Hati Leonal dan Paras bergetar hebat, saat mendengar penjelasan dari sang komandan bertuliskan nama Adrian Martadinata. Dileher baju terpampang jelas pangkat, bahkan berpenampilan sangat menarik perhatian kaum hawa untuk menjadi madunya.
"Siapa dia...?"
Leonal meremas erat tangan Paras dengan sangat keras.
Adrian masih fokus memberikan penjelasan kepada dokter yang menangani Stela, tanpa menghiraukan kedua orang tua gadis tersebut.
"Berapa banyak dia memakan kuah kacangnya?" Dokter menatap Paras dan Adrian bergantian.
Paras menjelaskan, "Mungkin sedikit, putri saya tidak bisa memakan selai kacang dan juga seafood. Dia mengalami alergi, bahkan mampu menghentikan pernafasannya."
Dokter mengangguk mengerti, memberikan suntikan dosis tinggi, untuk menetralisir jenis asupan yang masuk ke-tubuh Stela Chaniago.
"Pak, biayanya suntikan-nya tidak ditanggung sepenuhnya oleh asuransi dari tempat dinas yah?" Dokter memberi penjelasan, membuat kedua bola mata Adrian membulat tidak mengerti.
"Maksudnya?"
Adrian melongo tidak mengerti.
Paras menepuk bahu Adrian, "Jika kamu memang suaminya, seharusnya kamu tahu bagaimana putriku, menerima suntikan bernilai fantastik. Kamu mengerti?"
Adrian terdiam, sedikit malu karena mengakui Stela istrinya.
"Maaf Nyonya, saya melakukannya karena tidak ingin dokter ini lambat memberikan pertolongan kepada Stela. Saya minta maaf," Adrian menunduk hormat.
Tentu Leo dan Paras dapat tersenyum lega mendengar penjelasan Adrian sang komandan.
Didalam hati Adrian justru sedang menggerutu, "Damn it... sombong bener keluarga mereka. Sepertinya Leonal ini, pernah aku temuin saat di Jerman. Aaaaagh, sudahlah. Lebih baik aku pura pura bodoh, dihadapan mereka."
Adrian masih menemani Stela, duduk dipinggir ranjang rumah sakit. Jemari dan mata masih sibuk pada layar handphone miliknya.
"Ma, Pa...!" panggil Stela melepas selang oxigen dari hidungnya.
Adrian mendekatkan wajahnya, menatap lekat wajah Stela, "Baby... bagaimana? Apa kamu baik baik saja?"
"Ck, ngapain anda disini Bang? Bagaimana kalau Papa, Mama ku tahu. Lebih baik anda pulang!" Stela mengalihkan pandangannya.
Paras dan Leo kembali setelah membeli beberapa makanan, dan membayar semua tagihan rumah sakit yang bernilai fantastik.
Leo mendekati Stela putri kesayangannya, "Apa kamu enggak tahu itu selai kacang dan udang?"
"Hmm, aku pikir seperti biasa, Maid persiapkan menu tipu tipu untuk ku. Biasa menggunakan kedelai, dan dibentuk dengan berbagai macam jenis makanan laut," rungut Stela menatap manja pada Paras.
Paras menyentuh lengan Stela, "Dengar Tuan, Stela tidak bisa dengan makanan protein tinggi, seafood, semua jenis kacang dan juga telor. Susu mesti kedelai, daging juga biasa kami buatkan dari kedelai. Stela vegetarian sejak usia enam bulan."
Tentu Adrian semakin ternganga mendengar penuturan Paras, menjelaskan bahwa Stela anggotanya seorang wanita pemilih.
"Hmm, pantas tidak bisa sembarangan dengannya. Ini baru makanan, bagaimana yang lainnya. Bisa bisa tinggal setengah kepalaku," Adrian bergumam dalam hati lirih.
Leo meninggalkan putri kesayangan bersama Paras, sementara para pria dewasa nan mapan itu saling bercerita seputar Marsedez Benz.
Tentu Leo semakin curiga, saat Jenderal bintang dua itu mengatakan, bahwa keluarganya berada di Jerman. Tanpa basa basi menceritakan bagaimana dia meniti karir sebagai Badan Narkotika Internasional.
"Hmm, maaf Tuan Adrian. Apa anda mengenal keluarga Einstein?" Leo menaikkan kedua alisnya.
Adrian mengangguk, "ya, saya sangat mengenal Fredy, karena dia merupakan mantan suami istri saya Lauren Bennett."
"Aaagh, my God...! Ternyata dunia kita masih sangat kecil, kita dipertemukan dengan orang orang terdekat lagi. Kebetulan Albert Einstein, berada di Langhai Group, tapi saat ini masih menetap di Swiss, karena putranya Pedro Einstein memilih mengembangkan bisnis disana. Dia sahabat dekat Stela, karena selisih usia mereka hanya satu tahun," Leo bercerita panjang lebar.
Adrian terdiam bergumam dalam hati, "Berarti ini yang dikatakan Lauren, keluarga terkuat yang tidak mampu dilumpuhkan? Hmm, semakin kuat aku untuk membalas dendam pada mereka," dia memijat pelan pelipisnya, melirik kearah Stela.
"Apa kalian masih berbisnis dengan pihak Jerman, Tuan?" Adrian ingin mengupas sedikit demi sedikit karena rasa penasaran.
Leo menggeleng, "Kami justru sudah memiliki pabrik air bus sendiri, yang terletak di sebuah kota kecil di Surabaya. Makanya, saat Nyonya Lauren berpisah dari Fredy, Albert membantu kami untuk tetap tenang menghadapi krisis kala itu."
Adrian semakin antusias, mendengarkan cerita dari Leonal. Bagaimana tidak, selama ini dia hanya mendengar penjelasan dari Lauren. Tidak pernah dari orang lain.
"Ini kebetulan atau memang sudah waktunya untuk mengupas tuntas tentang siapa mereka dalam berbisnis, hingga melahirkan anak anak yang sangat mengerikan?" Adrian berbicara dalam hati.
Mata Adrian menatap Stela dari kejauhan, "Pantas saja dia tumbuh menjadi wanita keras kepala, ternyata dia dilahirkan dari keluarga yang memiliki otak cerdas, bahkan pemimpin yang cepat tanggap. Ini tidak akan mudah bagiku, untuk melakukan tindakan cepat. Perlahan, seperti kata Stela dua hari yang lalu."
Mereka masuk dalam pikiran masing-masing, Adrian berfikir bagaimana menaklukkan hati seorang Stela.
Leo justru berfikir, "Apa maksud komandan ini mendekati anak ku Stela? Hmm, apakah dia sudah merindukan peti mati berada dihadapannya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Danie a
wkwk.. merindukan peti mati😆😆😆
2022-07-01
1
Erni Hidayat
Makin ngiler sama cerita ini....
2022-05-30
2