...9...
Matahari yang selalu bersinar dengan cahaya emas nya, perlahan beranjak menuju peraduan nya.
Sedikit demi sedikit sinar nya mulai meredup meninggal kan semburat cahaya berwarna merah.
Sungguh terlihat indah dan begitu luar biasa ciptaan tuhan kala senja datang.
Secercah awan saling bertautan membentuk pola tanpa bentuk dengan warna orange yang senada.
Senja dengan keindahan yang begitu membekas.
Namun keindahan alam tersebut tidak tertular dalam sebuah kamar yang begitu berantakan, bak kapal pecah selebih nya seperti kapal meledak.
Di sisi bagian kamar, tepat nya di depan meja rias. Tengah berdiri seorang wanita bersanggul yang sibuk merias wajah sembab wanita lain nya.
"Nona... Berhentilah menangis.." Hibur sang MUA menghibur Aelin.
"Jika kamu tahu apa yang terjadi pada ku.. Mungkin kamu tidak akan melarang ku untuk menangis..." Timpal Aelin dengan datar.
"Apa pun yang menimpa nona aku sangat berharap masalah itu akan berlalu,,, apa nona tahu apa itu takdir.?" Tanya sang MUA, yang terus sibuk menggerak kan kuas ajaib nya di wajah Aelin.
"Takdir adalah kutukan bagi ku..."
Sang MUA menggeleng pelan mendengar ungkapan Aelin, jelas saat ini ia tahu jika calon pengantin yang ia rias sedang dalam lautan duka.
Tapi siapa lah diri nya yang berhak untuk bertanya masalah apa yang sebenar nya terjadi pada sang calon mempelai.
Di sini ia hanya menjalan kan tugas untuk meraup nafkah. Bukan untuk ikut campur masalah orang lain.
Namun setidak nya ia bisa memberikan pesan atau kata- kata yang dapat menghibur gadis belia yang menjadi klien nya.
"Takdir adalah sebuah jalan yang di peruntuk kan bagi mu.. Jangan katakan jika takdir mu adalah kutukan, karna takdir adalah suratan hidup yang pasti akan terjadi... Mungkin hari ini takdir mu tak sesuai dengan keinginan mu, tak seindah espektasi mu.. Tapi yakin lah Takdir menyimpan sesuatu yang besar untuk mu nona..." Jelas sang MUA di barengi dengan senyum ramah milik nya.
"Selesai..." Lanjut sang MUA kala polesan ajaib nya telah usai.
Aelin menatap sekilas pada sang MUA yang tersenyum ramah pada nya, lalu menatap cermin besar di hadapan nya.
Tubuh nya yang ramping kini terbalut dengan gaun pengantin berwarna putih.
Wajah nya yang sembab dan terlihat seperti nenek sihir kini terlihat begitu cantik dengan tangan ajaib sang MUA. Bahkan Aelin tidak mengenal wajah nya sendiri.
Butiran- butiran indah yang berkumpul menjadi satu, membentuk mahkota kecil yang terlihat berkilau terselip dengan rapi di antara rambut di atas kepala nya.
Tapi semua keindahan yang selalu menjadi impian masa depan nya, terlihat seperti kutukan yang tak akan pernah melepas kan nya.
Hati nya begitu sakit, aura kehidupan nya telah terangkat seluruh nya. Bahkan kini air mata nya hampir kering karna terus menangis tanpa jeda.
Bibir Aelin kembali bergetar, namun kini dia mencoba menahan nya.
Ke dua tangan nya meremas erat gaun yang menjulur menutupi seluruh kaki jenjang nya.
Ingin sekali rasa nya ia kabur dan pergi sangat jauh dari tempat ini. Namun kaki nya seperti terantai dengan rantai besar yang membelit kaki nya.
Bahkan untuk bernafas saja rasa nya begitu sulit, seakan oksigen dalam ruangan ini berubah menjadi karbondioksida yang memberikan dampak buruk untuk paru- paru nya.
Gumpalan hati nya seakan meleleh, luluh lanta karna menghadapi kenyataan jika kepercayaan tak memihak nya.
Ia ingin melampiaskan rasa yang bercampur aduk, memuntah kan nya, berteriak dengan keras dan menggelam kan diri nya dalam air dingin yang membekukan tubuh serta hati nya.
Jika ia di beri kesempatan untuk meminta. Maka ia meminta untuk bertemu dengan tuhan detik ini juga.
Aelin menatap pantulan diri nya yang persis terlihat seperti boneka porselen yang cantik dengan lekat.
Tidak ada yang bisa ia lakukan lagi, selain meniti jalan takdir ini.
Jika jalan bahagia nya selama tujuh belas tahun ini harus berakhir dan berubah menjadi jalan duka penuh dengan air mata, maka ia akan menjalani nya sampai tuhan mengingin kan semua nya berakhir.
Di tahun ke tujuh belas umur nya, di tahun terindah bagi para remaja, ia menghadapi kehancuran terbesar dalam hidup nya.
Aelin mengusap air mata nya lembut, dengan tangan bergetar yang rasanya sudah tak bertulang.
Menangis...
Untuk apa diri nya menangis...
Sudah cukup...
Menangis tidak membuat semua nya berubah, atau kembali seperti awal.
Menangis hanya membuat air mata nya habis dan ke dua mata nya kering.
Cukup.
Tidak lagi.
"Kehidupan ku telah hancur... Kehidupan ku telah usai,, tidak ada yang apa pun dan sesuatu yang berharga pada diri ku yang bisa menjadi harapan ku..." Gumam Aelin datar, dengan tatapan kosong tanpa aura kehidupan.
...----------------...
Di kamar lain nya, Darren dengan sigap memasang atribut terakhir di tubuh Davin.
Sebuah beros safir yang tersemat dengan indah di bagian kiri jas yang di kenakan Davin.
Rambut yang di sisir rapi, dengan ulasan bedak tipis membuat aura ketampanan Davin semakin menguar.
"Kau tahu Darren keberhasilan ku kali ini benar- benar keberhasilan besar... Bahkan memenang kan tander besar sekali pun aku tidak pernah sebahagia ini..." Celetuk Davin menjulur kan tangan nya ke arah Darren.
Darren memasang jam mewah dan mahal pada pergelangan tangan sang majikan.
"Selamat Tuan, saya ikut bahagia untuk Tuan..." Sahut Darren datar , yang membuat Davin semakin besar kepala.
"Bagaimana keadaan nya ? apa semua nya sesuai dengan yang ku ingin kan?" Tanya Davin dengan begitu serius, bahkan atmosfer di dalam ruangan tersebut berubah menjadi berat dan mencekam.
"Semua nya baik Tuan... Apa tuan akan mengunjungi nya malam ini?"
"Tentu saja aku tidak akan bisa tidur dengan nyenyak sebelum bertemu dengan nya..."
"Baik lah Tuan, semua nya sudah selesai... Bapak penghulu dan juga yang lain nya sudah siap..."
" Lalu Aelin?"
"Nona juga sudah siap."
"Wawwww aku tidak percaya akan hal itu.. Apa gadis itu mulai berubah pikiran..." Kekehan kecil terbit di bibir Davin, kekehan yang lebih terkesan mengejek.
"Apa yang bisa di harap kan Nona saat semua nya sudah berakhir Tuan.. Hal yang harus di lakukan hanya menurut dan mengikuti semua nya sesuai dengan alur yang sudah Tuan buat untuk nya..."
"Kau benar Darren. Seharus nya gadis manis seperti nya tidak perlu berurusan dengan ku.. Tapi dia sudah lancang mengusik hidup ku..." Geram Davin yang langsung keluar dari kamar nya dengan ke dua mata memerah menahan amarah.
Apa pun yang ia lakukan pada Aelin, adalah sebuah karma yang harus di terima gadis itu.
Demi apa pun diri nya akan membuat hidup gadis kecil itu lebih mengerikan dari neraka.
...----------------...
...****************...
Hehe... Welcome back di karya yang ke tiga...
Jangan Lupa like.
Koment
Vote
Gift.
Rak Favorit
Budayakan beberapa hal yang di atas.
Supaya othor makin semangat😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Tiara Maharani
penasaran ni kenpa Davin dedam ,masalh nya kenpa 🤔🤔🤔
2022-10-11
1
Badriah Zen
apa sih musababnya ny...jadi kepo
2022-08-28
1