Ting ..., tung ...!
Amel menekan bel yang ada di pintu sebuah unit apartemen di lantai sepuluh gedung itu.
"Hai, Amel ...! Apa kabar, Sayang?" sambut seorang wanita paruh baya yang membukakan pintu. Raut bahagia terbias dari wajah wanita itu ketika melihat Amel datang menemuinya.
"Kabar baik, Mom," sahut Amel sambil membalas sambutan wanita itu dengan senyum manisnya.
"Lama sekali kamu nggak kesini menemui Mommy. Tadinya Mommy pikir kamu sudah lupa sama Mommy-mu ini?" gurau wanita itu seraya memeluk Amel penuh kerinduan. Amel ikut membalas pelukan wanita itu dan merasakan kerinduan yang sama.
Julia Mueller adalah seorang wanita pribumi yang sudah pindah kewarganegaraan menjadi warga negara Jerman mengikuti suaminya yang juga adalah seorang warga negara asing. Awalnya mereka bertemu di sebuah event NGO untuk para penderita kanker yang diorganisir oleh AMP yaitu EO yang dikelola Amel.
Semenjak perkenalan mereka itulah, Amel merasa cocok dan nyaman bersama Julia dan sudah menganggapnya sebagai ibu angkatnya. Maklum saja, semenjak kecil Amel hanya dibesarkan oleh papanya, karena ibunya meninggalkan mereka demi pria lain. Saat itu Amel masih sangat kecil dan mereka masih hidup serba kekurangan, belum sukses dan bergelimang harta dengan segala macam kemewahan seperti kehidupannya sekarang.
"Iih ..., Mommy lebay deh! Baru juga beberapa hari Amel nggak kesini," seloroh Amel membalas gurauan Julia sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan menghempaskan pantatnya di atas sofa saat dia sampai di ruang tamu apartemennya Julia.
"Bagaimana liburanmu kemarin, Sayang? Kamu nggak bawain Mommy oleh-oleh gitu dari Lombok?" canda Julia lagi sambil ikut duduk di sofa di sebelah Amel.
"Kami cuma beberapa hari saja disana, Mom. Lagian tujuan utama kami kesana kan buat nonton MotoGP, nggak banyak waktu buat jalan-jalan," kilah Amel tersenyum kecut mengingat liburannya bersama Andra yang memang cukup singkat, hanya beberapa hari saja.
"Yang penting kan bisa sekalian bulan madu lagi kan, Mel?" goda Julia.
Amel hanya tersenyum tipis sambil mengangguk pelan menanggapi pertanyaan Julia tersebut.
"Ohya, bagaimana program hamilnya? Apa kamu dan Andra jadi konsultasi masalah kesuburan dengan Dokter Herlina?" sambung Julia bertanya. Sebelumnya, menemui Dokter Herlina adalah rekomendasi dari Julia karena Dokter Herlina adalah seorang dokter kandungan yang sangat senior sekaligus juga sahabat baik Julia.
"Sudah, Mom. Dan diantara kami tidak ada masalah sih, kami sama-sama sehat tidak ada gangguan reproduksi," sahut Amel sambil menghela nafas datar.
"Ya bagus dong. Itu artinya kamu hanya harus bersabar aja, Mommy yakin sebentar lagi kamu pasti hamil," yakin Julia sambil tersenyum senang mendengar apa yang disampaikan Amel kepadanya.
"Iya, Mom," sahut Amel singkat dan ekspresi wajah datar. Sejatinya saat itu ia sangat tidak tertarik membahas masalah keinginannya punya seorang anak kepada Julia. Dia lebih tertarik untuk berkeluh kesah tentang kecemburuannya terhadap suaminya saat itu.
"Kok Mommy perhatikan sepertinya kamu nggak semangat hari ini, Mel? Apa kamu sedang ada masalah?" tegur Julia yang bisa merasakan sikap Amel yang tidak seperti biasanya hari itu.
Amel diam tidak menjawab. Tiba-tiba saja tatapannya kosong dan tanpa disadarinya ada bulir air mata menetes membasahi pipinya.
"Loh kamu kenapa, Sayang? Apa ada yang salah dari pertanyaan Mommy tadi?" ujar Julia merasa heran karena Amel tiba-tiba berubah murung bahkan menitikkan air mata setelah mendengar pertanyaannya.
"Andra, Mom," ucap Amel lirih sambil berhambur ke pelukan Julia dan membenamkan kepalanya di dada perempuan yang sudah dianggapnya seperti ibu kandungnya itu.
"Aku takut Andra berpaling kepada wanita lain dan meninggalkan aku, Mom," imbuh Amel terisak dan air mata semakin deras mengalir dari kedua matanya.
"Memangnya kalian lagi ada masalah apa? Kenapa kamu jadi punya pikiran seperti itu terhadap suamimu?" Julia memegang kedua pundak Amel dan menatap mata basahnya. Dia semakin merasa bingung karena Amel yang mendadak terlihat sedih saat itu.
"Kalau aku nggak bisa hamil, pasti Andra akan ninggalin aku, Mom. Aku sangat takut akan hal itu," resah Amel semakin terisak.
"Sebenarnya ada apa, Amel? Coba sekarang kamu cerita sama Mommy," desak Julia lagi.
"Aku curiga kalau Andra bermain curang di belakangku, Mom."
Amel lalu menceritakan tentang kontrak penyewaan apartemen Andra untuk Vilda yang dia temukan tadi pagi di ruang kerja suaminya itu kepada Julia.
"Sayang, hanya karena hal kecil seperti ini saja kamu curiga sama suami kamu. Apa kamu sudah membicarakannya dengan Andra?"
Amel menggeleng, "Belum, Mom," akunya.
"Andra itu sangat mencintaimu, Mel. Kamu jangan pernah meragukannya ya!"
"Tapi aku punya bukti lain, Mom." Amel mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan unggahan-unggahan di sosial media Vilda saat bersama suaminya kepada Julia.
"Sayang, semua ini tidak cukup membuktikan kalau suami kamu sudah bermain api di belakang kamu, Mel. Menurut Mommy, sebaiknya kalian bicarakan saja dulu berdua, tidak baik berprasangka buruk terhadap suami kamu sendiri tanpa ada bukti yang jelas," terang Julia sambil menggelengkan kepalanya menatap wajah sedih Amel.
"Setahu Mommy, Andra itu pria yang baik dan bertanggung jawab. Dia bukan tipe laki-laki mata keranjang yang mudah jatuh cinta. Jadi, sebaiknya kamu tidak perlu curiga berlebihan seperti ini terhadapnya." Julia terus berusaha menghibur Amel dan meyakinkannya kalau kecurigaannya itu adalah salah.
"Kalau kamu curiga terus sama suami kamu, itu akan berpengaruh terhadap kondisi psikis kamu, Sayang. Dan semua itu bisa membuat program hamil kamu tidak bisa akan pernah berhasil," sambung Julia menasehati.
"Mommy benar. Tidak seharusnya aku meragukan cinta Andra terhadapku," lirih Amel mengangguk dan mengiyakan semua nasehat Julia. Amel kembali membenamkan kepalanya di dada Julia dan Julia pun membalas membelai rambut Amel penuh perasaan.
'Tuhan hamba mohon jangan ciptakan masalah apapun dalam hidup Amel. Tolong biarkan dia hidup bahagia bersama suaminya,' doa Julia dalam hati dengan air mata haru tak tertahankan menetes dari ujung matanya.
"Loh kok jadi Mommy yang nangis?" kaget Amel saat merasakan ada air mata menetes dari wajah Julia dan mengenai rambutnya.
Perlahan Amel mengusap air mata di pipi Julia dengan telapak tangannya.
"Nggak apa-apa, Sayang. Mommy hanya tidak ingin melihat kamu sedih," kilah Julia.
"Maafkan aku, Mom. Gara-gara ceritaku, Mommy jadi ikut sedih," ucap Amel sendu dan merasa bersalah.
"Nggak kok, Sayang. Mommy sayang banget sama kamu, karena itu kamu jangan pernah merasa sedih lagi ya!" Julia mengeratkan pelukannya dan kembali mengusap kepala Amel penuh kasih sayang.
"Makasih banyak ya, Mom. Amel juga sayang banget sama Mommy."
Mommy sudah aku anggap seperti Mamaku sendiri." Amel tersenyum menatap wajah Julia dan dibalas senyum manis juga oleh Julia dan keduanya kembali berpelukan, sama-sama hanyut dengan perasaan masing-masing.
'Melihatmu seperti ini, membuat aku semakin takut suatu saat nanti kamu akan membenciku, Amel. Maafkan aku harus menyimpan semua rahasia ini darimu.' Julia membantin. Air mata semakin tidak tertahankan menetes membasahi wajahnya yang masih terlihat cantik meski usianya kini sudah tidak muda lagi.
-------------------------------------
*Buat para readers semua, sesekali tolong tinggalkan jejak dengan memberi saran dan juga menunjukkan jempolnya ya, agar author bau kencur ini tetap semangat melanjutkan cerita ini. *
Terimakasih dan tetap simak kelanjutannya ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Aditha S
lanjut Thor
semangat
2022-06-20
1
Nurmali Pilliang
lanjuuut
2022-06-13
1