
"Oh iya, kamu udahan? baiklah, aku mandi dulu." Sarah pun masuk kamar mandi.
Sementara Nadim menghampar sajadahnya.
Setelah mereka selesai dengan kegiatannya masing masing, mereka turun mencari makan.
"Makan sate aja Mas,"
"Baiklah."
"Itu... ayo!"
Mereka pun memesan sate.
"Enak banget, lagi doong." Sarah nambah, begitu juga Nadim.
Selesai makan mereka pulang ke hotel.
"Mas saja di atas, kan mas maneger.aku hanya bawahan.
"Nggak baik ah, cowo yang di kasur, kamu aja!" Nadim pun menghampar selimut di lantai dan berbaring membelakangi Sarah.
Malam ini aku harus mendapatkanmu,
Lirih sarah.
Nadim sudah mulai berlayar.
Biar dinginnya Full.
Lirih sarah sambil mencari remot AC
Hap
Sarah pun memeluk tubuh Nadim dari belakang. Dan tangannya pun mulai nackal berkeliaran di daerah sensitif Nadim. Hingga Nadim pun terbangun dan menikmati sensasi yang di ciptakan Sarah.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sadriyanti Lahari
eh suami laknut kamu akan menyesal karna telah menghianati istri cantikmu demi wanita murahan.
2022-08-14
0
Sadriyanti Lahari
pasti si bos barra
2022-08-14
1