...16😇...
Mr. Arkelin menatap rindu lukisan di depan nya, menjalani hidup tanpa istri seperti menjalani hidup kosong tak terarah.
Namun semua nya bisa ia atasi karna Aelin yang menjadi alasan semangat hidup nya.
Tangan Mr. Arkelin terulur untuk menyentuh lukisan indah di depan nya.
Bibir nya bergetar dengan isakan tangis yang mulai pecah.
"Sayang,,, putri mu sudah pergi meninggal kan aku bersama suami nya... Putri cantik kita sudah besar dan kini diri nya sudah memiliki keluarga sendiri. Meski aku sedikit kecewa dengan tingkah nakal Aelin. Tapi sekarang dia sudah menjadi istri tuan Davin. Kamu pasti tahu nama itu kan?. Jika kamu melihat semua kejadian ini dari atas , apa kamu bahagia?. Tapi kamu percaya kan pada ku.. Jika aku hanya menginginkan yang terbaik untuk Aelin."
Angin berhembus dengan cukup kencang, bahkan hingga menjatuh kan sebuah foto anak kecil di atas meja.
Prang...
Srak...
Mr. Arkelin terperanjat kaget, saat suara yang cukup memekak kan telinga menyapa indra pendengaran nya.
Mr. Arkelin langsung berlari, memungut figura foto masa kecil Aelin yang sedang tersenyum manis tiba- tiba pecah di terpa angin.
Mr. Arkelin memejam kan ke dua mata nya yang tampak sayu dan sembab.
Menyingkir kan pikiran- pikiran negatif yang terus bermunculan di kepala nya.
Menghempas kan rasa ragu yang kini mulai bersarang di dalam hati nya.
Mensugesti diri nya jika Aelin baik- baik saja bersama Davin.
Mr. Arkelin mengusap foto Aelin lalu kembali meletak kan nya di tempat semula.
...----------------...
Di sebuah kamar villa yang kini tengah di kunjungi Davin.
Dapat terdengar suara isakan tangis berat dari luar kamar misterius, dengan pintu besar dan dua orang penjaga dengan tubuh kekar di depan pintu.
"Kapan kamu akan sadar? berapa lama lagi aku harus menunggu.. Hiks.. Hiks.. Apa kamu tidak lelah tidur dan merindu kan aku... Hari ini aku berhasil menikahi gadis itu, gadis yang sudah memisah kan diri mu dari ku.. Hiks.. Hiks... Maaf bukan maksud ku untuk mengkhianati mu. Hanya aku ingin membalas semua yang sudah dia lakukan pada mu. Aku tidak akan pernah membiar kan nya bernafas dengan baik. Aku akan membuat hidup nya hancur dan aku akan menyerang titik terlemah dari musuh kita... Bertahan lah, setelah semua ini. Semua nya akan kembali membaik dan kita akan kembali bersatu.. Jangan pernah tinggal kan aku..."
Di luar ruangan Darren berjalan dengan tergopoh- gopoh menuju ruangan misterius yang sedang di jaga oleh dua pria berbadan besar.
"Apa Tuan Davin sudah keluar?" Tanya Darren dengan tatapan tajam.
"Belum.. Mohon anda tetap di sini jika ingin menemui nya..." Jawab tegas dan mutlak salah satu penjaga berkepala plontos.
Klek.
Baru saja pria tersebut usai menuntas kan kalimat nya, pintu di samping nya terbuka dan tubuh Davin keluar dari dalam kamar itu.
Wajah dingin dan tajam Davin kini menghilang entah kemana, di ganti kan dengan tatapan sendu penuh luka dan kesedihan.
Ke dua mata yang selalu menatap tajam melebihi mata burung elang itu, kini redup tanpa cahaya kehidupan.
"Ada apa Darren...?" Ujar Davin dengan suara serak nya.
Darren dapat menebak, jika tuan nya habis menangis.
Seperti biasa selama sebulan berlalu, tepat setiap hari di jam yang sama tuan nya akan masuk ke dalam ruangan itu dan keluar dengan mata sembab dan merah.
