Pagi menyingsing, matahari masih tersipu menyelinap masuk dari balik tirai kamar milik Stela Chaniago Leonal Alkhairi. Tirai berwarna cream itu seketika menjadi saksi bisu atas perceraiannya dengan William beberapa waktu lalu.
Diranjang yang didesain khusus untuk mereka menghabiskan masa depan yang indah, seketika hancur berkeping-keping karena sesuatu tidak disangka sangka.
William masih duduk disofa, menyaksikan mantan istrinya tertidur lelap. Entah darimana dia bisa masuk, pagi ini dia benar benar hadir dihadapan Stela.
Stela menggeliat, tubuh semampai itu seketika enggan untuk membuka mata, bahkan dia tidak menghiraukan panggilan telepon yang beberapa kali berbunyi.
Wajah oriental nan tampan itu mendekati tubuh mantan istri, tanpa mau menyentuhnya.
"Morning dear....!" William berbisik ditelinga Stela.
Stela membuka mata perlahan, betapa terkejutnya dia melihat mantan suaminya berada dihadapan secara nyata, masih bernafas, bahkan terlihat sangat tampan.
"Koko....!!!"
Stela memeluk erat tubuh pria tampan dihadapannya, dengan deraian air mata, penuh perasaan bahagia dan rindu yang tak bisa diucapkan.
William mengusap lembut punggung Stela, "Koko minta maaf, Koko kesini, ingin bertemu dengan kamu."
Stela enggan melepas pelukannya, bagi wanita cantik itu, William adalah pria yang sangat baik dan romantis, tanpa dia ketahui apa yang dilakukan Will diluar sana.
"Koko kenapa kesini? Jika Koko tertangkap oleh pengawal komandan ku bagaimana? Aku masih sangat merindukan Koko, aku pikir kita enggak akan bisa bertemu lagi, bahkan Koko sudah pergi jauh meninggalkan Jakarta," isak tangis Stela dibahu William.
Perlahan Will, melepaskan dekapan Stela, "Dengar dear, ini semua bisnis. Koko tidak menyangka akan menyakiti kamu seperti ini. Enggak tahu bagaimana jika Papa Leo mengetahui tentang semua ini."
Stela menangis, "Aku justru udah bicara sama Kak Stefan. Sepertinya dia marah sama Koko. Bahkan memutuskan sambungan telepon dan sekarang nomornya tidak bisa dihubungi. Kenapa kalian nutupin semua ini? Ini sangat berbahaya. Apa kalian tidak tahu, hukuman apa yang akan kalian terima?"
William menarik nafas panjang, "Dengar Stel, bantu Koko, untuk meloloskan dua contener yang kini dihalangi oleh pihak berwajib. Koko yang memohon padamu. Jika barang itu tidak sampai tepat waktu, kita tidak akan bisa bertemu lagi, selamanya."
Tentu Stela terlonjak kaget, mendengar dua contener yang harus dia bebaskan, untuk barang haram yang akan dikirim ke Cina, Jepang dan Benua Eropa.
"What....? Are you crazy? Ini tidak mungkin...! Apa yang harus aku lakukan? Apa kalian sengaja menjebak ku dalam situasi ini?" Stela turun dari ranjang kingsize berwarna cream, mondar mandir tampak seperti memikirkan sesuatu.
William terdiam, melihat mantan istrinya seperti seorang Ibu tiri yang sedang menasehati pria oriental itu tanpa terputus. Racaunya seperti obat tidur bagi laki laki yang tidak memiliki belas kasih demi mendapatkan uang, berambisi menjadi seorang milyarder.
Stela masih terus berbicara sendiri, tanpa melihat Will, yang sudah terlelap. Betapa terkejutnya dia saat menyaksikan pria itu tengah terlelap tanpa wajah berdosa.
"Iiiighs... kebiasaannya sama persis seperti Stefan dan Stevie. Dasar laki laki tidak ada akhlak. Dia pikir aku sedang bercerita dongeng apa?" Stela mendengus kesal.
"Dari pada aku ngomel ngomel nggak jelas gini, lebih baik aku mandi, sarapan, memikirkan bagaimana membebaskan barang haram mereka. Dasar laki laki tidak memiliki pengalaman untuk menjadi seorang penjahat. Sekalinya ditahan, langsung deh kayak kerbau dicucuk hidungnya," Stela berlalu meninggalkan Will, menuju kamar mandi.
Seperti biasa, Stela menghabiskan waktu berlama lama didalam kamar mandi, melakukan tindakan yang lebih mengerikan.
Perlahan dia keluar dari kamar mandi, melihat William masih terlelap. Diam diam, Stela menghubungi seseorang lebih tinggi pangkatnya dari Adrian Martadinata, yang dia kenal melalu Papa Leonal.
Cara Stela bernegosiasi dengan ribuan kata kata indah, bahkan mampu memberi keyakinan bahwa dua contener yang mereka tahan, adalah barang barang berupa senjata yang akan diperjual belikan ke Negara Eropa, tentu dijanjikan keuntungan bernilai fantastik.
Mendengar akan hal itu, pria diseberang sana melakukan semua sesuai perjanjiannya dengan Stela. Tentu dengan menjual nama baik Leonal.
"Mati aku, jika Papa tahu semua ini, aku yang akan dihukum mati oleh Oma Maride dan Papa Leonal!" Stela menarik nafas dalam-dalam, memijat pelipisnya.
Seketika matanya terarah pada William yang masih terlelap, "Apakah ini cinta? Atau ini hal memanfaatkan saja. Aku harus meminta Ko Will meninggalkan tempat ini. Sebelum team Adrian mengetahui tentang semua ini."
Stela mendekati William, perlahan dia membangunkan pria itu, "Ko, Ko Will.... Ko... Koko, bangun...!"
William mengusap lembut kedua bola mata sipitnya, "Hmm, maaf Koko tertidur. Bagaimana? Sudah ada informasi tentang permintaan tadi?" Pria itu menatap memohon kearah Stela.
Stela mengangguk, "Tolong berikan jatah mereka sebesar satu miliar, mereka akan membantu. Jangan mengharapkan transfer, tunai, seperti Kak Stefan lakukan seperti biasa. Koko mengerti? Sekarang cepat bersiap siap, karena pukul delapan team kami akan menjemput kesini. Aku tidak mau mereka melihat Koko."
William mengangguk setuju, "Terimakasih dear. Kamu memang wanita yang cerdas. Koko menemuimu atas perintah Stefan. I love you."
William mengecup bibir Stela perlahan, bergegas meninggalkan apartemen miliknya, tanpa mengindahkan perintah mantan istri, membersihkan diri.
"Ko... Koko... Ko Will...!!" Stela berteriak kesal, namun tidak dihiraukan oleh mantan suaminya.
Stela benar benar marah dan semakin kecewa dibuat William pagi itu. Entah angin apa yang membuat dia meloloskan semua permintaan pria yang telah mengecewakannya. Bahkan tidak segan bagi Will, meminta bantuan kepada Stela hanya untuk ambisi semata.
"Sama saja, aku dimanfaatkan oleh dia. Baik, jika mau bermain, aku akan masuk ke permainan ini," Stela menggerutu dalam hati.
Wanita cantik, yang memiliki link diberbagai negara itu, menghubungi Adrian.
Dengan suara mendayu dayu, Stela kembali membius telinga Adrian. Hingga mampu meningkatkan satu level pikiran negatif pria mapan beristrikan Lauren Bennett, tentang gadis sekelas Stela, telah tergila gila padanya.
"Bawa aku, Bang. Aku akan melakukan semua perintah mu. Apapun itu!"
Adrian Martadinata Jenderal bintang dua, diajak untuk bermain main, selama masa dinas mereka.
Team Badan Narkotika Internasional kembali bergerak, sesuai visi dan misi yang telah tertata rapi, dengan pikiran dan tindakan yang berbeda.
________
Assalamualaikum reader setia.🙏
Author mengucapkan terima kasih kepada semua reader setia "Ugly n Fat Girls" hingga seson dua "Gairah Cinta Kedua".
Kasih bocoran sedikit, agar tahu siapa seeegh, Koko William Danu Barata..
Nama : William Danu Barata
Usia : 27 tahun
Profesi : Gembong narkoba kelas kakap.
Karakter : Tenang, tegas, penyayang.
Biar nggak penasaran lagi yah.
Happy reading..🥰❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
❄️ sin rui ❄️
gua gak terima babang ichang gua jadi baandit narkoboy
2022-12-14
0
Nenny Azza
suami halu Drakor Wak koh Thor🤣
2022-12-08
1
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™
Kok sama elang di novelku yg Bertahan Dalam Penantian visualnya 🤭🤭✌️
2022-07-27
1