Stela hanya melamun selama berada di ruang rapat, bersama para petinggi. Tanpa mau memikirkan perasaan mereka, melainkan hanya memikirkan perasaan keluarga, tentang saudara kembarnya Stefan.
"Sepertinya aku sedang memakan buah simalakama...!"
Selama didalam ruangan yang luas itu, bersama para petinggi lainnya, mata Stela menatap kearah Komandan Adrian.
Mereka berdua saling tersenyum, seketika jemari mungil itu, mencari informasi tentang Jenderal bintang dua Adrian Martadinata, melalui handphone pintar miliknya.
Perlahan Stela menscrol layar handphone dengan jari telunjuknya, namun tidak ada tertulis tentang data diri lengkap yang menunjukkan bahwa pria itu berstatus single, ataupun memiliki hubungan dengan wanita lain.
Menurut para rekan kantornya, ada Komandan mereka yang memiliki istri, bernama Lauren Bennett pengusaha, bahkan orang nomor tiga di Marsedez Benz. Namu hingga saat ini, data lengkap komandan tersebut, masih tertutup rapat.
Tepat pukul 14.00 waktu setempat, mereka menutup rapat pertemuan hari itu.
Secara garis besar disebutkan, bahwa Stela dan Adrian, akan menjalani masa dinas selama berbulan-bulan keberbagai negara, untuk melakukan penyamaran dan penangkapan resmi kepada William dan Stefan, yang menjadi target utama operasi mereka.
Pelan Stela menarik nafas panjang, melirik kearah Adrian.
"Izin komandan, bagaimana jika saya menyatakan mundur dari team informasi ini? Saya tidak sanggup menghadapi tantangan, yang akan mengancam keselamatan saya dan keluarga. Bagaimanapun ini akan berdampak pada kesehatan kedua orang tua dan juga keluarga besar saya," Stela menundukkan wajahnya.
Adrian tertawa, mendengar pernyataan Stela saat ini. Dia sangat paham, bagaimana perasaan gadis yang tengah duduk dihadapannya.
"Apakah kamu siap, jika kamu dijadikan pemancing? Come on baby, ini adalah pekerjaan. Kamu akan naik pangkat, bahkan keluargamu akan mengakui kehebatan mu, sebagai seorang informan," Adrian meyakinkan Stela.
Seketika gadis itu melihat sekelilingnya, meyakinkan semua orang tidak ada disana, hanya ada dia dan sang komandan.
"Dengar komandan brengsek! Saya mesti berhadapan dengan saudara kembar, dan mantan suami. Ini tidak fear! Kenapa kalian tidak mencari orang lain, jangan saya. Mungkin akan lebih baik begitu, karena saya akan menutup mata dan telinga saya, jika mendengar hukuman mati. Ini hukuman mati! Bukan seumur hidup!" Stela menggeram, semakin menantang wajah Adrian.
Adrian terdiam, wajahnya memerah. Baru kali ini ada anggotanya yang berani menyatakan dia adalah seorang komandan brengsek.
"Kenapa kamu sangat membenci saya? Apakah saya kurang melindungi kamu?" Adrian mengalihkan pandangannya.
Stela menggeleng, "jika anda mau memasukan saya pada team anda, untuk memata-matai keluarga sendiri, lebih baik saya berhenti dan menyatakan mundur. Saya tidak akan sanggup menghadapi semua, karena saya yang akan menjadi bulan bulanan. Saya permisi!"
Stela berdiri tegak, dengan mantap menuju pintu ruangan yang tertutup rapat.
Seketika, Adrian menahan lengan Stela, agar tidak meninggalkannya sendiri diruangan luas itu.
"Kita akan bahas ini. Percayalah, saya tidak akan pernah menjebak orang lain. Saya hanya ingin, kamu ikut dalam team pencarian pada Will? Apa kamu tidak mau tahu, kenapa dia menceraikanmu, atau bahkan kenapa dia menghilang, setelah bercerai darimu. Hanya itu, untuk urusan Stefan, kita bisa pikirkan saat sudah berhadapan dengannya. Tolong jangan ajukan pengunduran diri, karena saya butuh wanita cerdas sepertimu, baby." Adrian berusaha melunakkan hati gadis keras kepala, yang masih menantangnya.
Stela menunduk, "Saya mulai meragukan kemampuan pribadi. Biarkan saya sendiri, saya tidak ingin melanjutkan pembahasan tentang William ataupun Stefan."
Stela melepaskan lengannya dari genggaman erat tangan Adrian, membuka pintu dengan sangat kasar.
Adrian terdiam, menarik nafas dalam, "ternyata dia tidak bisa ditebak, bahkan sangat sulit diyakinkan dengan iming iming naik jabatan. Apa karena dia berasal dari keluarga kaya?" Dia tersenyum tipis, mengikuti langkah kaki Stela dari belakang.
Stela benar benar dipusingkan dengan keadaan, yang sangat menggangu pikirannya.
"Apa aku harus menghubungi Stefan?" Stela meraih handphone miliknya, mencari nomor telepon saudara kembarnya.
Panggilan telepon tersambung, namun seorang wanita mengangkat panggilannya diseberang sana.
"Ya," suara wanita tidak dikenal.
"Stefan ada?" Stela tersenyum, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hmm, Stefan masih tidur. Bisa hubungi nanti? Siapa ini?" suara wanita tidak dikenal.
"Ya-ya-ya, katakan saja Stela adiknya menghubungi. Terimakasih," Stela menutup panggilan telepon mereka.
Meletakkan handphone miliknya diatas meja kantin, yang tidak begitu jauh dari ruangan meeting tadi.
Beberapa kerabatnya datang menggoda Stela, karena mereka tidak mengetahui status rekan mereka yang sebenarnya.
"Ciiee, ada pengantin baru!" tawa Loly saat melihat Stela masih menekuk kan wajahnya.
Stela menjawab dengan nafas panjang, "Hmm, jangan bahas lagi. Aku lapar dan pengen pulang, istirahat. Semoga besok bangun tidur sudah dapat posisi yang beda disini," tunjuknya mengarah pada kepala.
Tentu Loly tertawa, menggoda puncak hidung Stela, memesan beberapa makanan untuk mereka makan siang.
Namun kebersamaannya kembali terganggu karena kehadiran sang komandan.
"Halo baby....!"
Stela yang masih bermalas-malasan dimeja kantin, seketika terlonjak kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments