Sarah dan Nisa pun memulai memasak dan memotong berbagai sayur mayur.
"Biar aku saja ya yang kasih bumbu, kata Mas Nadim kamu sering ke asinan kalau kasih garam."
Ucap Sarah, walau mungkin terdengar biasa, namun hati Nisa sangat sakit, suaminya itu telah tega menjelekkan namnya pada orang lain.
"Nisa, kamu liat tu cara masak Sarah, biar kamu bisa masak juga, jangan ke asinan, nanti aku malah cepat tinggi darah dan stroke." ucap Nadim lagi, menambah image nya rusak di mata orang lain.
Setelah beberapa waktu berlalu.
Nisa hanya diam menahan sakit di hatinya.
"Nah semuanya udah beres, ayo kita makan!" Ajak Sarah ketika Nisa mau mengambilkan lauk untuk suaminya.
"Ini Mas, di cicipi dulu." Ternyata Sarah sudah mencuri star lebih dulu dan mengambil nasi juga lauk untuk Nadim, yang di kira Nisa awalnya untuk dirinya sendiri.
"Terimakasih Sar, ini lasti enak. Hemmm dari wanginya saja terasa sangat enak nih." Ucap Nadim, dia pun mulai melahap makanannya.
"Hemmm enak sekali, ini kayak makanan restauran, benar benar enak. Nisa, kayaknya kamu perlu berlatih kursus nih sama Sarah, biar kamu juga pinter masak." Ucap Nadim.
"Oke, boleh, aku mau kok ngajarin Nisa, dan bermalam di sini." Sarah mah senang bisa makin dekay sama Nadim.
"Hah? nggak usah, nanti aku belajar lewat google aja, aku nggak mau ngerepotin mbak." Ucap Nisa. Menolak keras.
"Nggak ngerepotin kok, lagian aku juga nggak ada siapa siapa di rumah, kalau di sini kan aku bisa temenin kamu." Sarah terlihat memaksa.
"Nggak mbak, aku nggak enak, kasian mbaknya, nanti biar mama aku aja yg aku suruh ke mari, untuk belajar masak." Sahut Nisa lagi. Padahal itu cuma alasan saja.
"Nggak papa kok, lagian aku bisa sekalian nebeng Mas Nadim ke kantor, ia kan Mas?" Tanya Sarah minta persetujuan.
"Oh iya benar, bisa kok, nggak papa kok Nis, Sarah orangnya baik kok." Jawab Nadim.
Nisa sangat jengkel pada suaminya yang tak mengerti maksudnya. Nisa pun diam dan menghabiskan sisa makanannya. setelah selesai dia pun ngeloyor ke kamar dan mengambil baju ganti untuk mandi. Dia kan tadi belum mandi karena buka puasa.
Byur
Byur
Byur
Nisa selesai mandi dan masuk kamar kembali, dia sangat kesal dengan ulah suaminya, selesai sholat dia pun berbaring dan coba memejamkan mata, namun tidak bisa.
Ceklek
Pintu kamarnya di buka, Nisa pun pura pura tidur.
"Nis! Kamu tidur? kok cepet amat, biasanya juga nonton televisi dulu." Ucap Nadim, namun Nisa tak menghiraukan, suaminya pun sholat magrib sendirian, padahal biasanya mereka sholat berjamaah, walau suaminya nggak terlalu alim, tapi bisalah di andalkan jadi imam.
Tok tok tok
"Mas, apa kalian sudah tidur?" Tiba tiba suara Sarah terdengar dari balik pintu luar. Nisa yang mendengar pun menajamkan telinganya sambil tetap merem.
"Tidak, ada apa?" Ucap Nadim sambil membuka pintu.
"Bisakah kita ngobrol sebentar di luar?" Pinta Sarah.
"Tunggu, baiklah,.....Nis aku keluar sebentar ya," Nadim izin, tali Nisa tetal diam.
Ceklek
Tap tap tap
Terdengar langkah Nadim menjauh dari balik kamar. Hati Nisa sangat sakit, bagaimana bisa dia memiliki suami yang sangat tidak perhatian dan mengerti begitu. Nisa pun berdiri dan coba mendengar pembicaraan dua orang itu dari balik jendela kamarnya.
"Mas, kamu kan udah naik jabatan nih, gajihmu pasti nggak kurang dari 10 juta, apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Sarah. Nisa yang mendengar pembicaraan mereka pun terbelalak saat mendengar itu.
10 juta? apa benar gajih Bang Nadim akan naik 10 juta?
Lirih hatinya.
"10 juta? Masa gajihku naik drastis?" Nadim kaget.
"Iya Mas, semua Maneger di perusahaan itu gajihnya rata rata,10 juta. apalagi kalau Mas pintar bermain." Ucap Sarah.
"Bermain? apa maksudnya?" Nadim yang tak mengerti pun jadi bingung. Apa yang dimaksud Sarah.
"Yaa bisa cari luaran gitu, kan mas kerja lapangan enak tuh bisa nyelundupkan barang, dan menjualnya dari gudang." Ucap Sarah.
"Ah Sarah jangan bilang gitu dong, takut ketahuan kalee." Balas Nadim.
Deg
Hati Nisa yang mendengar pun sangat kecewa, bagaimana bisa suaminya Punya teman seperti wanita itu.
"Mas, sebenarnya istri Mas itu pacar Mas atau gimana?" Sarah tambah kepo.
"Awalan ya sih,di jodohkan, trus aku mencoba pedekate, ternyata cocok, ya aku mau aja dinikahkan," cerita Nadim pada Sarah.
"Berarti kamu nggak cinta kan? cuma karena cocok saja." Selidik Sarah lagi.
"itu sih bisa tumbuh pelan pelan kan?" Ucap Nadim.
Kini muka Sarah terlihat masam, namun dia coba menguasai diri.
"Berarti masih ada peluang orang lain masuk doong." Ucapnya lagi sambil menatap wajah tampan Nadim.
Deg
Nisa yang mendengar pembicaraan mereka pun tersentak kaget, bagaimana bisa wanita itu berucap demikian.
Apa wanita itu menyukai Bang Nadim?
Gumamnya dalam hati.
Nisa harus melakukan sesuatu.
"Aku harus berbuat sesuatu, agar Bang Nadim tak terpengaruh dengan wanita itu." Ucapnya.
Dia pun membongkar lemari bajunya.
"Di mana ya? kemaren rasanya di sini kok! tapi nggak ada?" Gumamnya.
Dia terus mencari.
"Mmmmm ini dia," Nisa tersenyum dan mengambil benda yang di carinya itu.
Ceklek
Tap
Tap
Tap
"Bang, ayo masuk!" Nisa sudah berdiri tegak di depan pintu rumah.
"....?????" Nadim dan Sarah pun terbelalak saat melihat Nisa tiba tiba datang dan berdiri di depan pintu .
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments