Malam semakin larut. Andra dan Amel sudah sama-sama merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Seperti biasa, Amel selalu tidur dengan posisi kepalanya ada di dada Andra. Sambil tersenyum menggoda, tangan Amel juga nakal meraba bagian-bagian paling peka di tubuh suaminya.
Biasanya hampir tidak satu malam pun mereka lewati tanpa keintiman. Maklum saja, walau sudah hampir dua tahun menikah, hubungan mereka baru berjalan manis setahun belakangan ini. Namun, malam itu Amel bisa merasakan ada yang sedikit berbeda dari sikap Andra terhadapnya.
Kalau biasanya Andra yang akan selalu memulai penyatuan di antara mereka, kali ini justru Andra terlihat tidak bergairah. Andra bahkan sama sekali tidak menanggapi Amel yang menggoda dengan senyum genitnya.
"Kamu kenapa, Sayang? Sepulang dari kantor sepertinya kamu nggak semangat, apa lagi ada masalah?" tanya Amel merasa penasaran dengan perubahan sikap suaminya.
"Biasalah urusan kerjaan, Sayang," kilah Andra berbohong dan tersenyum samar. Pikirannya masih dipenuhi rasa bersalah.
Andra merasa kalau dirinya sangat kotor dan penuh dosa sehingga dia berpikir kalau dia tidak pantas lagi menyentuh istrinya.
"Aku kangen, Sayang," bisik Amel menggoda sambil mengecup pipi Andra.
"Hari ini aku capek banget, Sayang. Dan ini juga sudah malam, sebaiknya kita istirahat saja, ya!" tolak Andra.
"Ih ..., kamu ini. Katanya pengen cepet punya baby. Kalau kamu lemes gini, kapan jadinya?" dengus Amel merasa kesal dengan penolakan suaminya.
"Maaf, Sayang. Aku lagi nggak enak badan," bohong Andra lagi.
"Mau aku pijitin nggak?" tawar Amel.
"Nggak usah, Sayang. Aku hanya butuh istirahat," sahut Andra.
"Sekarang kita tidur saja, ya! Besok kan pagi-pagi sekali sudah harus ke kantor," sambung Andra sembari tersenyum, mengusap kepala Amel dan mengecup keningnya.
"Good night, Sayang," pungkas Andra seraya memejamkan matanya.
"Good night," balas Amel ketus sambil membalikkan posisi tidurnya memunggungi Andra.
"Maafkan aku, Mel. Aku sudah mengecewakanmu malam ini. Setelah apa yang aku lakukan dengan Vilda, aku merasa kotor, aku tidak pantas lagi menyentuhmu." Andra membatin. Rasa bersalah itu kian mengganggu pikirannya.
"Andra kenapa sih? Nggak biasanya dia tidak bergairah seperti ini?" sungut Amel dalam hati. Seketika rasa jengkel memenuhi hati Amel karena sikap dingin suaminya malam itu. Setelah Andra menolak menjalankan kewajibannya malam itu, pastinya Amel harus berusaha sendiri memadamkan hasrat di dirinya.
Beberapa menit berlalu, akhirnya Amel pun lelap tertidur. Akan tetapi, berbeda dengan Andra. Meskipun jarum jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, Andra masih belum bisa memejamkan matanya. Bayang-bayang penyesalan terus menghantuinya. Hal kotor yang sudah dilakukannya bersama Vilda, membuatnya merasa frustasi dan tidak tahu harus berbuat apa saat itu.
****
Hari berganti pagi. Setelah menyelesaikan sarapannya, Andra dan Amel berangkat ke kantor bersama. Seperti biasa, Andra akan mengantarkan Amel ke kantornya terlebih dahulu. Setelah itu baru dia akan langsung ke kantornya.
Amelia and Mayra Production (AMP) adalah nama event organizer yang dikelola Amel bersama sahabatnya Mayra. Selama ini mereka berkantor di sebuah ruko dan bersebelahan dengan Mayra Studio yaitu studio senam milik Mayra.
Meski Andra sendiri berkantor di gedung perkantoran megah Prima Go milik papa mertuanya, tetapi Amel tetap lebih suka berkantor di ruko itu. Hal itu dia lakukan agar bisa bekerjasama dengan Mayra dalam mengurus EO-nya. Selain bekerja dengan Amel, Mayra juga merupakan seorang koreografer senam dan tari di Mayra Studio miliknya.
Setelah mengantarkan Amel, Andra bergegas menuju kantornya. Hari memang masih pagi, Andra tiba di kantornya yang terletak di lantai dua puluh lima gedung Prima Go, lebih awal dari biasanya.
"Selamat Pagi, Pak Andra," sapa Nadya sekretarisnya yang sudah lebih dahulu tiba di kantor itu.
"Pagi, Mbak Nadya," balas Andra. "Apa Vilda sudah sampai di kantor?" lanjutnya bertanya.
"Belum, Pak Andra," sahut Nadya sambil menoleh ke ruang kerja Vilda yang pintunya masih tertutup rapat.
"Kalau Vilda sudah datang, tolong suruh ke ruanganku, Mbak!" perintah Andra.
"Baik, Pak!" Nadya mengangguk patuh.
Meski Nadya hanyalah sekretarisnya, Andra selalu memanggilnya Mbak, karena usia Nadya jauh diatas usianya. Nadya juga adalah karyawan paling loyal di perusahaannya. Dia sudah menjadi sekretaris di HW Logistic semenjak perusahaan itu masih dipegang oleh Almarhum Joddy Hadiwiguna yaitu ayah kandung Andra.
Andra kembali melanjutkan langkahnya hendak menuju ruang kerjanya.
"Pagi, Ndra. Tumben sepagi ini kamu sudah sampai di kantor?"
Andra menghentikan langkahnya saat mendengar seorang pria menyapa.
"Pagi, Pa," balas Andra sambil menoleh ke belakang dan melihat Firman, papa mertuanya yang juga baru saja sampai di kantor itu.
Meski perusahaan Andra memiliki bidang yang berbeda dengan Firman, tetapi mereka memang berkantor di area yang sama. Hal itu sengaja dilakukan Firman agar dia bisa memberi tanggung jawab baru untuk Andra serta bekerjasama dengan menantunya itu. Selama ini Andra juga menjalankan bisnis agen properti yang diprakarsai oleh Firman. Agen properti yang mereka beri nama FH Property.
"Iya, Pa. Amel ada event pagi ini, jadi dia harus ke kantor lebih pagi dan aku otomatis harus berangkat lebih pagi juga," sahut Andra.
Firman hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya sambil melangkah mendekati Andra.
"Berhubung masih pagi, Papa ingin bicara sebentar sama kamu." Firman menghampiri Andra dan merangkul pundak menantunya itu. Keduanya lalu masuk ke ruangan kerja Andra.
Andra meletakkan laptopnya di atas meja dan langsung duduk di kursi kerjanya sedangkan Firman ikut duduk di kursi di hadapan Andra.
"Apa ada hal penting yang ingin Papa bahas denganku?" tanya Andra saat mereka sudah duduk dengan posisi saling berhadapan.
"Enggak, Ndra. Papa hanya pengen tahu, sudah seberapa jauh usahamu sama Amel untuk memberikan Papa seorang cucu?" balas Firman ikut bertanya.
Andra sesaat terdiam. Pertanyaan Firman kembali mengingatkan Andra akan kesalahan yang sudah dilakukannya bersama Vilda.
"Oh Tuhan, karena kesalahanku, aku bukan hanya mengkhianati Amel, istriku. Tetapi aku juga sudah mengkhianati kepercayaan Papa Firman," batin Andra merasa berdosa.
"Apa kalian sudah jadi memulai program hamil?" Karena Andra tidak menjawab pertanyaannya, Firman kembali melanjutkan bertanya.
"Hmm ... sebenarnya, aku dan Amel berencana ke dokter kandungan kemarin, Pa. Tapi, sayangnya dokter itu mendadak membatalkan janji karena ada operasi. Dan kami akan reschedule lagi untuk bertemu dengannya," tutur Andra.
"Ok, good! Papa nggak mau kalian menunda lagi untuk punya momongan. Kamu tahu kan, kalau papa sudah sangat ingin menimang cucu," desak Firman tersenyum penuh harap.
"Baik, Pa," pungkas Andra singkat.
Dia tidak tahu harus bagaimana menanggapi sikap mertuanya yang memang selalu menuntut agar dia dan juga Amel segera memberikannya seorang cucu.
"Ya sudah, sekarang kamu lanjutkan bekerja. Papa juga mau ada meeting pagi ini." Firman beranjak dari tempat duduknya lalu meninggalkan Andra sendiri di ruang itu dan menuju ke ruang kerjanya yang merupakan seorang Presdir di Prima Go Constructions, sebuah kontraktor ternama di Kota Jakarta.
Setelah Firman keluar dari ruangannya, Andra menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya. Andra menghela nafas kasar sambil mengusap wajahnya.
"Papa Firman begitu mempercayaiku selama ini. Bagaimana jika nanti dia tahu kalau aku sudah mengecewakannya?" gumam Andra.
"Amel dan Papa Firman pasti akan sangat membenciku apabila mereka tahu bahwa aku sudah melakukan sebuah dosa besar dalam hidupku," decak Andra marah terhadap dirinya sendiri.
"Ah sial! Ini semua gara-gara Vilda. Aku harus memperbaiki semua kesalahan ini," sengit Andra.
Braakk ...!
Tanpa sadar tangannya mengepal kuat dan memukul meja di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Rosni Lim
Memberi semangat buat author
2022-08-16
0
Hajime Nagumo
done like fav gift rate 5 dan vote ya
2022-08-01
1
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™
kenapa gak jujur sj
2022-07-21
2