"Mr. Arkelin menelpon mu Tuan.. Ia mengata kan sudah menelpon ke ponsel mu tapi tuan tidak menjawab panggilan nya. Sehingga tuan Arkelin menghubungi saya dan meminta untuk memberikan nya pada tuan..." Darren menyerah kan ponsel nya, dan berjalan menjauh dari hadapan Davin.
Seolah mengerti jika pembicaraan sang majikan bukan lah hal yang harus ia tahu dan dengar.
Begitu pula dengan dua pengawal di samping Davin.
Mereka langsung menyalakan mode tuli, meski mereka mendengar semua yang di kata kan Davin, namun setelah itu mereka harus melupakan nya.
Karna jika tidak, kepala mereka yang akan menjadi taruhan nya.
"Hallo papy..." Ujar Davin dengan menetralisir suara nya menjadi semula.
Membuang sejenak luka dalam hati nya, dan kembali berpura- pura menjadi menantu yang berbakti kepada mertua nya.
"Davin apa kalian sudah sampai di rumah?" Tanya Mr. Arkelin dengan nada cemas.
Davin merotasi mata jengah, mertua dari istri siri nya ini benar- benar sangat cerewet. Karna mengangkat telpon dari nya ia harus keluar dari kamar dan meladeni drama membosan kan ini.
"Tentu papy kami sudah sampai setengah jam yang lalu, dan Aelin seperti nya sangat lelah dan langsung tertidur..." Jawab Davin dengan santai yang mampu membuat Mr. Arkelin bernafas lega di seberang telpon.
"Sebenar nya papy sangat ingin berbicara dengan Aelin, papy tahu dia sangat kecewa dengan papy... Tapi baik lah biar kan dia tidur. Dia pasti sangat lelah karna pernikahan. Meski pernikahan kalian terbilang begitu sederhana.. Papy harap kaliam hidup bahagia..."
"Ha... Bahagia? Jangan berharap terlalu jauh Mr. Arkelin karna aku akan membuat putri mu menangis hingga tiada..." Sahut Davin dalam hati. Sebelum panggilan tersebut terputus.
"Darren...!" Panggil Davin, di mana Darren langsung berdiri tepat di hadapan nya.
Davin mengembali kan ponsel Darren, lalu berjalan melewati Darren, yang langsung di mengekor.
"Apa gadis bocah itu sudah sampai rumah?" Seru Davin kini dengan dingin dan datar.
"Iya tuan, kepala pelayan sudah mengonfirmasi akan hal itu ..."
"Hah.. Ternyata dia cukup tangguh dan kuat untuk berjalan sejauh itu." Davin terkekeh kecil, lalu membuka pintu ruangan di hadapan nya yang langsung menampil kan ruang kerja.
"Ingat, kamu harus pasti kan dia menjauh dari area kamar ku..." Pesan Davin lalu merebah kan tubuh kekar nya pada kursi hitam di belakang meja kerja nya.
"Baik tuan... "
Davin menyabet, benda persegi yang sudah lama menganggur di atas meja.
Benda ajaib yang berukuran lebih besar dari ponsel dan biasa di kenal dengan tabloid.
Davin terlihat sangat fokus, sebelum layar benda tersebut memuncul kan kata terhubung di iringi dengan suara sambungan panggilan.
Aelin keluar dari dalam toilet dengan baju mandi dan handuk yang melilit rambut basah nya.
Setelah mandi tubuh nya terasa segar.
Namun aktivitas nya terhenti, saat telinga nya mendengar suara dering ponsel yang berasal dari tabloid di atas meja nakas.
Aelin sempat ragu mengangkat tabloid tersebut, namun benda itu berdering dan menunjukkan nama suami brengsek itu.
Aelin dengan berani mengangkat panggilan itu, karna seperti nya pria gila dan brengsek itu sengaja menaruh tabloid ini di kamar nya.
...----------------...
...****************...
Hayyyo... yang baca jangan lupa koment donk... Karya othor yang satu ini belum ada yang ngomenin😭 jadi sedih kan othor😭
yok jangan malas2 tangan nya buat beri komenan mendidik buat othor.. Biar rajin up untuk kalian semua😚
Hehe... Welcome back di karya yang ke tiga...
Jangan Lupa like.
Koment
Vote
Gift.
Rak Favorit
Budayakan beberapa hal yang di atas.
Supaya othor makin semangat😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments